02 | Pil KB

194 26 0
                                    

Ragnar terbangun dari tidur, mengernyitkan dahi dalam ketika kepalanya terasa seperti dihantam dengan batu besar. Dia mengerang kesakitan lalu berguling ke sisi lain ranjang

Matanya yang awalnya masih terpejam tiba-tiba terbuka lebar saat dia merasakan kulit perutnya terasa dingin seolah bersentuhan langsung dengan sprei kasur. Dan betapa syoknya dia saat tidak melihat satu helai benang pun di tubuhnya selain selimut yang langsung dia gunakan untuk menutup dirinya

Ragnar bukanlah orang yang suka tidur tanpa mengenakan pakaian, lalu bagaimana bisa...

Iris coklat gelapnya mengamati area sekitar, dan segera sadar bahwa ruangan ini bukan kamarnya di rumah. Panik menguasai pria itu, dia tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di tempat asing ini tanpa baju

Beranjak duduk, Ragnar berusaha mengingat apa yang terjadi, namun ingatan terakhirnya hanyalah dia meminta minuman yang lebih kuat pada Harris dan sang bartender yang berusaha menghentikannya

"Sial, harusnya aku menurut ucapan Harris semalam" gerutunya seraya memungut sebuah kemeja putih di nakas yang sepertinya miliknya.

Dia baru saja hendak memakai baju kembali ketika matanya menangkap secarik kertas di nakas yang sama. Dengan ragu dan waspada tangannya mengambil kertas tersebut

Jantungnya seperti berhenti otomatis lalu jatuh ke dasar jurang begitu membaca isinya,

'Maaf, aku ada schedule penting pagi ini jadi terpaksa harus pergi sebelum kau bangun. Hubungi aku begitu kau bangun di nomor ini 0XXXXXXXXXXX'

Apa ini? Tidak, siapa yang menulis ini? Kenapa dia menulis ini? Ragnar sudah menyimpan nomor telepon Harris jadi tidak mungkin penulisnya Harris. Lalu siapa?

"Ah, sial. Aku tidak ingat apa-apa" decak Ragnar sambil bergerak memakai kemeja. Tapi lagi-lagi tangannya berhenti bergerak, karena matanya melihat ada beberapa tanda merah di sekitar dadanya dari pantulan kaca

Berbagai pikiran negatif seketika memenuhi otak Beta palsu itu. Apalagi dia baru ingat periode heatnya kemarin di sekitar tanggal ini juga

Ragnar mengambil nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Namun pemikiran dia sudah melakukan 'nya' kemarin dengan seorang Alpha dalam periode heat tidak mudah enyah begitu saja dari kepalanya

"Tidak, tidak, tidak... Ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin! Aku... Tidak mungkin begitu... Dengan Alpha.. " Omega laki-laki itu menolak percaya, dia mengenakan kemeja dan celananya dengan cepat lalu berjalan keluar dari kamar hotel dengan langkah lebar.

.

.

.

.

Usai sampai di rumah, dia berjalan gontai lurus menuju kamar dan membanting tubuh ke kasur, helaan napas berat keluar dari bibirnya. Sepanjang perjalanan pulang dia berusaha untuk mengingat apa saja yang sudah terjadi padanya semalam, namun tetap saja tidak bisa mengingat apapun

Ragnar berguling ke samping, tangannya bergerak ke belakang tubuhnya dan berhenti di area pantat. Omega itu ingin mengecek 'lubang omega' nya untuk memastikan, tapi dia takut bila apa yang mengganggu pikirannya daritadi terbukti memang terjadi ketika dia mengecek 'nya'

"Bisa gila aku.." gumam Ragnar frustasi. Hal paling terakhir yang dia ingin lakukan adalah mating dengan Alpha, dia bahkan lebih memilih mati saja jika suatu hari terdampar di pulau terpencil hanya berdua dengan Alpha daripada bertahan hidup. Tapi seorang Ragnar yang begitu, semalam malah..

Her Omega Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang