Bab 1 - Misteri Wanita Beraroma Daun Mint

43 4 0
                                    


Kehidupanku awalnya baik-baik saja. Sampai suatu ketika pesan suara misterius itu masuk ke aplikasi WhatsApp milikku. 

*** 

"Selamat pagi, Nares. Selamat datang di permainan ini. Semoga kamu bisa menyelesaikan semua tantangan dan lolos hingga akhir permainan." 


Pesan suara seperti mesin robot itu terdengar sangat misterius. Nomor pengirimnya pun terlihat asing, hanya berupa deretan angka seperti bilangan biner: 1100102-110011.

Permainan? 

Batinku merasa heran, tetapi aku malah acuh tak acuh karena jadwal mata kuliah pertama pagi itu terus mendesakku untuk buru-buru. Rambutku yang pendek sebahu—berwarna hitam pekat dan tebal—model Korean Lob itu sengaja aku ikat dengan karet supaya tidak menggangguku saat berlari. Poni tipis yang panjangnya sealis kubiarkan terurai tanpa jepit. 

Aku bergegas menuju kampus. Meskipun tanpa menggunakan angkutan umum, aku bisa menempuhnya selama kurang dari 10 menit dengan berlari karena kosanku berada di daerah Ciwaruga, takjauh dari sana. Tentu saja gerbang yang kupilih adalah gerbang kampus bagian belakang, karena dari sana hanya tinggal 100 meter menuju Gedung A, tempat kuliahku.

Mata kuliah Rangkaian Listrik ada di jam pertama. Kau tahu? Jika dosennya masuk lebih dulu kemudian dia menutup pintu kelas, itu artinya mahasiswa yang masih berada di luar tidak lagi diizinkan untuk masuk. Jadi, kami wajib masuk lebih dulu sebelum dosen itu datang. 

Oh, ya. Aku Nares Olivia, seorang mahasiswi tingkat akhir di Politeknik Negeri Bandung. Tinggiku 165 cm, warna kulit terang, serta bola mata kecoklatan yang bentuknya menyerupai kacang almond. Dulu, aku memilih Jurusan Teknik Elektro bukan karena minat atau bakatku, tetapi hanya karena peringkat jurusan itu berada di urutan teratas. Sepertinya akan membuatku bangga jika aku lolos dan terpilih menjadi salah satu mahasiswanya. Namun, kenyataannya setelah aku resmi diterima, ternyata tidak semudah seperti yang aku bayangkan. Aku sangat terseok-seok saat mengikuti semua mata kuliahnya. Rasa bangga tidak membantuku sama sekali, tetapi aku bersyukur bisa melewati hari demi hari hingga akhirnya memasuki semester enam yang menjadi semester terakhirku saat itu.

Pagi itu aku tiba di kampus tepat waktu meskipun hanya selisih empat menit saja dari dosenku. Napasku benar-benar ngos-ngosan karena berlari tanpa henti. Mata kuliah Rangkaian Listrik sangat rumit dan menyebalkan. Aku tidak begitu menyukainya. Butuh ketelitian saat menghitung rumus-rumusnya yang berjibun. Selain itu, suasana kelas yang sangat menegangkan karena dosen yang galak membuat waktu belajar terasa sangat lama dan membosankan.

Dua setengah jam berlalu. Akhirnya dadaku mengembang lega saat Dr. Warsito, dosen laki-laki berusia 52 tahun dengan tubuh tinggi dan agak bungkuk, meninggalkan ruangan. 

Waktu menunjukkan pukul 11 tepat. Aku bersama separuh dari teman sekelasku yang berjumlah 20 orang memutuskan untuk makan di pujasera kampus. Tempatnya tidak jauh dari Gedung A tempat kuliahku tadi. Cukup dengan berjalan 10 menit saja ke arah selatan, kami sudah tiba di sana. 

Pujasera kampus kami memang jadi tempat favorit kebanyakan mahasiswa. Selain pilihan menu yang bervariasi, harganya pun sangat ramah di kantong. Saat itu aku memilih untuk membeli makan di kios Bu Neni, langgananku. Ayam penyetnya selalu menggoda selera. Kami bersepuluh duduk saling berhadapan di sebuah meja yang panjang. Tadinya aku berencana untuk berbagi cerita tentang pesan misterius yang kuterima dengan yang lain. Namun, saat aku membuka riwayat pesan dari nomor misterius itu ternyata ada dua pesan suara lain yang belum sempat kubuka. 

Aku mengendap-endap mengarahkan ujung ponselku ke telinga. Seketika alisku mengernyit karena lagi-lagi isi pesan suara itu terdengar sangat aneh.


"Seorang wanita dengan aroma daun mint akan dilahap amukan raja merah. Waktumu hanya tiga jam untuk menyelamatkannya."

"Dia ada di salah satu kios di pujasera Politeknik Negeri Bandung."


Aku kembali melihat waktu diterimanya pesan itu, jam 8.30 WIB, kemudian pandanganku beralih ke arloji di tangan kananku. Lima menit lagi? 

Pandanganku terus menyisir ke seluruh sudut pujasera sembari terus memerhatikan keadaan. Wanita beraroma daun mint? Di salah satu kios di pujasera? Di sini? Kenapa harus kuselamatkan? Aku benar-benar tidak mengerti dengan isi pesan suara misterius tersebut hingga akhirnya aku dikejutkan oleh sebuah ledakan dahsyat tepat pukul 12 siang. Semua orang yang berada di dalam pujasera tersebut serempak menjerit histeris. 

Tubuhku malah mematung, mata membelalak, mulut menganga di saat semua orang panik dan berhamburan memadati pintu keluar pujasera untuk menyelamatkan diri. Aku tidak percaya melihat kobaran api yang membumbung tinggi berasal dari kios Bu Neni.

"Res! Nares! Buruan keluar!" teriak Juwita, sahabatku, membuyarkan lamunanku. Dia terus berusaha menarik lenganku untuk berusaha menyelamatkan diri.

Aku segera meninggalkan tempat dudukku, tetapi langkahku kembali terhenti saat kulihat sesosok manusia berbadan gempal, tetapi berselimut api keluar dari kios Bu Neni. Aku mencoba menahan bendungan air mataku, tetapi akhirnya tangisanku pecah diiringi jerit mendengking saat menyadari bahwa manusia yang berjalan limbung itu adalah seseorang yang sangat kukenal dengan baik.

"Bu Neni!!!"***

--

Hai-hai!

Kali ini saya mau pajang karya dari Kak Ez Rumi yang berjudul Voice Notes.

Kamu yang gemar baca cerita misteri thriller, wajib masukin cerita ini ke daftar bacamu. Pantengin kelanjutannya di sini, yah!

~~

Voice Notes by Ez RumiKde žijí příběhy. Začni objevovat