Bab 6

15.6K 340 28
                                    

Hari ini weekend, Lily bangun lebih siang ia bahkan melewatkan waktu sarapannya. Wanita itu baru terbangun saat matahari sudah sangat tinggi, para pekerja di rumahnya bahkan sudah tidak berkeliaran di dalam rumah. Karena biasanya jika pekerjaan rumah selesai dikerjakan, para pekerja akan memilih pergi ke pavilliun belakang.
Bangunan di rumah ini yang memang disediakan untuk tempat tinggal para pegawainya termasuk Dimas. Lelaki yang sudah membuat Lily uring-uringan beberapa waktu terakhir. Dimas seperti sengaja menghindarinya padahal Lily tahu diam-diam Dimas seringkali memperhatikan tubuhnya. Lily yakin Dimas juga mau kejadian malam itu kembali terulang, tapi entah apa yang menahan laki-laki itu. Kita lihat saja nanti berapa lama Dimas akan bertahan menyiksa dirinya sendiri.

Makanan untuk makan siang sudah tersedia di atas meja, tapi karena makanan itu sudah dingin Lily berjalan ke arah belakang untuk meminta tolong asisten rumah tangga menghangatkan kembali makanannya. Namun ternyata di teras belakang Lily bisa melihat semua pegawai rumahnya berkumpul, terlihat asik mengobrol sambil menyantap makanan sebelum suara Lily kemudian menginterupsi mereka semua.

"Wah makan-makan! Ada acara apa nih?" Tanya Lily melihat para pegawai dirumahnya duduk lesehan di lantai teras belakang, dihadapan mereka terdapat nasi dan lauk pauknya yang diletakan di atas daun pisang.

"Liwetan non. Bima akhirnya lulus kuliah" jelas Mbak Yuni penuh antusias, ART di rumah Lily. Mbak Yuni sudah sangat lama bekerja di keluarga Lily, bahkan sejak ibu Lily masih hidup dulu.

"Terimakasih, Non. Berkat Non Lily Mbak bisa sekolahkan anak Mbak hingga kuliah" ucap Mbak Yuni, menahan haru. Karena bekerja dengan keluarga Lily adalah berkah bagi Mbak Yuni. Berkat bekerja disini ia bisa membuat hidupnya lebih baik, setelah dulu ditinggal oleh mendiang suaminya.

Mendengarnya Lily hanya tersenyum disertai anggukan kecilnya. Bima anak dari Mbak Yuni memang Lily daftarkan beasiswa dari kantor pamannya.

"Boleh dong ya aku juga ikut makan?" Tanya Lily, perutnya semakin keroncongan melihat makanan yang tersaji dihadapannya terlihat sangat menggiurkan untuknya.

"Jangan Non masa majikan makan bareng gini sama pembantunya" ucap Nita si ART termuda. Nita juga masih saudara Mbak Yuni. Karena Mbak Yuni sudah semakin tua, Lily meminta Mbak Yuni mencari lagi orang untuk membantunya membersihkan rumah.

"Santai aja kali Mbak" Balas Lily, ia berdiri lalu berjalan ke dalam rumah untuk mencuci tangan lalu tak lama kembali bergabung dan memilih duduk diapit Mbak Yuni dan Nita, berhadapan dengan Dimas yang sejak tadi hanya diam.

"Mbak ambilin piring, ya?" Nita kembali bersuara. Nita pikir tidak etis melihat majikan makan dengan pembantu dengan satu wadah seperti ini.

"Mbak emangnya aku punya penyakit menular sampe makanannya dipisahin gitu" Lily terang-terangan mendengus sebal.

"Maaf, Non" Nita akhirnya diam, apalagi setelah diberi tatapan peringatan oleh Mbak Yuni.

"Enak ya, Non?" tanya Mbak Yuni iseng melihat Lily makan dengan lahap. Entah karena efek lapar atau Lily memang menyukai makanannya, tapi jarang-jarang Mbak Yuni bisa melihat Lily makan selahap itu.

"Enak! Kapan-kapan ajakin aku lagi kalo adain makan-makan begini, Mbak" Mbak Yuni mengangguk tak lupa disertai sebuah senyuman. Sejak dulu anak majikannya itu memang sangat humble, tak pernah malu berbaur dengan siapapun.

"Mana Bella?" Lily tak tahan untuk tidak bertanya melihat Dimas sejak tadi hanya diam, padahal Mang Dana--tukang kebun dirumahnya saja ikut bergabung dalam obrolan mereka. Belum sempat Dimas menjawab terlihat Bella berlari kecil, menghampiri mereka.

Sambil berseru memanggil sang Ayah, Bella memeluk leher Dimas yang sedang makan dari belakang.

"Ayah..."

Crazy Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang