25| Berlian Kecil di Kotak Kaca

22 6 5
                                    

[Julian] Once again congrats! Maaf tidak bisa mengakhiri perayaannya bersama :)

Rambut gondrongnya bahkan masih lembab. Disentuhnya perintah kirim dengan poker face. Masih tidak enak meninggalkan villa duluan. Belum lagi memikirkan kecanggungan tiga manusia di meja makan nanti.

“Gara-gara aku, kakak nggak bisa menghabiskan waktu dengan Kak Oliv,” sesal Jasmine dari kursi belakang, “Kak Et juga. Aku jadi merasa bersalah.”

Julian meletakkan ponsel di dasbor. “Kau juga nggak nyangka file-nya bakal corrupt ‘kan?”

“Tetap saja ….” Ini kesempatan bagus untuk dekat Kak Olivia.

Jasmine memutus kalimatnya. Sebelum teman kampusnya menelepon, tidak pernah dibayangkannya akan minta Julian mengantar pulang ke kota. Seharusnya ia tidak usah ikut saja dari awal!

Supaya kakaknya bisa menghabiskan waktu dengan sahabatnya. Terlebih Jasmine tahu persis tatapan khusus yang diberikan Julian pada Olivia. Jasmine tidak perlu bertanya. Toh, kakaknya tidak akan menjawab. Sekarang saja, dia menyembunyikan kecewanya demi aku.

“Kalo mau protes nggak ada yang marah, kok,” ujarnya, “Soalnya menurutmu perayaan Kak Oliv penting ‘kan?”

Julian tersenyum simpul. “Kau dan kuliahmu lebih penting, Jass.”

“Kakak semakin mirip mama-ehem-Atau malah papa?” Bahkan dengan sarkasme, kesan kalemnya tak berkurang.

Julian melirik adik kesayangannya melalui spion tengah. Syukurlah. Setidaknya gadis 23 tahun itu bisa menjalani apa yang benar-benar ia cita-citakan.

Itu mengingatkannya pada apa yang disebutnya sebagai ‘yang terjadi dan Nicole ketahui sebelumnya’.

Seandainya keadaan berbeda, mungkin dia juga sedang sibuk dengan kuliahnya sekarang. Dia seumuran Jasmine ‘kan? Seharusnya ….

Kemudian, Julian menginjak pedal gas dua kali lebih kuat.

●●●

---Kafetaria Shine Entertainment, November 2022

Julian mencepol surainya ala pemain sepakbola. Hari ini ia mengenakan setelan kasual lengkap dengan sepatu olahraga andalannya, karena ia tidak datang untuk bekerja melainkan untuk … iya juga. Kenapa sampai begini?

“Hubungan kami dan perasaanku ini tidak ada hubungannya denganmu.”

Padahal itu benar, lalu ….

“Bukankah bagi kalian aku cuma penjahat dalam kisah hidup Nicole?”

Ditepisnya semua pemikiran. Anggap saja naluri psikiaternya yang bekerja.

Julian tidak tahu alasan pastinya menelepon Nicole. Apalagi cuma untuk mengulik informasi tentang gadis itu. Membuatnya datang untuk mendengar penjelasan yang Nicole janjikan.

Yvaine. Sosok yang bahkan tidak menyambut uluran tangannya ketika Julian menolongnya dari ulah Kent beberapa hari lalu.

Ngomong-ngomong cowok sialan itu, kenapa …

“Kenapa si brengsek ini bersamamu?” gerutu Julian ketika dua orang duduk di seberangnya.

Kent berdecak, “Cih. Si sok pahlawan tid-“

“Kumohon berhenti. Aku tidak tau apa masalah kalian tapi …,” cela Nicole menengahi, “Aku yang mengajaknya, Ju. Kurasa hanya Kent yang dapat memberi jawaban yang kau mau. Kau beruntung dia menguping.”

BorderlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang