Kasih Sayang Hantu

277 20 0
                                    

Tiga langkah lagi sosok Putera akan dilahap tulang-tulang rusuk Ki Darso tiba-tiba saja, brakk! Dari Ranjang setan terdengar suara sesuatu hancur dilabrak dan terpental, ternyata permukaan Ranjang Setan telah hancur berantakan. Ranjang Setan ternyata memiliki ruang dibawahnya, ranjang itu ternyata juga berfungsi sebagai peti mati, peti yang dipakai sebagai tempat penyimpan mayat pasangan pengantin yang ditumbalkan. Dari dalam peti melesat dua makhluk terbungkus kain kasar beraroma menyengat, keduanya laksana mumi. Buk, dua makhluk itu menabrak Ki Darso hingga terpental.

Daya sedot yang menyeret Putera segera punah. Anak itu terduduk di lantai goa.
"Anak baik, cepat pergi ke sungai di belakang goa, cari Ikan Dunggalapati, bunuh dia. Nyawa Ki Darso bersatu nyawa dengannya, membunuh ikan itu jauh lebih mudah. Pancing ikan itu keluar dengan darahmu" tiba-tiba satu suara perempuan mengiang di telinganya. Entah mengapa mendengar suara perempuan itu hati Putera mendadak sejuk dan tentram, keberaniannya terbit seketika. Dia bangkit dan berlari menghampiri Ki Selamet.

"Kek aku pinjam golokmu" tanpa tunggu persetujuan Putera telah berlari ke luar goa, langsung menuju kebelakang, mencari sungai yang jaraknya ratusan meter dari sana.

Di dalam goa Ki Darso yang telah menjelma menjadi setan bertarung melawan dua makhluk mumi.

Ki Selamet memperhatikan pertarungan sesama makhluk ghaib itu dengan dada berdebar-debar.

"Kumitir, Sawitri! Kalian sudah mati, kenapa muncul kembali?" Tanya Ki Darso geram.

"Apa kami diam saja melihat kau akan membantai anak kami, anak yang akan menjadi penebus dosa dan mendoakan kami?" Satu makhluk mumi menjawab, suaranya suara laki-laki.

"Belum puaskah kau menjadikan kami pengantin persembahanmu? Menjadi tumbal untuk ilmu sesat Ikan Dunggalapatimu hingga anak kami akan kau jadikan korban juga?"mumi lainnya yang bersuara perempuan menyahut pula.

Ki Selamat terperangah, jadi kedua mumi itu adalah kedua orang tua Putera yang tewas karena menjadi tumbal Ikan Dunggalapati. Orang tua ini terkejut sekali.
"Benar-benar biadap dan sesat kau Darso" rutuk Ki Selamet dalam hati.

Kedua makhluk mumi kembali menghadapi Ki Darso. Ketiganya saling menyerang dengan ganasnya, jerit pekik mengerikan terdengar berulang kali, jerit sang perempuan seperti kuntilanak yang sedang menangis sedangkan yang lelaki seperti suara raksasa.

Ki Selamat ingat akan Budi dan Aris, juga Dika. Maka dengan kerahkan tenaga tersisa dia mencoba bangkit untuk keluar dari goa guna mencari ketiganya. Meski tertatih-tatih dia ternyata berhasil menemui mereka tak jauh dari goa. Aris tengah pingsan tak sadarkan diri, sedangkan di sisi lain tak jauh dari sana tampak Sukma Dika dan Raga Dika saling bertarung.

Ki Selamet memutuskan menolong Aris terlebih dahulu, mengeluarkan tabung obatnya dan menaburkan bubuk obat di sekujur luka Aris, lalu kakek ini mengurut-urutnya agar tersadar.
***

Sukma Dika berdiri tegak dihadapan Raganya sendiri yang dirasuki Permadi yang tengah menyeret Budi.

"Lepaskan aku Dika anjing!" Maki Budi sambil meronta-ronta mencoba lepaskan cekalan tangan kanan Dika di pergelangan tangan kirinya, namun cekalan tangan itu kuat sekali, seperti jepitan tang.

"Dia bukan Dika, aku Dika yang asli" seru Sukma Dika yang tentu saja Budi tak mendengar, jangankan mendengar, melihat saja tidak mampu.

"Mau apa kau roh nyasar?" Tanya Raga Dika pada Sukmanya. Budi terbengong-bengong melihat orang yang mencekal tangannya berbiara sendirian.

"Aku ingin meminta ragaku kembali" seringai Sukma Dika.

"Hahaha, enak saja. Aku suka raga ini, kuat dan perkasa, kekasihku ini juga menyukainya" ucap Raga Dika sambil mencium pipi Budi. Budi kembali meronta.

Cintaku Jauh Di Kampung (Selesai)Where stories live. Discover now