25_Cemburu?!

136 23 56
                                    

◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Reading
*
*
*
*




Hai gimana kabar kalian hari ini?

⚠️follow dulu sebelum baca⚠️
No plagiat⚠️



"Cintailah saya, humairah."

Jantung Azka berpacu dengan cepat. Ia tidak salah dengarkan? Bagaimana bisa gus Yusuf ingin membuat perjanjian seperti itu?

"M-maksudnya?"

Yusuf tersadar akan ucapannya. Seharusnya ia tidak berkata seperti itu. Bagaimana jika Azka menjauhinya setelah ini? Tidak, itu tidak boleh terjadi.

"Maaf maksud saya bukan seperti itu, intinya jauhi saja laki-laki yang bersamamu semalam." ucapnya dan berlalu meninggalkan Azka yang masih termenung.

"Kenapa gue sakit hati ya setelah denger ucapan gus nyebelin itu? Aishh.. Bodo lah yang penting sekarang gue gak dapat hukuman kan?" ucapnya dengan gembira.

"YEYYY... AKHIRNYA BEBAS HUKUMAN." teriak Azka dengan gembira. Ia tak menyangka jika akan dibebaskan dari hukuman.

Tak berselang lama pintu kembali terbuka. Di sana berdiri Yusuf yang menatap Azka dengan tersipu malu.

"Gemas sekali!!" gumamnya tanpa sadar.

Azka menoleh dan terkejut. "Khm... Hukuman tetap hukuman, Azka." balas yusuf dengan datar. Tapi siapa yang tahu? Kini hatinya berdegup cepat tidak karuan.

Melihat kepergian Yusuf ia menunjukan raut kecewa. Hukumannya jadi?

'Mampus! Dihukum lo kampret.. Haha.'

"Diem!! Lo gak usah ledek gue Zee!" balasnya dengan marah.

"Aaaa mamah tolongin anak cantik mu ini."

***

Adzan dzuhur berkumandang dengan indahnya. Suara merdu yang melengkapinya seakan membawa perasaan hanyut didalamnya.

Azka terbuai akan suara indah yang sedang mengumandangkan Adzan. Ia kini sedang menjalani hukuman yang diberikan oleh Gus Yusuf. Membersihkan kolam ikan yang berada di belakang halaman ndalem.

Oh, tentu saja bukan hanya itu. Jangan lupakan hafalan-hafalan yang Yusuf berikan. Sebenarnya Azka tidak keberatan sama sekali. Tapi, masalahnya hafalan yang kemarin saja belum selesai. Sekarang malah di tambah lagi? Kacau sudah!!

"Aduh indah banget sih, mau dijadiin calon imam boleh gak sih?"

Banyak orang ndalem yang masih fokus melihat ke arah Azka. Ia tak menyadari jika sedang menjadi pusat perhatian.

"Ih.. Boleh ndak sih aku berharap jadi istrinya gus Yusuf? Jadi yang kedua pun gak papa deh."

"Gila! Kamu gak mikirin Ning Azka?"

"Aaaaa suami merdu banget suaranya."

"Hus.. Nanti terdengar istrinya bisa gawat."

Itulah yang didengar Azka ketika ada beberapa santri yang lewat. Mungkin mereka tidak menyadari Azka disana?

"Tapi tunggu, jadi yang adzan tadi si ustadz nyebelin? Wahh... Gak nyangka sih gue. Tapi apa mereka bilang? Istri kedua? Suami? Anjirlah... Gila semua kayaknya santri disini." ujarnya tanpa sadar syarat akan kecemburuan.

Setelah menyelesaikan hukuman, Azka kembali ke ndalem untuk membersihkan diri. Ia tak sengaja berpapasan dengan Yusuf yang baru saja selesai solat berjamaah.

Azka menatap sinis yang dibalas senyuman manis dari Yusuf.

"Wah.. Ada yang di kagumi semua santriwati nih. Gimana? seneng ustadz?"

"Ada apa Azka?" balasnya dengan mengulum senyum.

"Nggak! Puas udah ngingetin cewek-cewek buat solat?!"

" hah? Kamu cemburu?" tanya Yusuf dengan senyum yang manis.

Azka terpaku, ia baru sadar. Apa yang ia tanyakan tadi? Arghhh... Kok bisa gini sih?

"M-maksud g-gue.... Arghhh sial!" umpat nya dan berlalu pergi dengan malu. Pipinya yang memerah semakin membuat Yusuf gencar menggodanya.

"Azka, pipi kamu merah? Cemburu nih pasti." ledek nya semakin menjadi kala Azka tak fokus melihat jalan ke arah kamarnya. "Awas Azka! Hati-hati."

Brakk..

Suara pintu yang ditutup keras membuat Yusuf tertawa bahagia. "Lucu sekali kamu, sayang."

"Khmm.. Ada yang lagi kasmaran nih?"

"E-eh.. Abah? Kenapa bah?"

"Yusuf ada hal penting yang ingin abah sampaikan. Jika sudah selesai dengan urusanmu datanglah ke ruangan abah.

"Nggeh, bah."

***

"Arghhh... Anjing malu banget gue!"

"Kenapa harus nanya kayak gitu sih? Cemburu? What? Nggak, gak mungkin kan gue suka sama tuh ustadz?" ucapnya dengan kesal.

"Ah elah malu, malu banget gue... Mamah tolongin." Azka tidak tahu jika dibalik pintu ada Gus Naza.

"Kakak ipar saya gila?"

Sementara di ruangan abah Burhan ada Yusuf yang sedang berbicara serius dengannya. Sebenernya ini hanya pembicaraan masalah bisnis yang dikelola Yusuf.

"Gimana perusahaan kamu, Yusuf? Baik?"

"Alhamdulillah baik, abah."

"Istri kamu?"

"Istri Yusuf? Hm.. Azka masih belum bisa Yusuf bimbing dengan benar abah."

Burhan hanya tersenyum menanggapi. Wajar saja jika ia mendengar hal itu bahkan ia sudah menduganya.

"Tidak apa-apa, Yusuf. Kamu lakukan secara perlahan saja, bagaimanapun juga Azka hanya seorang wanita yang butuh bimbingan bukan bentakan apalagi hinaan. Ia butuh proses untuk melanjutkan ke tahap paling berat dalam hidupnya." nasehatnya.

"Soal penembakan waktu itu masih belum ada kejelasan ya?" Yusuf mengangguk mengiyakan.

Yusuf pun penasaran siapa yang melakukan hal mengerikan seperti itu? Kolega bisnis? Ia sangat yakin bukan mereka pelakunya. Lagipula diantara tulisan yang terselip ada satu nama yang membuatnya bigung. Zee? Siapa sebenarnya perempuan itu?

"Yusuf jika berkenan kamu cek saja data santri putri, siapa tau ada yang bernama Zee. Kalaupun ada panggil dan tanyakan perihal masalah ini. Mungkin ia tahu penyebabnya."

"Baik abah, Yusuf pamit terlebih dahulu jika begitu."

Burhan memandang Yusuf yang hilang dibalik pintu. Ia menatap sedih foto yang menampilkan potret dirinya dan juga Irawan, ayah dari Azka.

"Wan, saya dan Yusuf mungkin tidak menjaga dan membimbing putri kecilmu sebaik kamu menjaganya. Tapi percaya saja pada putraku, InsyaAllah dia akan menggantikan peran kamu yang hilang sejak dua tahun lalu."

"Saya minta maaf."




Next?

Ada yang ingin kalian sampaikan ke mereka;

- Gus Yusuf?
-Azka?
-Kamelio?

Antara Takdir dan Do'a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang