02-Temen

809 78 2
                                    

Gemini memberhentikan mobilnya tepat di depan Fourth berdiri bersama Satang dan seorang teman yang katanya ingin Fourth perkenalkan kepada dirinya. Rencana ketiga remaja tersebut setelah kegiatan pengenalan kampus dalah latihan band di studio milik paman Satang, jadi Satang yang tadi pagi menggunakan angkutan umum itu sekalian menumpang pada mobil Gemini.

"Ayo masuk!"

Titahan Gemini dituruti Fourth dan sahabatnya, tak lupa menarik Bimbeam untuk masuk juga. Fourth duduk di samping suaminya dan Bimbeam duduk bersama Satang di belakang. Satang sudah akrab dengan Bimbeam karena mereka berada dalam satu kelompok masa pengenalan kampus.

"Gem, ini Bimbeam! Sahabat kecil aku yang tadi aku ceritain, dia mau nonton kita latihan, boleh?" Izin Fourth setelah selesai memakai sabuk pengamannya dan mobil Gemini melesat pergi meninggalkan area kampus.

Gemini melirik sebentar lewat kaca spion, lalu menggenggam satu tangan suaminya, "Boleh," kemudian menyapa Bimbeam, "Hai Bimbeam, salam kenal, ya!"

"Beam, ini Gemini, fans nomer satu gue alias laki gue,"

"Huwek! Bau banget!" Cibir Satang bersamaan dengan Bimbeam menyapa Gemini balik.

Fourth berdecak melirik sinis Satang, "Iri bilang bos!"

Perdebatan kecil Fourth dan Satang mengundang kekehan dari sang sopir, "Capek?" Tanya Gemini seraya tangannya mengusap-usap kepala Fourth pelan.

Satang berdeham, "Pak, mesra-mesraan nya di apart aja pak, uhuk!" Goda Satang yang sedikit banyak jengah dengan love birds di depannya.

Namun pasangan Jirawathanakul itu mengabaikan kehadiran Satang di sana, "Lumayan pegel sih, keliling kampus terus, tapi seru!" Bagi Gemini, istirahat yang menyenangkan adalah mendengarkan suaminya berceloteh tentang sepanjang hari yang mereka lalui, senyum tulus tidak luntur sedikitpun dari bilah plum Gemini.

Interaksi menggemaskan itu cukup melegakan Satang. Meskipun sudah bertahun-tahun bersama, Gemini masih tetap memperlakukan sahabatnya dengan sangat baik. Berbeda dengan Bimbeam yang menekuk wajahnya melihat Gemini dan Fourth.

***

Bimbeam bertepuk tangan riuh setelah lagu terakhir selesai dimainkan, mengapresiasi konser privat yang katanya dipersembahkan khusus kepadanya.

"Keren! Gue sering liat kalian di timeline, gak nyangka kalian emang sekeren ini!" Heboh gadis tersebut.

Fourth tersenyum bangga, "Iya dong! Jelas!" Remaja tersebut menghampiri Bimbeam yang duduk bersebelahan dengan Gemini. Fourth duduk bersandar di bahu suaminya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun lagi. Puncak kepalanya diusap lembut, perlakuan Gemini terhadap Fourth membuat decakan maklum dari teman-temannya, "Bucinnya tau tempat, kek!" Protes Captain yang dibalas cebikan kecil dari Fourth.

Ditengah candaan itu, tiba-tiba Mark datang ke dalam studio, menyusul Ford yang ikut latihan. Kehamilannya yang baru menginjak hampir empat bulan itu tidak menyurutkan semangatnya di dalam band. Ford justru makin semangat karena jenuh berada di dalam apartemen.

Ford akhirnya mengajukan pembatalan pendaftaran, dengan koneksi pamannya, Grandhita tetap aman dari ancaman pengurangan kuota mahasiswa baru tahun depan. Bungsu Arm dan Alice tersebut akan mendaftarkan dirinya lagi ketika anaknya nanti berusia dua tahun.

"Gem, Fourth, kalian juga ikut balik! Kakek Arthit sama kakek Kong balik!" Ujar Mark dengan tergesa.

Mendengar kabar tersebut, Ford bergegas mengemas barang-barangnya lalu menarik Fourth keluar dari studio, "Gem, bawain bawaannya Fourth, ya! Laki lo ikut gue pokoknya!" Perintah Ford tanpa bantahan, Fourth juga mengikuti langkah sahabatnya tanpa pamit.

Dan juga melupakan kehadiran Bimbeam di dalam studio. Kedua pasang cucu Jirawathanakul tersebut bergegas pulang menuju kediaman kakek mereka tanpa berpamitan dengan semua orang yang ada di sana.

"Bimbeam, ya? Rumah lo di mana? Atau kost di mana?" Bimbeam berjengit pelan, ia mendapati sang gitaris Backstreet Boys tepat di sebelahnya.

Gadis itu terbatuk pelan, "Er... gue tinggal di apartemen, kenapa?"

Captain terkekeh kecil, "Iya juga sih, temennya Fourth tajir semua, eh! Ekhem... Gue anterin, ya?"

Satu-satunya gadis di studio tersebut tak punya pilihan, ponselnya mati total karena ia lupa mengisi daya, langit sudah gelap sehingga akhirnya Bimbeam mengiyakan ajakan Captain, "Eum... boleh deh, nggak ngerepotin, kan?"

"Enggak dong! Gue abis ini gak ada acara apa-apa lagi jadi agak nyantai sih," Ujar Captain menyanggupi, "Ya udah, lo tunggu bentar, ya? Gue mau beresin gitar gue dulu,"

Sedangkan Winny, Satang, dan juga Prom bersorak kecil, "Jiakh! Bisa aja ngalusnya lo, Capt!" Ledek Satang melihat pergerakan sahabatnya.

Captain tersenyum kecil, "Doain ya, semoga nggak nice try kali ini,"

"Aamiin..."

***

Mobil Gemini yang ia tumpangi sendirian itu tiba lebih dulu di rumah Jirawathanakul tempat kedua kakek buyutnya singgah, senyumnya mengembang sempurna ketika mengetahui kakek buyutnya ada di sini. Langkahnya ringan masuk kedalam rumah, "Gemini pulang!"

Di ruang tengah kakek Arthit tengah duduk memakan buah segar yang nek Jam kupaskan, Gemini langsung duduk memeluk kaki kakek Arthit, "Pulang kok nggak bilang-bilang? Kan Gemi bisa jemput," Sambut Gemini manja.

Kakek Arthit tersenyum lembut membelai surai lepek cicitnya, "Maaf, kakek lupa, maklum udah tua," Balas kakek Arthit, "Lagian umur kakek udah seratus tahun lebih, kakek nggak bakal inget namamu juga kalo kamu nggak bilang namamu tadi, Gemi, ya?"

Tangan keriput yang kaku itu digenggam Gemini lembut, meski kemampuan mengingatnya berkurang, raga kakek Arthit masih terasa bugar karena pola hidup sehat yang dijalaninya bersama kakek Kong di Belanda sana.

"Iya kakek, aku Gemini..."

"Kalo aku Ford! Ini Fourth suaminya Gemini, terus yang itu Mark suami aku!" Ford menyela ucapan sepupunya yang kini memasang wajah masam kepada Ford.

Fourth dan Mark menyapa sopan dengan senyuman lembut. Ford dan Gemini adalah cicit yang paling dekat dengan kakek Arthit, katakanlah mereka adalah cicit emas kakek Arthit karena usia mereka yang paling muda diantara saudara-saudaranya yang lain.

"Kakek mau tinggal di sini terus, soalnya kakek Kong sama kakek Arthit udah pikun, jadi bunda takut ada apa-apa kalo mereka tinggal berdua aja di Belanda," Jelas Alice mengenai alasan kepulangan kakek buyut mereka.

Fourth mengangguk kecil setelah menyesap coklat panas yang disajikan kepadanya, "Jadi gak punya alesan buat main ke Belanda lagi, dong?" Ujarnya sedih. Sontak Alice tertawa pelan, "Ya kalo kalian mau main ke Belanda ya tinggal main? Toh kalian udah bisa nyari duit sendiri, kan? Ngapain pusing, coba?"

"Bunda nggak ngerti, sensasinya beda, tau!"

Alice tertawa kecil, "Sekarepmu, le (Terserah kamu, nak)"






Bersambung, cie nungguin semingguan yaa? Wkwk Vee nabung draft dulu, nanti semisal udah mau selesai draftnya kita ketemu di sini dua kali seminggu yaa!

Rahsa : Next Chapter Begin [GeminiFourth]Where stories live. Discover now