1. Hidup Cukup

12 2 0
                                    

1. Hidup Cukup

Resti memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh sang kekasih. Di jari manisnya, melingkar cincin sederhana yang sejak dua bulan lalu menemaninya setelah ia mengatakan "iya" ketika laki-laki di sebelahnya ini menawarkan hubungan yang lebih serius. Iya, lebih serius dari apa yang mereka berdua jalani selama bertahun-tahun.

Siapa pun yang mengenal Resti pasti merasa iri sebab perempuan itu mendapat cinta yang cukup dari orang yang dicintainya juga. Resti dan Dana sama-sama yakin dengan hubungan ini. Segala hal yang menyangkut kebersamaan hidup untuk ke depannya bahkan sudah mereka siapkan sejak tahun pertama menjadi sepasang kekasih, entah itu tabungan rumah, konsep pernikahan lengkap dengan honeymoon, perencanaan finansial, sampai perihal keturunan.

Awalnya, hubungan Resti dan Dana hanya sebatas tetangga yang berjarak tiga rumah saja. Ia ingat sekali bagaimana pertama kali Dana mengulurkan tangan menawarkan bantuan ketika melihatnya duduk berjongkok di depan rumah sambil menutup kedua telinga. Saat itu, Resti menerima uluran tangan Dana karena ia ingin menjauh dari rumah yang berisik dan ingin memiliki teman. Kompleks perumahan yang ia tinggali adalah area elite di Jakarta dengan para penghuninya yang sibuk. Resti juga tidak punya saudara yang bisa ia ajak bicara dan bermain. Ia terlahir sebagai anak satu-satunya dari keluarga Suryaatmaja yang dikenal sebagai perintis usaha di bidang properti, lini fashion, dan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, juga usaha-usaha lain. Ayahnya, Rohmadi Suryaatmaja, berdarah Jawa tulen yang berasal dari Magelang, sedangkan ibunya, Nuri, berdarah Melayu-Tionghoa dari Singkawang.

Namun, perceraian kedua orang tuanya membuat Resti harus meninggalkan Jakarta dengan segala kemewahan hidupnya dan bertolak ke Magelang. Ia tak mau repot-repot memilih salah satu dari orang tuanya yang harus ia ikuti, keputusannya langsung tertuju pada Yangti--begitu Resti memanggil Eyang Putrinya--yang sejak dulu sayang kepadanya. Resti tidak ingin tahu apa pun tentang ayah dan ibunya lagi. Ia ingin sepenuhnya bersama Yangti di rumah peninggalan Yangkung yang berada di tengah-tengah desa dan memulai kehidupan baru tanpa previlese sebagai keturunan dari Suryaatmaja. Hak istimewa yang Resti terima hanyalah berupa kiriman uang dari orang tuanya yang jumlahnya tak sedikit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika Resti mulai menyandang status sebagai mahasiswi, ia terpaksa meninggalkan Yangti karena harus mengenyam pendidikan di luar kota, di tempat yang lebih baik daripada di desa ini. Ah, ia ingat sekali bagaimana dilemanya ia antara harus tetap bersama Yangti atau mengejar salah satu mimpinya.

"Pergilah, Nduk. Jangan selamanya menetap di sini bersama Yangti. Kamu harus lihat dunia luar juga," kata Yangti dengan bahasa Jawa yang fasih.

"Yangti bagaimana nanti?" tanya Resti bimbang.

Yangti tersenyum. "Yangti sudah tua," jawabnya sambil tertawa. "Kamu nggak akan berkembang kalau sama Yangti terus. Lihat Bapakmu bisa seperti itu karena memilih tinggal di tempat yang lebih baik. Resti juga bisa seperti itu, kan?"

Resti saat itu akhrinya memutuskan untuk mengejar mimpinya di Kota Hujan. Ia meninggalkan Yangti, menitipkan pesan yang banyak kepada Paklik Darto dan Bulik Yani tentang Yangti yang sangat ia sayangi. Ia juga berpesan kepada Aira, sepupunya, untuk senantiasa mengabarinya. Keputusannya untuk menjadi anak rantau itu ternyata mengantarkannya pada sebuah pertemuan dengan teman kecil setelah sekian lama. Ya, Resti kembali bertemu Dana dan menjadi dekat lagi. Laki-laki itu masih sama. Masih bersedia membantunya bahkan tanpa diminta. Masih mau direpotkan tanpa mengeluh. 

Dan sejak Resti merasa bahwa Dana mulai menunjukkan perhatian yang lebih dari seorang teman, perempuan itu dengan tegas meminta kepastian. Ia tak malu-malu lagi menanyakan maksud di balik setiap perlakuan manis yang Dana limpahkan kepadanya. Resti juga secara gamblang mengatakan bahwa ia ingin keseriusan, lalu mengupayakan akhir yang bahagia untuk hubungan mereka. Saat mendengar itu, Dana dengan senang hati menyanggupi. Dana semakin bertingkah manis, juga menyelimuti hari-hari Resti dengan penuh kasih sayang. Ia bersedia membantunya bahkan tanpa diminta. Menemani Resti berproses dari seorang mahasiswi hingga perempuan itu mandiri di atas kakinya sendiri. Juga tak pernah absen untuk memberikan perhatian-perhatian kecil.

Jangan Rusak LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang