38. HANCUR

8.8K 870 129
                                    

Ketika Ada sampai di lobi Grand Hyatt seluruh tubuhnya benar-benar basah. Ia sampai dilihat oleh semua orang yang ada di situ, bahkan sang petugas yang menjaga di depan pintu pun seperti enggan memberikannya jalan. Namun, tiba-tiba saja Toni menghampirinya dengan wajah panik luar biasa. Toni langsung melepaskan jas woolnya dan menyampirkannya di tubuh Ada.

"Bu Ada kenapa tidak tunggu dijemput saja. Ibunya jadi basah seperti ini," gumam Toni khawatir sambil mengantarkan Ada ke lantai kamar suite yang sudah direservasi oleh Daniel sebelumnya. Toni tampak sangat panik dan ketakutan, sebab pria itu mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Ada. Dan Toni khawatir Ada jatuh sakit, lalu membahayakan anak Pak Dan.

"Pak Dan dimana?" ucap Ada dengan nada lemahnya, sebab ia merasa pusing dan juga kedinginan. Toni tidak menjawab Ada, sebab begitulah instruksi dari Daniel. Daniel masih harus menghadiri meeting sampai jam delapan malam dan jika Ada tahu Daniel ternyata masih belum ada, perempuan itu pasti akan langsung pulang. Tidak, Daniel tidak ingin kehilangan Ada lagi.

Toni mengantarkan Ada ke kamar yang luas, bahkan terdapat ruang tamu dan pantry dengan view yang langsung mengarah pada Bundarah HI dan halte Transjakarta. Ada mengedarkan pandangannya, mencari Daniel Daniswara, tetapi tidak ia temukan. "Tolong, bantu Bu Ada membersihkan diri dan mengganti baju," ucap Toni pada dua karyawan perempuan yang hadir entah darimana. Dan setelahnya, Toni langsung keluar meninggalkan bunyi klik yang cukup jelas. Ada mengerutkan kening panik, lalu berlari ke arah pintu. Ia menggerakkan gagangnya, tetapi pintu itu masih tidak mau membuka. Aneh, padahal jika pintu akses seperti ini, buka dari dalam bisa dilakukan tanpa kartu. Namun, pintu itu tidak bergerak sedikit pun.

"Toni!" seru Ada. "Toni! Kamu kunci aku?! Toni! Mana Pak Dan?!"

"Maaf, Bu Ada. Pak Dan sedang ada meeting. Ibu bisa tidur dulu selagi menunggu Pak Dan," ucap Toni dengan nada bersalahnya.

"Apa yang... Pak Dan yang ngerencanain ini?! Toni! Toni! Fuck! Toni lo sumpah ya... bukain!" bentak Ada, tetapi ia tidak mendengar balasan apa-apa dari pria itu. Dan tanpa Ada sadari, ia sudah masuk ke dalam perangkap Daniel lagi.

"Toni! Sialan, Daniel!" pekik Ada frustrasi dengan napasnya yang memburu.

"Bu Ada... kami bantu bersih-bersih dulu? Takutnya Ibu nanti masuk angin," ucap kedua perempuan itu dengan nada takut mereka.

"Aku mau ketemu Pak Dan," tegas Ada dengan tangannya yang gemetar karena kedinginan. "Aku nggak akan mandi sampai Pak dan datang."

Kedua perempuan itu saling melihat antara satu dengan yang lain, sebelum tiba-tiba saja menghampiri Ada dan menyentuhnya tanpa seizinnya. "Maaf ya, Bu, maaf banget, kami disuruh paksa Ibu kalau Ibu nggak mau. Maaf, Bu, tapi ini untuk kebaikan Ibu. Khawatirnya ada apa-apa sama dede-nya kalau Ibu kedinginan seperti ini."

"Saya nggak hamil!" tegas Ada tidak terima. "Fine! Saya mandi. Puas?!"

Setelahnya, Ada menuruti keinginan semua orang di sekitarnya dengan mandi air hangat dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kering. Daniel menyiapkan gaun tidur midi sutra berwarna hitam dengan jubah berwarna sama. Dan ketika Ada selesai mandi, ia langsung dibantu untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, bahkan salah satu pelayan memijat pundak dan kakinya. Di meja makan juga sudah disediakan hidangan malam yang hangat dan lengkap mulai dari dessert hingga makan malam. Namun, Ada benar-benar tidak memiliki niat apa pun selain berbicara -tidak, memaki Daniel lebih tepatnya. Jadilah, ketika kedua pelayan itu keluar, Ada ditinggalkan sendirian. Ada tidak makan maupun menonton. Ia hanya berbaring di ranjang sambil menatap pemandangan kota Jakarta yang dilanda hujan deras di jendela.

Cukup lama Ada menunggu sampai tiba-tiba saja pintu kamar itu membuka. Terdengar bunyi langkah dari arah ruang tamu, sebelum akhirnya pintu kamarnya terbuka. Ada buru-buru beranjak duduk dan matanya langsung bertemu dengan Daniel dalam balutan kemeja biru tua dan celana hitamnya. Kemejanya sudah digulung hingga ke sikut menampilkan jam tangan Bvlgari-nya. Pria itu tampak menawan dibalik kekacauannya.

OFF TO THE RACESWo Geschichten leben. Entdecke jetzt