24.1| Fairytale 2.0

16 7 0
                                    

Bulan ke-sembilan terapi percobaan.

Nicole menyemprotkan parfum kesukaannya. Dari jendela taksi jelas perubahan raut wajah Ethan ketika ia mendekat.

Disapanya empat orang di sana senatural mungkin. Tak lupa mengungkit dua hari silam ketika Ethan mengingatkannya akan undangan Olivia--yang cerobohnya diiyakan di ruang karaoke.

Ethan lebih banyak diam. Sibuk membangun tembok imajiner di tengah-tengah.

Julian mencuat ke sebelah Nicole seperti hantu. “Soal yang terjadi dan kau ketahui sebelumnya, jangan banyak bicara,” bisiknya.

Nicole berdehem. Ia tengah menahan diri untuk tidak memaki Ethan sekarang juga karena telah mengaktifkan ‘mode buku cetak’-nya semenjak berita pertunangan dan … Ohya, Ju tidak tau soal yang satu itu.

“Kau tambah aneh saja, Ju. Bukannya pikirkan perasaanmu, malah mengurusi- ….”

Delik dingin Julian menelan suara Nicole. Dia ‘kan sudah disumpah sepihak untuk tidak membahas yang diketahuinya!

Jasmine--yang diam-diam mencermati situasi--menawarkan menyusun koper ke bagasi sebab entah ide siapa, Nicole diinstruksikan ikut mobil Julian.

“Bawaanku perintilan, ada endorse hampir deadline. Gapapa?”

Perempuan pendiam yang lebih dewasa tiga tahun itu tersenyum maklum sebelum menggiring Nicole.

Dua mobil meninggalkan lokasi pertemuan. Artinya, ‘liburan’ dimulai.

●●●

---Villa Keluarga Halim, 31 Desember 2022, Pukul 17.30 WIB

New year is only few hours ahead.

Hari pertama nyaris berakhir. Puas bersenang-senang seharian, kelimanya naik ke balkon terbuka nan luas di lantai tiga. Sumpeknya gedung-gedung di pusat kota nampak kecil dari dataran tinggi sini.

Rencananya, mereka akan menonton sunset terakhir tahun ini.

Nicole gagal menghentikan diri untuk tidak memandangi punggung Ethan--yang tengah digelanyuti Olivia. Lumayan jauh di sebelahnya, Jasmine nampak memotret langit. Bersama Julian, Nicole berdiri beberapa meter di belakang.

Happy new year, Et.

Ingin sekali Nicole menjadi orang pertama yang menyampaikan itu. Ia juga ingin mengatakan harapan-harapannya untuk tahun depan nanti.

Tapi, tidak bisa.

Nicole  menggenggam syal tipis di lehernya.

“Terima kasih sudah datang,” gumam Julian menyoroti titik yang sama, “Dia kelihatannya senang.”

Ketika Olivia kemudian menoleh sembari menunjuk lingkar mentari yang mulai tenggelam, Julian hanya mengangguk kalem. Olivia memamerkan senyum mautnya.

“Pembohong nomor satu,” olok Nicole.

Ia mendengus saat lengan panjang Julian bertengger di kepalanya. Seandainya, seandainya saja. Buru-buru dilepaskannya diri dan bersidekap. Julian melipat tangannya di belakang kepala.

“Happy new year.”

Kalimat kejutan Nicole sukses membuat Julian menoleh. Entah apa Julian sadar, tapi Nicole barusan melihat senyum langka.

“Kau juga. Berjuanglah sebaik mungkin.”

Banyak hal terjadi belakangan ini. Soal Arik, Ethan … Harusnya Nicole melakukannya jauh-jauh hari: memperjuangkan ketenangannya.

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang