Bab 7- Terjadi Lagi

354 31 0
                                    

Kuah sup iga meletup-letup di panci berukuran dua puluh sentimeter dengan tutup kaca yang diletakkan di meja dapur oleh gadis berambut pendek sebahu. Ia menoleh ke samping kiri tatkala telinganya mendengar seseorang memasukkan kode sandi. Ia tampak berpikir, tetapi tak terlalu ingin tahu sebab hanya dirinya dan Shea yang tahu kode sandi rumah ini. Ia justru tetap santai mengaduk satu kali isi panci sebelum mematikan tungku dan mengangkatnya ke meja makan di balik tubuhnya.

"Aku pulang!"

"Yang benar, 'Aku datang!" ini bukan rumahmu," ujar pemilik rumah membenarkan perkataan tamunya.

"Ini akan jadi rumahku karena aku akan tinggal di sini," ujarnya duduk di kursi meja makan.

"Ck, kenapa meninggalkan istana demi rumah gubuk, Shea? Diusir kanjeng ratu?" tebak gadis berambut sebahu mengejek.

"Kau tahu—"

"Oh, begitu rupanya." Gadis yang merupakan teman baik Shea itu bangkit sambil menyela perkataan

"Aku belum menjelaskan."

Pemilik rumah—Fiy—terkekeh melihat sahabatnya kesal. "Kenapa? Setahuku rumah majikanmu lima, mmm bukan enam kali rumahku yang amat sederhana ini."

"Zayne menginap di rumah Pak Roland dengan kakak lelakinya dan hanya ada dua kamar, kamar ketiga direnovasi." Shea menerima mangkuk berisi nasi dari Fiy.

"Ouh, begitu. Apa dia tampan? Setampan apa? Apa dia setampan Nick?" tanya Fiy sembari mengambil sendok kuah.

"Masih tampan dia, Nick tidak ada apa-apanya," ujar Shea mengakui.

Fiy mengambil lagi iga yang diberikan di mangkuk Shea. "Benarkah?"

"Tapi, kurasa Nick lebih tampan, apalagi dia supermodel internasional," ujar Shea dengan wajah serius.

Fiy menaruh kembali tulang iga yang empuk dan lezat ke mangkuk Shea. "Nick memang tampan dan multitalenta. Dia mau liburan ke Singapur."

"Tahu banget kabar terupdate dia." Shea menyendokkan kuah yang kental dan lezat "Wah! Ini lezat sekali!"

"Wajib dong!" Fiy pun melakukan hal yang sama. "masakanku ter the best!"

Shea bergumam menyetujui perkataan Fiy, gadis berambut sebahu dan berbibir tipis itu mempunyai nama asli yang jauh berbeda dengan sebutannya itu. Mereka makan malam sambil mengobrol, tentu saja mengobrolkan Nick, model pria yang digandrungi Fiy melebihi artis papan atas itu selalu menjadi obat antistresnya. Usai makan malam, keduanya menonton film horor Hollywood di laptop sambil mengemil berondong jagung.

"Kau naik apa kemari tadi?" tanya Fiy.

"Diantar, sudah menolak, dipaksa."

"Majikan priamu baik, ya. Mau aja nganterin."

"Anaknya."

"Yang katamu lebih tampan daripada Nick itu? Apa dia memang tampan? Ada fotonya?" tanya Fiy penasaran sambil tetap mengunyah.

"Hmm, dia tampan."

"Biasanya yang tampan begini incaran lelaki gay," ujar Fiy menebak.

Shea menoleh langsung ke arah Fiy. "Dia tampan dan tampak normal."

"Normal saat di mata para gadis, coba di mata pria jadi letoy," komentar Fiy.

Shea membayangkan Kwint yang mempunyai postur tubuh bagus dan wajah menunjang berubah menjadi kemayu saat bersama pria. Shea menggelengkan kepala, tak sanggup membayangkan jika sampai Kwint benar doyan sesama lelaki. Shea bangkit dari duduknya meninggalkan Fiy yang masih setia menonton.

Verseluft [The End] Where stories live. Discover now