Aarazka sesekali mengusap kening Camellia untuk menenangkan gadis itu agar segera tertidur, tak lupa juga wajahnya yang sedari tadi tak berhenti untuk tersenyum lebar. Seperti senyam-senyum sendiri memikirkan hal yang membuatnya bisa tersenyum selebar itu.
Camellia merotasikan bola matanya melihat tingkah ajaib Aarazka, percayalah jika Rezel yang melihat flat wajah Aarazka saat ini, maka Camellia yakin bahwa pengawal pribadi Aarazka itu akan pingsan di tempat atau bahkan meninggal di tempat. Lihat saja!! Bagaimana wajah yang seharusnya terlihat dingin dan datar itu sekarang sudah berubah drastis, pipinya bersemu merah dengan kedutan bibir yang selalu ia tahan untuk tidak tersenyum tapi heol! daritadi kau senyum-senyum sendiri ya Aarazka! Camellia melihatnya dengan sangat jelas jadi tidak perlu untuk menyembunyikan senyum bodohmu itu.
"Mengapa kau terus tersenyum sendiri, Razka?" Tanya Camellia gemas, posisinya saat ini sedang rebahan di kasur dengan Aarazka yang mengusap-usap pelipisnya untuk memudahkan ia tertidur.
Aarazka lagi-lagi tersenyum bodoh ketika mendengar panggilan 'Razka' itu dari Camellia, itu sudah seperti panggilan kesayangan. Aarazka merasa sangat bahagia saat ini.
"Lihat, kau tersenyum lagi. Apakah ada sesuatu yang membuatmu merasa sangat bahagia saat ini?"
"Hm." Jawab Aarazka dengan anggukan kepala semangat, bahkan sumber kebahagiaannya tidak tahu bahwa Camellia itu sendiri yang membuat ia begitu bahagia. Mengingat kembali momen beberapa menit yang lalu.. ahh, hati Aarazka terasa berbunga-bunga saat ini.
Beberapa menit lalu, setelah Camellia menciumnya dengan sepihak yang berakhir dengan salah tingkahnya Aarazka. Camellia terus menggodanya dengan kembali mendaratkan ciuman beruntun.
Cup. Satu kecupan cepat Camellia berikan di pipi sebelah kanan Aarazka yang telah berwarna merah. Camellia rasa-rasanya ingin meledakkan tawanya saat ini melihat betapa lucunya Aarazka sekarang.
"K-kamu—"
Cup. Satu lagi ciuman cepat Camellia berikan di pipi kiri Aarazka hingga ucapan kaisar itu terpotong dan berakhir dengan tubuhnya yang menegang. Kebahagiaan beruntun apa ini ya Tuhan? Aarazka tidak sanggup menerimanya sekaligus karena sangat tidak aman untuk untuk jantungnya.
"Ja—jangan—"
"Lucunya~" dan Cup. Pekik Camellia setelah meraba sebentar dan merasakan hawa kulit di wajah Aarazka yang telah panas lalu memberikan ciuman lagi di kening Aarazka. Sontak saja pria itu hampir pingsan di tempat jika saja Camellia tidak menahan pundak Aarazka agar tetap duduk diam di tempatnya.
"Kenapa?" Tanya Camellia dengan sudut bibir berkedut menahan senyuman gelinya, tingkah Aarazka sangat lucu di matanya seperti tingkah bayi yang sedang terpesona akan sesuatu. Benar-benar menggemaskan.
"Aku bisa mati di tempat jika kau memberikan ciuman lagiii.." pasrah Aarazka dengan suara beratnya yang terdengar putus asa, belum selesai dengan wajahnya yang masih memerah dan rengekannya yang berusaha menetralkan irama jantungnya. Camellia dengan sangat tidak berperiperasaan dan secara tiba-tiba mencium bibir Aarazka.
Lagi-lagi Aarazka mematung di tempat, ia dapat merasakan bibir kenyal Camellia yang bersentuhan dengan bibirnya. Itu.. benar-benar menguji jantungnya, sialan!! Ia bisa mati...aaaa!
Kemudian, saat Camellia hendak menarik diri dari dekat Aarazka, lebih dulu Aarazka menahan tengkuk wajah Camellia agar gadis itu tidak melepaskan tautan bibirnya.
Aarazka menolehkan kepalanya ke samping kanan dengan bibir yang masih menyatu, Camellia yang awalnya merasa lucu dan tertawa terbahak-bahak, sekarang langsung digantikan dengan dirinya yang harus berpacu jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became A Empress [SEGERA TERBIT]
Teen FictionCamellia terjebak dalam dunia asing yang membingungkan, tepat saat membuka mata hal yang tak terduga menghampirinya. Katanya ia adalah seorang permaisuri? Hei, ia hanyalah seolah mahasiswi biasa dengan kehidupan datar tak bergairah. Bagaimana bisa...