Bab 26- Hadapan

133 23 2
                                    

Pangeran Kuda Poni terlelap setelah meminum sebotol susu hangat dan memeluk bantal besar yang empuk. Wanita berambut pendek masuk dan melangkah perlahan mendekati ranjang, terkesima menatap putra tunggalnya yang kini semakin tumbuh besar, sedangkan baby sitter

"Kau sudah sarapan?" tanya Faouzia sambil menatap Shea.

"Sudah, Bu."

"Kita bisa bicara di luar?" pinta Faouzia pada Shea.

Shea mengangguk sopan dan keluar dari kamar utama lebih dahulu, di meja persegi depan dapur sudah ada Roland dan Tilton yang entah kapan kembalinya. Faouzia mempersilakan Shea duduk dan Roland memberikan secangkir teh hangat untuk Shea.

"Shea, ada yang kami perlu bicarakan denganmu, mengingat kau sudah tahu semua ini," kata Roland pada Shea.

Shea mengangguk, "Saya memang terkejut, tetapi sudah tak apa."

Shea yakin seratus sembilan puluh persen jika pria jangkung yang duduk di sampingnya itu tengah menatapnya dengan tatapan bisa menembus besi, tetapi diabaikan oleh Shea.

"Aku adalah kakak kandung Tilton, juga mama kandung Zayne, anak lelaki berusia dua tahun yang kauasuh," terang Faouzia pada Shea.

Shea mengangguk mengerti.

"Perihal Zayne ada di sini bersama mama kandungnya tidak diketahui Jesca, sore nanti kita akan pulang ke rumah dan bapak minta tolong sembunyikan hal ini dari Jesca, tolong," pinta Roland menatap Shea serius.

Shea hendak menjawab, tetapi ponsel di sakunya bergetar. Ia mengambil ponselnya dan nama Jesca tertera di layar, lantas menunjukkan ponselnya ke Faouzia, Roland dan Tilton. Ketiganya saling berpandangan dan mengangguk mengerti ketika Shea meminta mereka untuk diam dengan telunjuknya. Shea menggeser icon hijau ke arah kanan dan suara Jesca terdengar.

"Halo, Shea, di mana?" tanya Jesca di seberang telepon.

"Halo, Bu Jesca. Selamat pagi, saya ada di rumah Pak Roland."

"Sebentar," kata Jesca yang segera mengubah teleponnya menjadi telepon video. "Pak Roland lagi bekerja atau lagi apa?"

Roland sekejab masuk ke kamar Faouzia dan merebahkan diri di sisi Zayne yang tertidur. Shea menunjukkan ranjang yang di mana Roland dan Zayne tidur.

"Ini Pak Roland menemani Zayne, Bu." Shea memberikan ponselnya pada Roland.

"Hai, Sayang. Kangen, ya, sama Zayne?" tanya Roland.

"Tentu saja, tidur sejak kapan?"

"Kalau sama suamimu ini gimana? Kangen juga?" tanya Roland penuh selidik.

"Iya, kangen juga."

"Zayne tidur baru saja," jelas Roland.

"Ya sudah kalau begitu, kau keluar saja dan minta Shea buat bikin cemilan buat dirinya dan Zayne kalau sudah bangun," ingat Jesca pada Roland.

"Iya, Sayang!" seru Roland mengakhiri telepon.

Pintu kamar terbuka, Faouzia dan Tilton menghela napas lega. Tilton merangsek masuk dan menarik tangan Shea keluar dari kamar kakaknya, membawa Shea ke ruang tamu meninggalkan kakaknya dan papa kandung Zayne di sana.

"Kita perlu bicara, Shea. Soal ini semua, aku bisa jelasin," kata Tilton menatap Shea serius.

"Ya, jelaskan." Shea mendongak demi bisa menatap manik Tilton.

Tilton sedikit menundukkan mata dan memejam sesaat sebelum menjelaskan pada Shea. "Aku tahu dari lama kalau kau adalah baby sitter Zayne, hanya aku enggak bilang selama ini. Karena apa? Karena Roland dan keluarganya tidak pernah mau menerima Faouzia, bahkan memisahkan dia dari anaknya."

Verseluft [The End] Where stories live. Discover now