Prolog

23.2K 484 58
                                    

"Datangnya jodohnya tak memandang usia dan tak melihat siap atau tidak. Semuanya sudah diatur sama Sang Pencipta. Cukup menerima dan pasrah."



°°°°°°°°°°

Yang udah baca lebih baik kalian baca ulang karena antara revisi sama belum sangat jauh perbedaannya.




Yang udah baca lebih baik kalian baca ulang karena antara revisi sama belum sangat jauh perbedaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Mengubah status sangatlah suatu hal yang mudah, tinggal sang mempelai pria menjabat tangan ayah dari pengantin perempuan. Andaikan menikah dapat mengubah perasaan menjadi lebih baik maka tidak sedikit orang yang ingin melakukannya. Namun sebagian orang ada yang keberatan mengubah statusnya menjadi istri. Bahkan sangat keberatan.

Setelah akad dan pesta selesai diselenggarakan pengantin baru berisitirahat di kamar anak perempuan dari Bima dengan Leoni. Sebenarnya pengantin baru tinggal di hotel yang sudah disiapkan. Akan tetapi si perempuan merasa tidak setuju dengan rencana keluarga besarnya. Katanya ia ingin mengenang kamarnya sebelum pergi dengan suami yang tak diinginkan. Memeluk boneka berbentuk buah kesukaannya-strawberry- menghirup rakus. Dan mengambil foto yang diabadikan dalam ponselnya.

Raut wajah ceria Lisca memudar seketika melihat wajah tenang pria itu yang baru keluar dari kamar mandi. Pria sinting yang telah menikahinya beberapa jam lalu tanpa meminta pendapatnya sendiri. Egois bukan?

"Sana mandi dulu agar tidurnya nyenyak." Menatap lembut. Bukan cuma tatapan saja yang melunak cara Arga berbicara juga kepadanya.

Namanya Arga Aldabaran berprofesi sebagai CEO. Cuma itu yang Lisca tahu mengenai suaminya selainnya ia tak peduli. Mau punya pacar, selingkuhan terserah Arga.

Lisca tidak akan menganggap Arga berselingkuh karena tidak ada cinta sedikit pun untuk pria yang tak tahu diri. Percuma umur dua puluh sembilan, tapi tak punya hati. Teganya menikahinya yang baru berumur sembilan belas tahun. Masuk kuliah aja belum.

"Jangan main hp terus nanti kemalaman, gak baik mandi malam-malam." Arga kembali menyuruh, tetapi Lisca tetap diam. Bibirnya komat kamit menyumpahi suaminya.

Arga menaruh handuk yang digunakan tadi untuk mengiringi rambutnya lalu duduk di pinggir kasur. "Apa perlu saja mandikan baru kamu bersihkan diri?" Menaikkan kedua alisnya.

Lisca menyilangkan kedua tangannya di dada beserta ekspresi jijik. "Dasar Om tua tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca." Tangan Lisca bergerak mengusir Arga.

"Saya belum tua dan saya bukan om kamu," sanggahnya, tidak mengalihkan tatapannya dari mata istrinya.

"Perlu diketahui Om itu tidak cocok jadi suami Lisca melainkan sebagai paman dan bisa juga sebagai papa ku sebab Om terlalu tua." Lisca berbicara tanpa menggunakan titik dan koma. Tak rela dirinya mengakui Arga sebagai suaminya meskipun dia adalah istri Arga secara sah.

HERE I AM [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang