⚠⚠
-
-
-
-
-Suara tangisan dua bayi laki-laki itu terdengar begitu nyaring di ruangan bernuansa putih ini dan ada seorang wanita yang masih terbaring lemas di ranjang rumah sakit.
"Selamat ya, dua-dua nya normal dan sehat dengan berat badan yang sama." Ucap nya ramah setelah selesai membereskan semua peralatannya.
"Oh iya, karena usia sang ibu masih terbilang muda. Saya sarankan untuk mas nya bisa mendampingi sang ibu kapanpun itu, di sebabkan kondisi mental si ibu bisa kapan saja terganggu." Jelas nya sembari tersenyum tipis, "kalo begitu saya permisi dulu."
Setelahnya wanita yang di sebut dokter itu pergi meninggalkan Kai yang masih terdiam di depan pintu ruang persalinan tempat Alsea melahirkan tadi. Rasa-rasanya jadi seperti dejavu. Ia menghela nafas panjang, kemudian mulai membuka pintu ruangan. Kedatangannya itu di sambut dengan Alsea yang masih sibuk menutup mata dan satu orang suster yang tengah menenangkan satu bayi laki-laki.
Kai berdecih ketika mendengar suara tangisan bayi itu, "rewel banget." Gumam nya, ia kemudian kembali berjalan menghampiri Alsea.
Pernah Kai beri dua pilihan, mengugurkan atau mempertahankan kandungannya sampai bayi itu lahir, tapi Alsea benar-benar memilih pilihan yang begitu menyenangkan ya? Kai tersenyum miring.
Memang jahat sekali dirinya ini, tapi itu kan keinginan Alsea bukan dirinya. Dari awal Kai sudah berbaik hati menyuruhnya meminum sebuah obat saja, tapi Alsea malah menikmatinya dan tak meminum obat itu sama sekali.
Tangannya mulai terulur menarik sebuah kursi, ia pun duduk menghadap Alsea yang masih terpejam. Kai menopang dagunya sembari terus menatap Alsea dalam, tentu dengan artian berbeda. Bukan tatapan romantis seorang suami kepada istrinya, melainkan sebuah tatapan yang sangat menyiratkan sebuah kebencian.
Jujur saja, ia tak pernah sebenci ini pada siapapun. Kecuali pada pekerjaannya.. Dan mungkin sekarang di tambah pada wanita di depannya ini.
Kai tak ingin membenci siapapun, ia bahkan mengabaikan rasa benci pada ayahnya yang tega meninggalkan sang bunda di saat dirinya masih perlu di beri biaya dan lebih memilih fokus untuk bangkit sendiri. Bukan tanpa alasan juga Kai mau pekerjaan kotor ini, jika ia tak melakukannya.. Mungkin saja Kai dan sang bunda akan mati kelaparan.
Masalah ekonomi? Ya, Kai akui dirinya sangat kurang dalam hal tersebut setelah ayahnya pergi begitu saja tanpa meninggalkan uang sepersen pun. Itu sebabnya juga ia mau bekerja sebagai anjing penjaga yang siap mengorbankan apa saja demi tuannya.
Tapi akhir-akhir ini Sam benar-benar membuatnya hilang kesabaran. Dimulai dari memaksa Kai menikah dengan putrinya, memperlakukan Kai layaknya sebuah boneka yang bisa kapan saja dia atur semaunya, bahkan Sam sama sekali tak memperbolehkan Kai pergi dari sisi Alsea dan juga ia tak boleh lengah sekalipun pada hama yang kapan saja bisa datang padanya, di saat yang bersamaan.
Ini memuakkan.
Kai ingin membunuh pria tua itu segera dengan tangannya sendiri. Tapi mengingat dirinya dan juga ketiga temannya belum benar-benar kaya dan banyak uang, jadi ia urungkan saja niatnya itu. Yah, lagipula mereka masih butuh uang untuk saat ini. Biarkan saja dulu si pak tua itu hidup untuk beberapa waktu lagi.
Saat tengah berkelana dengan pikirannya sendiri lenguhan kecil mulai terdengar dari mulut Alsea, lantas membuat Kai tersadar dan kembali menatap ke arah wanita itu.
Mata Alsea berkedip beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke netra nya. Tubuhnya sangat lemas sekali, ia tak bisa bergerak sedikit pun karena semuanya terasa remuk dan hampir tak berbentuk. Ternyata begini rasanya melahirkan.. Alsea melahirkan dua bayi yang hanya berselang beberapa menit saja. Ia sendiri pun tak menyangka bahwa selama ini dirinya mengandung dua bayi.
Selama mengandung, dirinya tak pernah sekalipun memeriksa kandungannya lagi ke dokter kandungan, jadi ia tak mengetahuinya. Alsea kemudian menatap sekeliling dan tatapannya langsung terpaku pada Kai yang tengah menatapnya.
"Kai? Kamu nemenin aku dari tadi?" Tanya Alsea sembari tersenyum lemah
Kai menatapnya dengan tak suka, "lo ngarepin itu dari gue?" ia kemudian mulai berdiri dan menghampiri dua bayi laki-laki nya, Kai menatap mereka yang tengah tertidur itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Bayi nya udah lahir, sekarang gue udah bisa bebas dari lo 'kan?"
Bebas yang di maksud Kai adalah bercerai, oleh sebab itu reaksi Alsea cukup membuatnya terkekeh pelan. Memang Kai selama ini tak pernah sekalipun menyinggung soal perceraian, oleh karena itu reaksi Alsea sangat tidak terduga dan membuatnya ingin tertawa. Lihatlah raut wajah yang gelisah dan cemas itu terpatri jelas di wajah nya.
"Kai kamu bercanda?"
"Emang muka gue keliatan jelas lagi bercanda sama lo?"
Melihat raut wajah Kai yang terlihat sangat serius itu pun membuat Alsea semakin gelisah dan ketakutan, ia tak mau mengurus dua bayi itu sendirian. Alsea juga butuh di temani, Alsea ingin seperti ibu di luaran sana yang mengurusi bayi dengan bahagia. Tapi Kai malah mau menghancurkannya.
Ayo Alsea.. Pikirkan sesuatu agar Kai gak pergi ninggalin kamu.
"Jangan pergi.. Kamu bebas apain bayi itu, asal jangan tinggalin aku." Ujar nya dengan lantang
Gila. Alsea itu benar-benar gila, dia rela memberikan apa saja agar Kai tak pergi meninggalkannya. Bahkan ia rela bayi-bayi tak berdosanya itu di berikan pada Kai, sosok yang mana tak mungkin punya hati untuk mengasihani mereka.
Mendengar hal itu lantas membuat Kai terdiam beberapa saat, kemudian menoleh kembali ke arahnya, bibir Kai perlahan terangkat dan membentuk seringaian. "Lo yakin?" Tanya nya sembari terus menatap Alsea
Karena jarang di tatap se intens itu oleh Kai, Alsea malah jadi tersipu malu begitu saja. Ia bahkan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, padahal mungkin ini adalah hal yang sepele bagi sebagian orang. Tapi untuk Alsea, ini adalah hal yang sangat baru dan berbekas di hatinya. Kapan lagi Kai mau menatapnya sembari tersenyum seperti itu?
"Iya.."
Kai tak membalas ucapannya, ia justru tengah berpikir sekarang. Rasanya kurang menyenangkan jika Alsea menyerahkan dua bayi itu cuma-cuma kepadanya, ini terlalu mudah dan singkat. Kai mau membuat Alsea lebih menderita dan bergantung padanya lebih dulu, baru ia akan bertindak.
Ya, lagipula tak ada salahnya bermain-main sebentar dengan istrinya ini. Iya, kan? Hitung-hitung sebuah pembalasan untuk Tuannya yang suka memaksa dirinya itu. Meski harus lewat Alsea.. Kai akan melakukannya.
Tbc.
Tandai jika ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
I Become A Antagonist Papa
RandomTak pernah terbayangkan dalam hidupnya, Kaileen menjadi seorang antagonis sekaligus ayah dari karakter di dalam novel buatan teman sekelasnya. "jadi duda nih? belum esek esek udah jadi duda aja!" cover by pinterest.