Bab 36- Melongo

159 23 2
                                    

Hari t'lah terang atau gelap tak dapat diketahui dengan benar. Wanita cantik yang tertidur di kasur tipis yang berdebu mengerjab, tubuhnya lemas tak bertenaga entah karena kehausan dan kelaparan ataukah karena sesuatu yang melemahkan otot tubuhnya. Ia melihat sekitar sambil menggerakkan tangannya untuk bangun, tetapi ketakutan yang selama ini berharap tak mengalaminya menjadi kenyataan. Matanya melotot kaget berusaha melepas ikatan di tangan dan kakinya dengan menggerakkan anggota tubuh, tetapi yang berhasil terlepas hanyalah lakban di mulutnya.

"Tolong! Siapapun tolong aku!" teriaknya bangun susah payah dengan kaki dan tangan terikat.

Tak ada suara lain yang didengar selain suaranya sendiri, melihat sekitar sekiranya menemukan celah atau akses yang bebas. Apakah aku diculik? Diculik siapa? Kenapa menculikku? Aku bukan dari keluarga kaya raya, kerja pun uangnya tak seberapa? Ya Tuhan, aku harus gimana bebas dari sini? Ini ada di mana? Ia berdiri dengan tak leluasa, setengah berdiri dengan kaki dan tangan diikat menyatu dengan jarak pendek, ia mencari ke sekitar sekiranya bisa dijadikan alat membebaskan ikatan di anggota geraknya. Ia menemukan pecahan kaca kecil bersinar di balik kaki meja, meski jauh lebih kecil dari yang diharapkannya, siapa tahu bisa membantunya. Wanita itu lega ketika ikatan lakban yang tebal mengikatnya terbuka, meski membuat jari telunjuknya sobek dan mulai mengeluarkan darah.

Ia membiarkan sisa lakban menempel di kulit tangan, yang pasti sudah bebas dan membuka pintu dan terkejut sekali karena pintu bisa dibuka dengan sekali percobaan. Wanita yang mengenakan baju seragam baby sitter berwarna merah muda menoleh ke belakang, ruangan persegi yang tak dicat dan menampakkan bangunan utama pun mengintip ruangan di balik pintu. Ia bersiap menghadapi siapapun yang ada di luar, sayangnya sampai pintu bisa dibuka lebar.

Ruangan di balik pintu adalah ruangan seperti rumah dengan perabotan terbatas, ada meja  persegi dengan tiga kursi kayu, karpet di bawahnya tampak sangat usang dan kotor sekali berwarna gelap tak tampak sama sekali motifnya. Ia melihat jendela kaca buram dengan motif bunga yang berdebu, sebuah pintu tunggal dan dua pintu sepertinya kamar tertutup. Ia bergerak ke kiri dan membuka pintu perlahan, kosong tak ada siapapun di sana hanya ada meja dan kursi kecil menempel tembok, ranjang tunggal di dekat jendela kaca buram yang tertutup. Kemudian, bergerak ke pintu terakhir dengan segenap kehati-hatian jikalau ada seseorang yang bisa dimintai tolong. Pintu dibuka olehnya perlahan, di sana terdapat ranjang besi dengan kasur yang berlapis-lapis, seorang pria tertidur di sana dan bangkit menoleh dengan wajah kusut dan matanya nyalang tajam.

Wanita cantik bernama Shea yang sejak semalam tak pulang itu mundur dengan langkah cepat dan menutup pintu dan ditahan menggunakan tangannya. Tentu saja pria di dalam sana melawan, sama-sama berusaha untuk bertemu satu sama lain, tangan Shea tak kuasa bertahan pun terjatuh terjengkang ke belakang hingga pinggulnya bertemu lantai yang keras. Pria berkaus putih dengan banyak noda itu mendekati Shea dengan beringas dan memegangi tangannya kasar.

"Lepaskan aku! Lepaskan! Kau siapa? Lepaskan aku!" teriak Shea melawan, membebaskan tangannya dari cengkeraman kasar si Pria asing.

Pria itu benar menatapnya garang lengkap dengan cengkeramannya yang kasar, tetapi anehnya tak mengatakan sepatah kata pun pada Shea. Ia mengunci tangan Shea ke belakang dan menyeretnya ke ruangan yang ada di tengah, lalu melempar Shea ke ranjang hingga kepalanya terbentur dinding. Shea masih kuat menahan sakit jika hanya merasakan sakit akibat terbentur sejenak, kakinya menapaki lantai tak berubin untuk bangkit dan keluar ketika tangan-kakinya bebas. Namun, pria itu dengan cepat menahan tubuh Shea hanya dengan satu tangan, yaitu mencengkeram lehernya. Otomatis Shea ikut memegangi lehernya agar bebas bernapas, Shea menggunakan kakinya untuk menendang, tetapi pria itu tampak tak mudah dikalahkan karena tak gentar sekalipun. Pria berpotongan rambut pendek itu mengikat tangan Shea ke ujung ranjang dan mundur.

Verseluft [The End] Where stories live. Discover now