O5

4.9K 415 1
                                    

"Arlen, apa oma boleh bertanya?"

Arlen mengangguk semangat sembari menikmati tiap usapan lembut di kepalanya, "tanyakan saja oma."

Saat ini Arlen dan kakaknya tengah menginap di rumah sang oma karena oma nya itu sangat merindukan mereka berdua. Awalnya mereka berdua tak mau, tapi saat tahu sifat oma nya yang tak mau dibantah siapapun dengan terpaksa mereka berdua pun menginap di sini.

Wanita paruh baya itu tersenyum penuh ketulusan, ia kemudian memejamkan matanya sebentar sebelum melontarkan pertanyaan yang akan sedikit sensitif untuk cucu nya yang satu ini.

"Apakah paman Kai–" Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, Arlen lebih dulu memotong. Cucu nya itu bahkan dengan berani menatap ke arahnya begitu tajam

"Papa Kai! Dia itu papa nya Arlen sama bang Arvel!" Ucap Arlen tak terima, lagipula kenapa sih oma nya ini selalu menyebut Kaileen seolah-olah papa nya itu adalah pamannya? Arlen sangat benci sekali jika oma nya sudah membahas hal tersebut.

Wanita paruh baya bernama Laras itu hanya bisa menghela napas nya, "maafkan oma sayang, jadi apakah papa mu sudah lebih memperhatikan kamu dan juga Arvel sekarang?" Tanya Laras

Arvel yang duduk tak jauh dari mereka langsung saja berseru dengan senang, "oma pasti gak bakal percaya, papa yang sekarang beda banget sama yang dulu! Papa sekarang lebih perhatian dan juga sering main sama kita berdua. Papa juga mau mengantar bahkan menunggu kita di sekolah sampai pulang. Meski aneh karena dalam waktu singkat papa berubah kayak gitu, tapi Arvel gak peduli selagi itu papa."

Mendengar penuturan tulus dari cucu nya membuat Laras tersenyum tipis, apakah putranya itu sudah benar-benar berubah? Jika benar, tolong tetap biarkan putranya seperti itu. Laras hanya ingin kedua cucunya mendapatkan kasih sayang yang cukup meski hanya dari figur ayah.

Namun jauh di dalam lubuk hatinya, Laras masih mencurigai anaknya itu. Kali ini rencana apa lagi yang akan Kai lakukan?

–·–·–

"Lo beneran gak, sih? Takutnya gue cuma halu doang gara-gara stress mikirin jalan keluar." Ucap Kaileen dengan kesal ketika terus menerima jawaban yang nyeleneh dari Kai

Padahal dirinya saat ini benar-benar sedang serius, tapi Bisa-bisanya dia malah menjawab dengan asal.

Bener lah, no tipu. Abang harus kayak gimana lagi biar bisa dipercaya?

Kaileen memasang raut wajah seperti ingin muntah sekarang ketika mendengar kata 'abang' dari Kai. "Najis, lagian percaya sama lo itu musyrik." Ucap Kaileen sembari menyalakan televisi

Hari ini lagi-lagi kegiatan Kaileen begitu membosankan, apalagi mengingat jika dua buntutnya tengah menginap di rumah wanita yang sekarang sudah menjadi ibunya itu selama dua hari. Rasa kesepian jadi terus memenuhi rumah besar tak berpenghuni ini, apa mulai sekarang Kaileen cari pembantu saja ya?

Jangan coba-coba cari pembantu buat kerja di rumah ini.

Kaileen mendengus kesal ketika mendengar larangan itu, kenapa dia selalu saja bisa membaca apa yang tengah ia pikirkan. "lagian kalo gak pake pembantu anak-anak lo mau terus gue kasih makan nasi uduk sama telor ceplok? Bosen lah bro, gue yang masak nya aja mulai gumoh."

Jujur saja apa yang dikatakan Kaileen nyata adanya, ia bahkan sudah bosan dengan masakannya sendiri. Sekali-kali ia ingin makan makanan yang lain, tapi meskipun begitu kedua anaknya justru malah senang dengan masakannya.

Lah? Udah gue bilang gue kan juru masak alias chef di restoran ternama yang udah berbintang lima, ya lo masak makanan yang enak lah. Gitu doang kok ribet.

"Ngeyel banget nih duda satu," Gumam Kaileen dengan pelan, "udah gue bilang kalo gue itu bukan lo yang punya bakat masak. Ngerti gak sih? Gue bahkan cuma anak SMA yang baru mau nginjak kelas 12, masa gak ngerti ngerti."

Belajar dong, ngandelin kata gak bisa doang mah gak bakal maju-maju wahai anak muda.

Lagi lagi perkataannya memang tak salah, hanya saja Kaileen terlalu malas mencoba nya. Meski memang sudah seharusnya ia mencoba, hitung-hitung simulasi jika Kaileen sudah menikah di dunia aslinya nanti. Itu pun jika ia bisa kembali.

Kaileen yang sudah tak ada minat menonton TV lagi pun memilih untuk mematikannya dan beranjak dari tempat duduk untuk pergi ke kamar.

Main dong sama temen, gue kalo jadi lo bakal bosen banget cuma di rumah.

"Lo punya temen emang?" tanya Kaileen menghentikan langkah kakinya

Kampret nih anak, dikira gue gak punya temen gitu?! Punya lah, dia namanya Darren. Lo chat aja.

Tanpa bertanya apa-apa lagi, Kaileen langsung mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Saat sudah melihat nama yang dimaksud oleh Kai, ia langsung menekannya dan mengirimkan pesan pada pria bernama Darren itu.

Setelah sudah selesai, Kaileen kembali melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia akan berbaring-baring sebentar sambil menunggu jawaban dari teman Kai. Tak lama kemudian, suara notifikasi muncul dan membuat Kaileen dengan segera membuka pesannya.

"Eh, lo punya motor gak?" Tanya Kaileen sembari bangkit dan berjalan menuju lemari baju

Beneran ngeremehin gue lo? Punya lah, noh di garasi banyak berjejer segala jenis motor dan mobil. Lo tinggal pilih aja.

Kaileen yang mendengar itu langsung terkekeh pelan, "ngeri banget ya, yaudah gue mau main ke rumah temen lo itu sekarang." Ucap Kaileen dengan tangan yang sibuk membalikkan hoodie nya.

Emang lo ngajak main ke mana si Darren?

"Cuma di rumahnya aja, gue ajakin main ps soalnya." Jawab Kaileen santai

Beneran bocah banget lo, eh btw nanti lo jangan singgung apapun soal anak gue ya ke si Darren.

Kaileen menghentikan aktifitas nya sebentar setelah mendengar ucapan Kai, ia kemudian langsung mengerutkan alisnya penuh kebingungan. "Kenapa emang?" Tanya Kaileen

Ya... Pokoknya jangan, semua temen gue gak pernah ada yang tau kalo gue punya anak.

Mendengar hal itu sontak membuat Kaileen membulatkan matanya terkejut, ia juga bahkan tanpa sadar langsung berdecak dan menggelengkan kepalanya tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar.

"Tega banget lo gak mau ngakuin anak-anak lo sendiri, bapak macam apa lo?" Kaileen tiba-tiba saja merasa emosi sekarang, padahal dirinya pun baru pertama kali ini bisa merasakan rasanya menjadi seorang ayah.

Tunggu sebentar, Kaileen sekarang baru menyadari jika Kai adalah karakter yang dibuat se sempurna mungkin namun dengan sifat yang menyebalkan dan patut di maki. Tak heran jika dulu saat Kaileen membaca cerita ini, hawa nya selalu tak bersahabat.

Turutin aja deh, lo gak akan paham.

"Gimana bisa paham kalo lo sendiri gak jelasin apa-apa." Cibir Kaileen sembari membuka pintu garasi.

Saat pintu itu di buka, terpampang sudah lah beberapa mobil dan motor yang berjajar rapih di dalam sana. Sebenarnya ia bingung, sekaya apa sih Kai yang asli? Apakah Raizel benar-benar menciptakan karakter yang tak akan pernah mungkin ada di dunia asli ini dengan sangat sempurna? Sungguh imajinasi Raizel terlalu di luar akal.


Tbc.

I Become A Antagonist PapaWhere stories live. Discover now