26_Pasar Malam

130 23 59
                                    

◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Reading
*
*
*
*

Hai, gimana kabar kalian hari ini?
⚠️follow dulu baru baca⚠️
No plagiat⚠️


Yusuf menemui Azka di taman belakang. Ia tahu Azka 2 hari ini menghindarinya karena masih merasa malu. Tapi ia kan tidak memarahinya? Kenapa harus malu?

Terlihat Azka sedang termenung menatap ke arah pohon mangga yang pernah menjadi tempat bertengkar mereka berdua. Azka tiba-tiba tersenyum manis.

"Andai aja tuh ustadz gak nyebelin, udah jadi cowok gue pasti." ucapnya seraya tertawa senang.

Yusuf yang masih memperhatikan ikut tersenyum. Entah mengapa rasanya sangat hangat dan nyaman. Ia menghampiri Azka dengan setangkai bunga mawar merah.

"Khmm.. Boleh saya duduk juga?"

Azka terkejut dan berakhir saling menatap dengan Yusuf. "Gue ngehalu, ya?" tanyanya dengan heran. Pasalnya dia tak pernah membayangkan Yusuf yang seperti sekarang ini.

Tampan sekali.

"Haha, ngapain ngehalu kalau saya sudah dihadapan kamu, Azka." goda Yusuf yang membuat pipi Azka seperti kepiting rebus.

"Ish apaan sih, orang gue tuh gak halu ya?!"

"Ini, bunga cantik untuk orang yang cantik pula."

Setangkai bunga disodorkan dihadapan Azka. Membuat Azka terheran, ini beneran si ustadz nyebelin?

"Lo.. Gak bermaksud racunin gue kan?" curiga Azka yang membuat Yusuf tak habis pikir.

"Saya tidak ada niat untuk melakukan itu sedikitpun, Azka. Bahkan terlintas dipikiran pun tidak ada." jawabnya dengan tegas dan lembut.

"Oh.terus ini apa?"

"Saya hanya ingin memberikannya saja. Tidak percaya?"

"Tumben."

Yusuf sangat senang hadiahnya diterima baik oleh sang istri. Ia tahu ini hanya awal dari pendekatannya, tapi yang ia tahu saat ini ia sangat sangat bahagia.

"Kalau saya ajak kamu ke pasar malam mau?" tanya Yusuf kembali.

"Wahhh... Beneran? Mau. Gue mau banget tahu, udah lama banget."

"Kalau begitu ba'da isya siap-siap, saya ajak kamu kesana."

Azka dengan tanpa sadar memeluk Yusuf kesenangan. "Aaaaa... Makasihhh, pokonya gue main sepuasnya disana."

"Saya senang kamu bahagia."

***

Kamelio tersenyum mendengar kabar dari anak buahnya. Pasar malam? Jadi gadis kecilnya akan kesana? Wah, sangat mengembirakan.

"Hah... Aku tidak sabar bertemu denganmu, sayang."

Gila! Siapa yang tahu jika seorang CEO yang di kagumi banyak orang ternyata memiliki keperibadian yang sangat jauh berbeda dari apa yang didengar.

Kamelio menatap sebuah bingkai besar yang menampilkan seorang wanita yang sangat ia cintai. Atau obsesi? Ah rasanya Kamelio ingin segera memeluk dan membawa tanpa melepaskan kembali gadis nakalnya itu.

"Zee, atau Azka? Haha, nama yang berbeda tapi satu raga? Wahhh, aku sangat antusias sekali sayang."

Sebenarnya Kamelio sudah tahu kepribadian ganda yang dimiliki Azka. Bahkan ia tahu gadis yang dicintainya hanya sosok alter-ego yang dibuat oleh si pemilik tubuh.

"Azka.. Azka.. Azka, walaupun kamu adalah sosok asli dari gadis kesayanganku. Tapi, bagaimana jika aku hanya ingin sosok Zee yang terlihat? Apa aku harus menyingkirkan mu juga?"

***

Ramai sekali orang yang datang ke pasar malam yang telah buka di dekat alun-alun Yogyakarta. Azka sangat antusias melihat yang sudah lama sekali tidak ia rasakan.

Yusuf hanya mengikuti dari belakang. Ia terus waspada takut jika Azka nanti menghilang dari pandangannya. Yusuf tersenyum manis tak kala mendapati Azka yang sedang bermain.

Memancing!

Itulah yang sedang Azka lakukan. Duduk dihadapan sebuah kolam mini dengan alat pancing mainan yang tengah ia arahkan untuk mendapat ikan yang bisa ditukar hadiah.

Azka tak bermain sendiri. Banyak sekali anak kecil yang juga ikut bermain. Sampai-sampai sekeliling kolam penuh tak dapat lagi ruang.

"Ayo kak. Jangan nyerah, aku juga udah dapet banyak bgt loh tadi." seru seorang anak perempuan dengan kuncir duanya.

"Berisik lo, cil!!"

"Ah kakak gak seru. Main aja cupu!"

Merasa terhina Azka mulai serius dalam permainan. Enak saja dirinya kalah dari bocah ingusan.

Yusuf yang melihat pertengkaran antara mereka hanya terkekeh geli. "Lucu sekali kamu, sayang."

"Argh anjing! Lepas lagi. Tolol!!" umpatnya yang mendapat tatapan tajam dari Yusuf.

"Hehe, lagian nih pancingan pasti di sabotase,"

"Di sabotase gimana toh, nduk?" sahut sang
penjual.

"Ya lagian gue gak dapet mulu daritadi! Giliran nih bocah ingusan malah banyak banget dapetnya." protesnya yang mendapat ledekan dari para bocil.

"Ya lagian kakak bego banget mainnya sih."

"Yey si anjing! Awas aj--"

"Azka sudah!" potong Yusuf untuk melerai. Lagian Azka ada-ada saja, masa berdebat dengan anak kecil?

"Ustadz gak belain gue?"

"Azka kamu mau apa? Biar saya yang kasih sama kamu." jawab Yusuf yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Azka.

"Emang lo bisa?" ragu Azka.

"Kamu menyepelekan saya?"

"Ya nggak sih, gue mau boneka bebek itu." pintanya sedikit merengek.

Menggemaskan! Rasanya ingin sekali Yusuf mendekap Azka supaya tidak ada yang melihat ekpresi Azka yang begitu lucu saat ini.

Baru juga satu kali main Yusuf sudah mendapatkan  hadiah yang diinginkan oleh Azka.

"Nih, mirip kamu sekali, Azka. Haha lucu sekali, apalagi kalau marah." ujarnya yang terselip godaan dan sedikit ejekan.

"Ish, gue gak sejelek ini ya, ustadz nyebelin!!" kesal, bagaimana Yusuf bisa membandingkannya dengan bebek jelek ini sih?

"Mau main yang lain?"

"Boleh?"

"Tentu saja. Asalkan bersama saya semua boleh."



Gimana-gimana? Seru gak nih?
Next?

Ada yang ingin kalian sampaikan ke mereka?

- Yusuf?

- Azka?

- Kamelio?

- atau Zee?

Antara Takdir dan Do'a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang