CHAPTER 21

21.2K 1.6K 2
                                    

Dahulu pada masa kanak-kanak dimana Sera masih memandang dunia dengan mata penuh rasa ingin tahu dan imajinasi, ada satu kenangan yang terpatri dalam ingatannya. Setiap malam sebelum tidur mendiang ibunya akan duduk di tepi tempat tidurnya dan menceritakan sebuah kisah tentang dunia yang luar biasa.

Saat itu ia masih sangat ingat ketika terakhir kalinya mendiang ibunya menceritakan sebuah kisah tentang dua jiwa yang seharusnya bersatu dalam takdir yang tak terhindarkan. Dalam cerita itu diceritakan seorang Pangeran yang penuh pesona dengan mata yang berkilauan dan senyuman yang dapat menaklukkan hati siapa pun yang melihatnya.

Pangeran itu akan ditemani oleh seorang putri cantik jelita dari wilayah timur. Namun, takdir yang di jalankan sang putri itu tidaklah mudah. Sang putri harus menghadapi tantangan yang datang silih berganti, melewati ujian-ujian yang menuntutnya untuk membuktikan ketulusan dan kesetiaannya agar mencapai hati sang pangeran.

Sera yang saat itu masih kanak-kanak, mungkin tidak sepenuhnya mengerti cerita tersebut. Namun, saat ia tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Semua itu mulai berpadu dengan kisah hidupnya sendiri. Saat itu, ingatan tentang kisah yang dibacakan oleh mendiang ibunya masih dengan jelas tertanam dalam ingatannya.

Ia menemukan dirinya dalam perhelatan penuh gemerlap dan keindahan, sebuah pesta megah yang diadakan di istana kekaisaran Emberlyn. Namun, di tengah keramaian pesta yang meriah rasa kebosanannya membawanya menjauh dari sorotan indahnya pesta. Dengan langkah lembut ia mulai menjelajahi lorong-lorong di istana kekaisaran.

Tapi secara tak terduga hal itu justru membawanya bertemu dengan satu sosok yang selalu diceritakan oleh mendiang ibunya. Di antara riuh rendah suara musik dan tawa riang, Sera terpaku melihat sosok tersebut. Sosoknya yang memiliki daya tarik dengan pesona yang tak terlukiskan benar-benar membuatnya terperangah hingga rasanya ia tak ingin mengedipkan matanya.

Dalam sorotan chandelier yang memancarkan cahaya lembut pria itu menjadi titik fokus di hadapannya. Layaknya seperti sebuah karya seni yang diukir dengan penuh kecermatan. Setiap garis dan lekukan wajahnya terlihat begitu sempurna.

Namun, kedua matanya dengan sorot mata tajam yang paling mencuri perhatiannya. Bahkan saat kedua mata mereka bertemu Sera merasa seperti terjebak dalam aliran waktu. Sera juga bisa merasakan seakan-akan dunia sekelilingnya memudar menjadi latar belakang yang tak berarti.

Menurutnya pria itu benar-benar perwujudan sosok pangeran yang selalu berada dalam khayalannya hingga tanpa sadar benih-benih cinta itu mulai tumbuh di dalam dirinya seperti bunga yang merekah dalam keindahan.

Saat itu ia baru menyadari jika pria yang ia temui itu adalah Lucian Arcturus Vortexblade, seorang putra mahkota di Kekaisaran Emberlyn. Dimana posisi tersebut yang membuatnya memiliki tanggung jawab besar dan takdir yang telah ditentukan sejak lahir. 

Ketika melihat pria itu, Sera tiba-tiba diingatkan kembali pada kisah-kisah yang telah mengisi masa kecilnya. Pertemuan yang begitu tak terduga itu membuatnya merenungkan apakah takdirnya akan seperti kisah yang terakhir mendiang ibunya ceritakan itu?

Saat Sera merasakan pesona yang membuatnya tertarik dengan Lucian, ia mulai merasakan hasrat yang dalam untuk mendedikasikan dirinya pada pria itu. Perasaan yang tumbuh dari waktu ke waktu dan bersemi dalam dirinya seperti bunga-bunga yang merekah di musim semi. Dan begitulah dimulainya sebuah perjalanan yang akan membentuk karakter dan takdirnya.

Selama bertahun-tahun Sera menjalani perjalanan yang panjang dan tak selalu mudah. Ia berkorban semua demi menjadi pendamping yang pantas bagi Lucian. Usahanya terpancar dalam setiap upaya yang dia lakukan dan setiap keputusan yang diambilnya. Setiap langkahnya mengarah pada keinginan yang mendalam untuk mendapatkan tempat di hati pria yang ia cintai.

