19.

651 59 1
                                    

WAKTU menunjuk pukul sepuluh malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WAKTU menunjuk pukul sepuluh malam. Neira memutuskan ikut ke kamar Ratih, perempuan itu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Entah mengapa ia sedang tidak ingin sendirian malam ini. Setelah hampir dua jam merasa lelah menghabiskan waktu di taman.

"Ma."

"Hm?"

"Malem ini aku tidur di sini ya," ujar Neira.

Ratih mengernyit. "Loh kok tumben?"

"Nggak papa, pengen di sini aja. Gak papa kan?"

"Gak papa dong, nak."

Dengan kedua tangan yang terlipat di atas perut, Neira memandang ibunya yang baru selesai mengganti pakaian, kemudian wanita berumur lima puluhan awal itu duduk di sisi kasur sambil memainkan ponsel.

"Mama udah nggak nonton series lagi?"

"Enggak," sahut Ratih, ia menatap sekilas anaknya.

"Kok?"

"Soalnya di sini gak bisa nonton marathon. Gak kayak di rumah."

"Emang terakhir nonton apa?"

"Layangan Putus."

"Heran deh." Neira menghela napas. "Kok orang-orang suka banget ya sama drama perselingkuhan?"

"Karna seru."

"Seru apanya? Malah nggak bagus kali bagi orang yang punya trauma sama perselingkuhan."

"Yah kalau gitu pilih tontonan yang sekiranya cocok buat diri sendiri."

Pandangan Neira tertuju pada langit-langit di atas, hal ini membuatnya teringat kejadian beberapa jam lalu, dan beberapa hari sebelumnya. Kejadian yang mengganggu pikirannya. Kejadian yang membuat hatinya cemas.

"Aku mau nanya deh ma."

"Apa?"

"Mama tuh sama Om Rama emang deket banget ya?"

Secepat kilat, raut wajah Ratih langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Sebetulnya ia tahu jika anaknya akan menanyakan hal ini, tetapi ia tak menyangka bila Neira menanyakannya sekarang.

"Biasa aja. Kenapa kok tiba-tiba kamu nanyain Om Rama?" sahut Ratih akhirnya.

Neira manggut-manggut, berusaha memahami ibunya sembari terduduk perlahan. "Soalnya aku peratiin mama tuh gak begitu akrab sama temen-temen cowok mama," ia menjeda sejenak. "Kalo Om Joe emang friendly aja sih, keliatan dia sama yang lain juga akrab. Tapi kalo Om Rama tuh beda."

"Nei..."

"Aku beberapa kali gappin mama ngobrol atau duduk deketan sama dia," Neira diam sebentar. "Dan aku akuin, aku kurang suka liatnya."

Ratih terdiam, tahu jika anaknya masih ingin bicara.

"Aku ngerasa ada yang aneh aja gitu setiap kali liat dia."

Reunion of The Year | ✓ Where stories live. Discover now