TA 29

330 16 1
                                    

Happy Reading ❤🍅

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi Argan masih sibuk memasukkan pakaiannya kedalam koper, besok ia akan berangkat ke Singapura.

Jangan kira Argan adalah orang yang ahli mengemas pakaian kedalam koper, kalian salah besar. Justru karena dirinya yang terlalu sok tau semua bajunya dikeluarkan kembali oleh Lyvira gara-gara pakaiannya dimasukkan begitu saja tanpa dilipat.

Jackson dan Ralin juga ikut membantu Argan mengemasi barang-barangnya, wajah laki-laki itu terlihat pasrah menerima omelan Lyvira.

"Kamu tuh gimana sih Argan Mama udah bilang jangan taro peralatan mandi kamu di tempat baju taronya di pouch yang udah Mama beliin kemarin." Dengan cekatan Lyvira mengeluarkan sikat gigi, pasta gigi, dan yang lainnya keluar kembali.

"Pouch yang Mama beliin kemarin mana? " Tanya Lyvira sambil grasak grusuk mengecek barang Argan.

"Masih didalam plastik, Ma." Argan menyerahkan paper bag warna hitam pada Lyvira sambil menunjukkan deretan giginya.

"Ini tuh bukan plastik tapi paper bag." Kaya tapi bloon itulah Argan dimata Ralin.

"Kamu tuh malu-maluin Papa masa anak pemilik perusahaan terkenal yang gantengnya ngalahin Tom Cruise nggak tahu paper bag." Ujar Jackson sambil mengibaskan celana dalam Argan dan membuat empunya membulatkan matanya.

"Pa sempak Argan jangan di gituin." Argan langsung merebutnya dari tangan Jackson.

"Nggak papa kali, lagian Papa juga punya." Argan berdecak.

"Bukan itu masalahnya."

"Masa anak pemilik perusahaan terkenal sempaknya pada bolong-bolong semua." Ralin mengangkat satu celana dalam Argan memamerkannya pada Jackson dan Lyvira.

"Astaga Argan itu celananya kenapa tinggal depannya doang yang ada kain bagian pantatnya mana." Lyvira terlihat syok menatap celana dalam anaknya itu.

"Emang sempak dipake diluar yah, kok belakangnya bolong." Tawa Jackson pecah saat membolak-balikan celana yang ditunjukkan Ralin.

"Ini juga tante tengahnya bolong."

"Kamu abis ngapain masa sempak kamu tengahnya bolong." Jackson sudah guling-guling di kasur Argan sementara itu sang pemilik sempak hanya meringis malu dan menatap tajam kearah Ralin.

"Ini celana kamu semuanya nggak ada yang beres  kalo nggak bolong ditengah, kainnya udah robek-robek. udah nggak bisa kepake kenapa nggak dibuang aja sih." Lyvira menatap Argan dengan gemas ingin sekali ia menjewer telinga anaknya itu.

"Selama karetnya belum kendor sempaknya masih bisa Argan pake Ma, kan sayang kalo cuma robek begini masih ada orang diluaran sana yang mau pake sempak tapi nggak mampu beli. " Ralin tertawa mendengarnya.

"Buset, kelewatan ngirit dia."

"Yang ini nggak usah dimasukin kedalam koper simpan di lemari atau buang aja." Usulan terakhir dari Jackson tidak akan pernah Argan setujui.

"Nggak ada ini harus masuk kedalam koper apalagi yang warna hijau ini. Sempak keberuntungan." Ralin menatap Argan dengan tatapan jijik.

"Malu-maluin keluarga kita aja." Ujar Ralin.

"Lin kamu masukin celana ini dilemari terus ambil yang baru." Ucap Lyvira dan Ralin pun menurutinya sementara itu Argan sudah memanyunkan bibirnya.

Saat membuka lemari pakaian Argan Ralin berdecak antara kagum dan kesal melihat koleksi celana dalam baru sepupunya yang kelewatan banyak.

"Ternyata jadi orang irit nggak begitu baik manfaatnya." Ucap Ralin.

"Tapi Ma itu semua sempak kesayangan Argan." Argan merengek seperti anak kecil lantas Lyvira berkacak pinggang.

Tentang Argan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang