Bab 44 : Cerpen : Pada zaman dahulu....

470 84 9
                                    

Pada zaman dahulu, ketika kita belum lahir, ayam masih bersahabat dengan komodo dan patih gajah mada bermain di sawah cuma pake sempak, hiduplah sembilan monyet di antah berantah hutan amazon yang suram.

Bukan suram karena horor, tapi suram karena si hutan setress sama penghuninya.

"Monyet! Monyet! Main yuk! " ajak baby singa pada yang lebih tua.

"Gue Gyumin nyet! Ga mau ah! " kesal yang di ajak.

"Ih monyetnya ngambek, awas nanti Leo makan loh. Kalo Leo kasih pisang nanti mau main ga? "

"Ihhhh astagfirullah! Lo kalo ga bikin gue emosi bisa ga sih, babi?! " geram Gyumin.

"Ihhhh nyolot, padahal ga ada serem seremnya. "

"BAJI-ARGHHHHHH! " teriakkan luapan stress menggema di hutan amazon tersebut membuat burung burung beterbangan, ikan bersembunyi, binatang olahraga lari, hantu istighfar, dan matahari mengumpat.

"Monyet mana tu yang lagi latihan vocal? Ga tau diri suaranya bikin gedang telinga bolong? " bingung Sing yang sedang mencabut pohon singkong. Katanya sih singkong sama daunnya mau di jual biar bisa dapet uang secara halal. Padahal mah, itu pohon punya Beomsoo. Orangnya ga ada jadi dia ga izin.

Nanti kalau udah di ambil bakalan di tanam lagi kok, tenang aja. Ini bukan nyuri kok, sekali lagi ini bukan nyuri kok! Cuma belum izin aja guys.

Sementara itu, di pasar.

Hyunsik, Davin, Lex, dan Beomsoo akan membeli kebutuhan primer, sekunder dan tresier mereka dengan membagi tugas menjadi dua.

Bukan kagebunshin no jutsu, tapi Hyunsik dengan Davin sedangkan Lex dengan Beomsoo.

Tim Hyunsik, tentu saja kebanyakan nawar karena ada emak emak dalam kelompok membuat Davin malu se malu malunya. Bahkan lebih malu dari pada putri malu.

Di tengah jalan, mereka bertemu dengan penjual pakaian.

"Ayo ayo bu di pilih di pilih, tigapuluh k dapat dua baju. Di jamin besar besar dan ga bolong bolong kecuali buat tangan sama kepala. Kalau di pake saya jamin perut anaknya ga bakal ke umbar!"

"Ada juga ini celana ibu ibu, di jamin tanpa lubang menganga. Ga bakal deh auratnya keliatan, besar besar bu kalo buat anak yang tinggi juga bisa. Cuma tujuhbelas k aja bu. Murah murah! "

"Dia nyindir gue ga sih bang? " tanya Davin.

"Iya! Makanya kita jadi targetnya si abang! Mana mahal lagi, itu si Alek juga suka pamer perut. " kesal Hyunsik.

"Terus gimana? Mau beli apa kagak bang? "

"Nggak ah! Mahal, gue tambal aja baju sama celana lo nanti pake kain perca. Lumayan ga keluar biaya. "

"Warna warni dong kayak pelangi. "

"Gapapa yang penting jangan jadi kayak pelangi. " ujar Hyunsik.

"Gimana tuh? "

"Jangan belok! Lo belok gue penggal! "

"Kejam amat. "

Tim 2

Lain dengan tim emak, lain pula dengan tim bapak. Kalo tim bapak mah ga mau nawar.

"Bu beli bawang merah sekilo sama bawang putih sekilo ya. " ucap Beomsoo pada sang penjual.

"Baik den, " jawab ibu penjual.

"Ngapain beli bawang putih den? Mau buat bundir? " tanya sang ibu sambil melayani pesanan.

"Maksud ibu apa ya? " bingung Beomsoo.

"Loh, vampir kan anti bawang putih. Jadi artinya sampeyan mau bunuh diri ta? " kini sang ibu ikut bingung hingga lupa harga barang yang tadi sedang ia hitung.

"Itu si ibu ngira lo vampir Beom. " bisik Alex yang tugasnya bawa bawa barang.

"Saya bukan vampir bu. " jelas Beomsoo setelah mendapat pencerahan.

"Oh iya toh? Spek nya vampir banget sih. Ganteng ganteng gitu, ibu diskon 50 persen deh. " ucap sang ibu sambil menyerahkan barang yang di pesan Beomsoo.

"Eh ga usah bu, itu juga kebanyakan. Saya jadi ga enak. " tolak Beomsoo.

"Gapapa den, itung itung sedekah. "

"Loh, seharusnya saya yang sedekah ke ibu. "

"Gapapa kok gapapa. "

"Makasih ya bu! " pada akhirnya, Pak Alex menerima kembalian dari sang ibu dan menyeret anak vampirnya pergi.

Ibu penjual melambakan tangannya dan lalu tersenyum. "Hohoho, polos banget ya vampirnya. "

.
.
.
.

Wain dan Zayyan jalan jalan menyusuri jalan setapak dengan santai.

Di tengah jalan yang bener bener di tengah jalan, penjual semangka tiba tiba menyeru ke arah mereka berdua.

"Mas semangkanya mas! Sepuluh k dapet tiga biji! Murah murah! Manis lagi! "

"Murah apanya, itu mahal bang. " ujar Wain. "Lagian ngapain abang jualan di tengah jalan gitu? Ga takut di tabrak truk kun terus isekai? "

"Malah seneng dong mas isekai. "

"Isekai ke neraka mau? " tanya Wain.

"Ya jangan dong! Maksudnya isekai kayak wibu gitu loh. Terus kenapa mas tadi bilang semangka saya mahal? Kan sepuluh k dapet tiga biji! " protes si penjual.

"Ya mahal lah! Sepuluh ribu cuma dapet tiga biji! Abang jual biji apa buahnya? " Wain menatap remeh abang penjual. "Gue jamin belum ada yang beli kan? "

"Kok tau sih bang? " bingung penjual.

"Kok bener? Perasaan kalo 10 k dapet tiga biji emang murah. "Zayyan pun ikut bingung.

"Mahal bang! Sini gue liatin! " Wain mengambil sepotong semangka merah yang digunakan untuk iklan dan memakannya.

"Buh!!" Laki laki itu meludahkan tiga biji semangka ke tanah. "Noh liat! Masa segitu sepuluh k! Kan mahal! "

"Ya ga gitu juga win. " Zayyan spekles.

"Tapi orang mikirnya gitu, makanya ga laku. Ganti aja tuh jadi sepuluh k dapet tiga buah, nanti bakal rame. " saran Wain sambil terus menggerogoti semangka yang diiklankan secara berjejer sampai habis.

"Oke deh makasih atas sarannya. Ini saya kasih semangka gratis. " penjual semangka itu memberi keduanya masing masing semangka sebelum kemudian berpamitan pergi.

Baru setelah keduanya tidak lagi terlihat, abang penjual semangka sadar bahwa dagangannya telah dimakan. Kulitnya saja sampai menggunung di pojokan.

".........."

"MAS BALIKIN SEMANGKA SAYA!!"

Seperti itulah keseharian para pengguni hutan amazon yang kian hari semakin suram.

The End

Serba Serbi XodiacWhere stories live. Discover now