Bab 27- Pura-pura

140 19 4
                                    

Sweet is the memory of distant friends! Like the mellow rays of the departing sun, it falls tenderly, yet sadly, on the heart.

.
.
.
.
.
.


Suara suling yang terdengar nyaring menyita perhatian Morgan sibuk memperlihatkan orang baik menolongnya itu pada putrinya-Shea. Morgan buru-buru mengakhiri teleponnya dan pamit pada pria lebih muda yang memberinya banyak kebaikan. Morgan segera keluar dari kedai dan menyebrang tergesa-gesa, sempat membuat pria tua itu hampir tertabrak, tetapi beruntung selamat hingga di seberang. Pria yang masih duduk di dalam kedai itu tersenyum sembari berpikir, tak menyangka jika dunia ini begitu sempit hingga bisa berkenalan dengan pria tua yang merupakan ayah dari baby sitter adiknya yang menawan.

Kwint tersentak! Baru saja menyadari jika kata 'menawan' menunjukkan ketertarikannya yang tak bisa terelakkan. Ia mengusir kata-kata itu dari benaknya, meski begitu cocok menggambarkan sosok Shea Rousell. Kwint memilih kembali fokus pada makan siangnya dan menghabiskan hingga kandas daripada membuat kata-kata indah untuk Shea. Yang pasti, siang ini Kwint tahu keluarga Shea terlebih seorang wali yang bertanggung jawab atas hidup Shea. Orang yang tak pernah diketahui keberadaannya karena tak tinggal bersama Shea.

Kwint tersedak karena pikirannya sendiri, bahwa ketika melakukan 'AP' ke tempat Shea tak pernah melihat sang ayah. Perihal hal itu, ia belum melakukannya lagi karena pikirannya tidak tenang memikirkan pekerjaan yang mengalami kendala. Kwint hampir saja bangkit dari duduknya saat ponselnya di saku bergetar, ia pikir Mario mengajaknya bertemu untuk mencari solusi soal permasalahan urusan pekerjaan, ternyata bukan. Peneleponnya adalah salah satu teman semasa sekolah menengah atas yang sering mengajaknya bertemu, tetapi jarang diterimanya. Dia mengajaknya bertemu nanti malam dengan beberapa teman lain di suatu restoran. Kwint berpikir sejenak, sekali ini saja dirinya akan menyetujui ajakan itu.

Kwint keluar dari kedai dan melanjutkan kembali pekerjaannya, sedangkan tak melihat lagi pria tua yang merupakan ayah Shea di seberang jalan. Ia masuk ke mobil dan melesat pergi, di seberang jalan di sela pohon seorang wanita berdiri memperhatikan kedai makanan di mana ayahnya keluar dari sana.

Ayah habis makan dari sana, pantas saja selalu kumintai uang tak pernah diberi, ternyata dibuat makan enak rupanya! Wanita yang berusia tak berbeda jauh dengan usia Shea itu memotret tempat keluarnya sang ayah dengan sebaris tulisan mengandung pemancing emosi sang ibu, lalu ia pergi begitu saja.

-

Bibi Ru tengah menyiram bunga ketika pagar terbuka otomatis dan kendaraan pribadi majikan prianya masuk ke halaman garasi. Bibi Ru buru-buru mematikan kran dan menyambut Roland yang datang tak sendiri, yaitu bersama Zayne dan Shea yang selama beberapa hari tak dilihatnya. Sayangnya, Zayne sedang tidur saat mereka sampai, lantas membuat Shea bergegas masuk untuk menidurkan Zayne ke kamarnya disusul Roland. Bibi Ru mengambil alih tas perlengkapan Zayne dan mengekori Shea ke kamar Zayne, di sana Shea menidurkan Pangeran Kuda Poni yang masih mengantuk. Udara pendingin ruangan membantu Zayne makin terlelap ditambah dengan susu hangat buatan Shea yang selalu terasa pas di lidahnya.

Bibi Ru keluar lebih dahulu setelah membongkar tas perlengkapan Zayne, disusul Shea yang keluar sambil menutup pintu kamar bayi asuhnya. Ketika Shea berbalik masih menemukan Bibi Ru yang tak dijumpainya selama beberapa hari ke belakang.

"Sudah sarapan? Kalau belum bibi siapkan, kebetulan masak daging dengan bumbu kesukaanmu itu," tawar Bibi Ru pelan-pelan karena tak mau membangunkan Zayne.

"Benarkah?" tanya Shea yang antusias menatap Bibi Ru yang juga menatapnya sama.

"Bibi rindu bisa makan bareng kamu, soalnya kamu lahap kalau makan. Ayo, ke dapur!" ajak Bibi Ru berjalan turun ke bawah.

Verseluft [The End] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora