hari sabtu

80 10 0
                                    

Beneran pas malemnya alergi Sunwoo bukannya baikan malah makin menggerogoti tubuh Sunwoo yang panas banget. Bentolan nya yang makin banyak buat siapapun yang lihatnya ngeri. Wajah Sunwoo udah kayak monster karena bentolan.

Sunwoo di bawa ke rs. Sama Q dan papa Kim malam itu. Q yang dengan suka rela menggendong Sunwoo di punggungnya mulai dari rumah ke mobil. Dari mobil masuk rs Q yang gendong Sunwoo.

Sunwoo nya nangis dari rumah karena perih. Tapi seperti yang tidak sadar gitu karena ditanya cuman jawabnya perih terus. Itu membuat semua orang semakin khawatir.

Sekarang sudah hari sabtu pukul empat pagi. Q yang gak biasa nunggu orang sakit gak tidur semalaman. Karena Saeron hari sabtu ada acara di sekolahnya yang gak bisa ditinggalin jadinya mama Joy gak ikut ke rs. Papa Kim udah pulang lagi pas malem karena hari sabtunya ada meeting penting. Jadinya Q beneran nemenin Sunwoo full day.

"Bang lu gak tidur?" Sunwoo terbangun dari suntikan bius yang harus dikasih ke Sunwoo agar bentolannya mengering.

"Eh Nu. Bangun lu. Abang kira lu gak bakalan bangun lagi." Seru Q.

Q yang pertama kali lihat orang kesakitan kayak Sunwoo semalam membuat dia panik. Bahkan Q sempat menangis terisak ketika ia selesai mengantar Sunwoo masuk UGD di toilet. Ia benar-benar takut sahabatnya kenapa-kenapa. Sunwoo udah kayak adiknya sendiri. Rumah mereka bisa disamperin pake sepeda walaupun memakan jarak 20 menit. Mama Sunwoo dan mama Q juga tenyata bisa dibilang masih sodaraan dari buyut mereka.

Q gak punya saudara dirumahnya. Ia hanya tinggal sama mamanya semenjak ayah Q dan mamanya bercerai ketika Q SMP kelas 8. Ia kenal Sunwoo dari SD. Ia benar-benar menyayangi Sunwoo lebih dari yang bisa orang lain lihat. Tapi, Q baru kali ini lihat Sunwoo sakit udah kayak orang sekarat mau meninggal. Makanya ia panik dan takut kehilangan orang yang ia sayang untuk kedua kalinya setelah ayahnya.

"Jangan nangis bang. Gw suka ikutan nangis." Seru Sunwoo pelan.

Ketika Sunwoo melihat Q menghampiri dia. Ia melihat mata Q yang sudah berkaca. Sayangnya justru pas Sunwoo bilang jangan nangis Q malah membalikkan badannya dan benar saja. Ia menangis. Sunwoo yang emang anaknya cengeng ikutan nangis.

"Gw bole kan peluk lu Nu?" Tanya Q yang masih menangis dan badan yang masih membelakangi Sunwoo.

"Sejak kapan lu izin kalau mau peluk gw bang?" Sunwoo tak kalah dengan isakan Q.

Q menghampiri Sunwoo dan memeluk adiknya erat. Mereka menangis cukup lama. Sampai keduanya mendingan.

"Lu jangan sakit-sakit lagi Nu. Gw beneran takut." Seru Q masih di pelukan Sunwoo.

"Jangan khawatir bang. Gw gak mau mati muda." Jawab Sunwoo. Yang membuat abangnya jadi ketawa.

"Lu masih aja bercanda. Gw panik banget Nu sumpah. Lu tau kan gw se khawatir apa sama lu?" Seru Q serius.

"Tau gw bang. Mending lu tidur bang. Gw tau lu belum tidur." Seru Sunwoo.

"Gak betah banget Nu. Bau obat." Jawab Q.

"Kalau bau. Pulang sono. Gw gak papa sendiri disini." Seru Sunwoo.

"Beneran sendiri nih?" Goda Q.

Sunwoo hanya mendelik gak suka. Sunwoo juga yakin Q gak bakalan ninggalin bocah kematian yang sering dikatakan teman-temannya ke dia. Si penakut, cengeng. Gak suka sendirian.

"Anak-anak siang nanti kesini." Seru Q yang kembali lagi ke kursi rumah sakit.

"Bawa makanan yang banyak gitu bang." Seru Sunwoo.

"Mau apa?" Tanya Q.

"Apa aja yang penting makanan." Jawab Sunwoo.

"Entar salah makan lagi. Repot gw. Gak mau ah!" Seru Q.

Kim SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang