25. MENYESAL

7.2K 764 116
                                    

Bastian mengusapkan ibu jarinya di botol alkohol itu dengan perasaan yang tak enak. Pak Daniel tiba-tiba saja memanggilnya dan memintanya duduk di meja yang terletak di sudut ruangan untuk membicarakan hal yang serius di luar pekerjaan. Bastian paham betul apa yang ingin dibicarakan oleh atasannya itu. Pak Dan duduk santai di hadapannya dengan segala sikap keagungan dan elegannya. Bahkan dari gerak-geriknya yang tertata, orang awam akan langsung tahu jika Pak Dan bukanlah orang sembarangan.

"Ada merasa sangat bersalah setelah meninggalkan kamu," ucap Pak Dan, membuat Bastian mengangguk seadanya dan menenggak alkohol itu. "Saya yang memintanya menjadi simpanan saya dan saya juga yang membuatnya 'harus' menerima permintaan itu. Saya adalah penjahat yang sebenarnya di sini, Bastian."

"Tapi itu tidak menutup fakta bahwa Ada menikmati apa yang dilakukannya dengan Anda, Pak. Jika Anda berusaha membuat Ada tidak bersalah di sini, maka Anda salah besar," ucap Bastian dengan nada beraninya. Kali ini, Daniel bukanlah atasannya, melainkan sesama pria.

"Berapa harga yang harus saya bayar?" tanya Daniel pada Bastian.

"Berapa yang Anda tawarkan pada Ada?" tanya Bastian dengan matanya yang menyipit tajam.

"Kenapa?" tanya Daniel dengan senyuman miringnya. "Kamu juga ingin dibayar dengan harga yang sama?"

"Saya bersyukur perempuan seperti Ada mendapatkan pria yang menganggapnya seperti objek," balas Bastian dengan senyuman sinisnya. "Tentu, itu karma yang setimpal."

"Lima puluh juta," tawar Daniel tiba-tiba, membuat Bastian terdiam mendengar angka sebesar itu.

"Fine," ucap Bastian tanpa berpikir panjang. Jika Ada mendengar percakapan ini, mungkin Ada akan merasa sangat sakit hati, sebab kedua pria ini memperlakukannya seperti barang yang nilainya serendah itu.

"She's bad at sucking," ucap Bastian dengan wajah merendahkannya. "Lima-puluh-juta untuk pelacur tidak berpengalaman seperti itu. What a shame."

"Saya tidak membeli pelacur di sini, Bastian. Saya membeli 'Ada'," ucap Daniel, menekankan perbedaannya.

Bastian tertawa tak percaya sambil menenggak alkoholnya. "Setelah lo tidurin dia dan akhirnya merasa bosan, buang aja. She's not even that pretty, you know? Dengan uang sebanyak lo, gue pengen banget bisa ngehancurin kehidupannya dia sekarang. Lo coba deh. Hancurin kehidupan pelacur kayak gitu. Rasanya pasti lega banget."

Daniel tersenyum miring menanggapi ucapan Bastian, "For sure," gumamnya pelan. "That's why you need to help me. Do me a favor."

***

Ada duduk di depan ranjangnya sambil menangis. Ia merasa sangat bersalah pada Bastian, apalagi ketika pria itu memergokinya bermesraan dengan Daniel. Ada merasa seperti pelacur tidak tahu diri. Tiba-tiba saja, Ada merasakan ranjang di belakangnya melesak. Dengan sigap ia langsung menegakkan kepalanya dan menoleh. Matanya bertemu dengan Daniel yang duduk di sebelahnya dengan kedua kaki yang dilipat.

"What's wrong?" bisik Daniel lembut, membuat tangisan Ada semakin menjadi-jadi. Ada tidak bisa mengatakan apa pun, sebab ia takut Daniel akan marah, karena itu ia hanya bisa menangis dan menangis. "Kemari," panggil Daniel sambil menepuk pahanya.

Ada menuruti Daniel dengan naik ke atas pangkuan pria itu. Daniel memeluk Ada dengan erat dan tangisan Ada semakin besar. Ada memeluk tubuh Daniel sambil menenggelamkan wajahnya di dada pria itu. Bahkan kemejanya saja sampai basah karena ingus dan air matanya. Daniel mengusapkan tangannya di punggung Ada, berusaha menenangkan perempuan itu. Kemeja Armani-nya yang ia beli di Paris itu harus rela dibanjiri ingus dan air mata simpanannya sendiri.

"Menurut kamu aku pelacur nggak?" tanya Ada dengan sesegukan.

"Di ranjang iya," bisik Daniel sambil mencium pelipis perempuan itu. Ucapan Daniel memperparah perasaan Ada membuat tangisannya semakin menjadi-jadi. "Tapi di kehidupan sehari-hari tidak, Ada."

OFF TO THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang