15 › keputusan orang tua.

426 43 11
                                    

"Jangan pikirkan apa yang dikatakan wanita tadi, sayang, orang yang iri sering mengatakan hal seperti itu."

Bariel Joe berusaha mengisi pikiran Kallaruna yang kemungkinan memikirkan perkataan sampah yang setengah jam lalu diujarkan wanita berstatus wali murid di ruang meeting.

"Ayah kamu pasti akan mengurus segalanya, calm down.. semua akan baik-baik saja, Sweetheart." Mengelus lembut surai Kallaruna, Bariel tetap menyimpan amarah, "Kita punya uang yang bahkan mampu untuk membeli harga dirinya, untuk apa kamu takut? Dia pasti akan menjilat ludahnya setelah dihadapkan pada setumpuk uang."

"No," Kallaruna bersuara lalu beranjak dari sofaㅡOmong-omong mereka berdua berada di ruang khusus setelah dari ruang meeting, "Jangan berikan mereka uang, itu akan membuat mereka bahagia dan puas."

"Lalu, kamu ingin Baba melakukan apa?"

Kallaruna melipat kedua tangannya di depan dada tanpa menghadap sang Baba yang duduk di sofa, "Baba dan Ayah tidak perlu melakukan apapun,"

"Sayang, bagaimana bisa kamu meminta Baba dan Ayah tidak melakukan apapun di saat kamu seperti ini?" Protes Bariel sangat tidak menerima perkataan Putranya, "Jika your grandparents tahu tentang masalah ini, pasti mereka akan memaksa melakukan sesuatu."

Suara pintu ruangan terbuka terdengar, Candika masuk bersama Gazza setelah usai dengan urusan sekolah. Sontak Bariel bangkit dari duduknya dan mendekat pada sang dominan.

"Bagaimana? Apa urusan mereka sudah beres?"

"Segera, Joe." Candika melirik Gazza dan Kallaruna yang sedang berbicara, "Gazza yang akan melakukan itu."

"Apa, huh?"

"dua dari tiga wali itu, suaminya bekerja sebagai staf Royals HAR sedangkan suami dari satu wali lainnya bekerja di perusahaan Baskara." Jelas Candika yang mengetahui background mengenai tiga wali murid tadi, informasi itu ia ketahui melalui Gazza.

Bariel mengrejap berulangkali, "Di perusahaan Baskara.. berarti untuk itu mas sudah berbicara dengan Satria?"

"Ya, saat ini dia sedang menghubungi Ayahnya." Ungkap Candika, "Aku sudah berbicara dengan kepala sekolah, uang donatur tidak akan lagi dialokasikan untuk Beasiswa."

"Apa kepala sekolah setuju?"

"Harus mengadakan pertemuan dengan donatur sepuluh besar," Jeda Candika sedikit menyesal, "Jika seandainya Kalla masih berada di peringkat pertama, aku berhak memutuskan tanpa harus mengadakan pertemuanㅡ"

Bariel mengerti akan hal ini, "Tapi karena sekarang Kalla sudah tidak berada di peringkat pertama, maka harus mengadakan pertemuan donatur dan keputusan ada di tangan donatur peringkat pertama? Orang tua Satria?"

"Ya,"

"Sekarang mas mengerti alasanku agar Kalla tetap berada di peringkat pertama kan? Agar keputusan yang diinginkan dapat diambil dengan cepat." Ujar Bariel mengingat Candika menyepelekan nominal donatur.

"Aku pikir lima ratus juta itu sudah cukup besar, Joe."

Bariel menghela nafas, "Tapi kenyataannya ada yang di atasnya, Mas."

Meski hanya selisih dua puluh tiga juta, itu tetap di atasnya.

"Ayah?" Panggil Kallaruna membuat Candika dan Bariel berbalik menghadapnya, "Apa kalian masih ada pekerjaan setelah ini?"

Spontan Candika menilik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul satu lebih lima belas, "Lima belas menit lagi Ayah ada kunjungan, kenapa?" Ia kembali menatap Putranya, "Apa kamu ingin Ayah antarkan pulang dulu?"

Conglomerate Where stories live. Discover now