Namun, kenyataan yang mengejutkan menghantamnya dengan keras. Sementara ia telah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun. Mengorbankan sebagian besar hidupnya untuk pria itu.

Sayang, rasa cinta yang diberikannya tak pernah dihargai. Lucian tak pernah sedikitpun menerima atau bahkan mengakui perasaan Sera. Sekedar untuk menerima kehadirannya pun dia seolah tak sudi.

Rasa sakit itu semakin dalam saat sebuah kenyataan pahit kembali menghantam. Seorang wanita lain bernama Eva muncul dalam kehidupan Lucian. Kehadirannya menjadi goresan yang menggores hati Sera lebih dalam lagi.

Eva layaknya seperti bintang yang bersinar dalam pandangan Lucian. Membuat pria itu tak sedikitpun melepaskan pandangannya pada wanita itu dan hal itu yang membuat Sera merasakan patah hati yang dalam.

Hingga takdir berputar dengan kejam, mengubah perasaannya menjadi hal yang berbeda dari apa yang pernah dirasakannya. Sikapnya yang dulunya penuh dengan pengabdian dan rasa cinta perlahan berubah menjadi yang lain.

Rasa sakit dan patah hati mendorongnya untuk mengambil jalan yang sangat berbahaya. Ia mulai merencanakan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Pikiran untuk membunuh Eva -wanita yang menghalangi cinta dan perhatian Lucian darinya- pun memenuhi pikirannya.

Rencana pembunuhan itu adalah bentuk ungkapan betapa dalamnya rasa sakit dan keputusasaan yang dialaminya hingga akhir hidupnya yang mengerikan. Tapi kini, Pria yang membuatnya buta akan segala hal itu sudah dua kali muncul dihadapannya.

"Kau baik-baik saja, Lady?"

Seketika Sera tersentak sadar lalu dengan refleks ia mendorong Lucian dengan keras. Kemudian mundur beberapa langkah untuk sedikit menjauh dari pria tersebut. Dalam benaknya bertanya-tanya 'mengapa pria itu bisa muncul disini lalu apa yang dia lakukan'.

Karena setahunya jarak dari Emberlyn menuju Imperium Marinos cukup jauh dan memakan waktu selama tiga hari. Namun, refleks Sera mengernyitkan keningnya dengan heran saat pandangannya perlahan turun pada pakaian yang dikenakan Lucian.

Sera yang tengah memperhatikan dengan detail pakaian yang digunakan Lucian dari ujung kaki hingga kepala pun seketika terhenti ketika kedua mata itu menatapnya dengan sorot mata tajam. Sera yang baru menyadari jika ia secara terang-terang menatap pria di hadapannya ini. Kemudian ia mengalihkan membuang pandangnya sembarang arah.

Sekilas dari ujung matanya Sera bisa melihat tatapan penuh selidik pria tersebut ke arahnya. Hal itu membuatnya semakin menundukkan kepalanya. Tak mungkinkan Lucian mengenalinya. Sebab terakhir ia bertemu dengan pria itu ia menggunakan kain untuk menutupi identitasnya.

"Apa kau baik-baik-"

"Ya, aku baik-baik saja." Potong Sera dengan cepat. Saat ini ia bisa merasakan adrenalinnya berdegup kencang. "Te-terima kasih, sudah menolongku." Sambung Sera.

Lucian menatap datar gadis di depannya. "Kau harus memperhatikan penglihatanmu saat ditengah kerumunan seperti ini." Sarannya.

Mendengar itu Sera hanya diam tak bersuara ditambah ia masih bisa merasakan tatapan tajam Lucian. Sial, ia harus segera menjauh dari pria tersebut.

"Nona Sera!" 

Teriakan dari beeberapa kesatria yang mencari-carinya pun refleks membuat Sera terperangah, Ia bersyukur saat matanya menatap tak jauh darinya sekelompok kesatria yang tadi mengawalnya. Melihat itu ia segera menggunakan kesempatannya untuk menjauh dari pria di depannya.

"Tuan, terima kasih telah menolongku." Ucap Sera seraya membungkukan tubuhnya dengan cepat.

Tak memberi kesempatan pada Lucian untuk menjawab. Dengan cepat Sera melesat pergi dari hadapan pria itu. Lucian yang hanya menatap datar kepergian Sera hingga jejak gadis tersebut perlahan menghilang dari pandangannya.

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang