42. Marah

56.1K 4K 42
                                    

aaaa tolong pembacaku cabul semuaaa😭😭

lupa kalo ini wattpad, gada yg polos😭🙏

***

"Kau bau pandan, apa yang kau lakukan tadi?"

Aarazka langsung kelabakan, terlihat panik dan hal tersebut berhasil membuat Camellia memicingkan mata curiga.

"Urusan apa yang kau maksudkan tadi, Aarazka?"

Aarazka berdehem untuk menormalkan diri agar tidak terlalu terlihat panik, kemudian menjawab. "Bukan apa-apa, kau sedang sakit jadi—"

"Ahh, aku ingat. Waktu itu, ketika aku sedang berada di kamarmu aku juga mencium aroma pandan, saat bertanya kau malah menggendongku dan mengalihkan pembicaraan. Aku masih mengingatnya.. bisakah kau menjelaskannya sekarang?" Todong Camellia masih dengan mata penuh selidik menatap Aarazka.

Aarazka menggenggam kedua tangan Camellia dengan erat, berharap agar Camellia berhenti curiga sebab hal yang sedang Camellia curigai saat ini bukanlah sesuatu yang penting.

"Bukan apa-apa, bukan sesuatu yang penting." Sahut Aarazka meyakinkan, setelahnya ia segera mengambil mangkuk berisi bubur manis dari atas nakas dan mengaduknya. Meninggalkan Camellia yang masih menatapnya dengan tidak percaya, jika memang tidak penting mengapa tidak diberitahukan?

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku." Gumam Camellia dengan sendu, menurunkan sudut pandangnya ke bawah dengan kepala yang juga ikut tertunduk.

Aarazka berhenti mengaduk bubur di tangannya, menatap Camellia yang sudah menunduk sedih di hadapannya. Satu tangan kirinya memegang mangkuk, lalu tangan kanannya terangkat untuk menyentuh dagu Camellia dan mengarahkan agar gadis itu menatapnya.

Camellia menurut, membiarkan kepalanya menengadah untuk menatap Aarazka yang sudah menatapnya dengan senyuman.

"Kau harus mempercayaiku, bukankah kita ini sudah terikat hubungan suami istri? Seharusnya dalam suatu hubungan, harus ada rasa percaya satu sama lain agar hubungan kita bisa bertahan." Tutur Aarazka dengan lembut, mencoba untuk memberi kata-kata baik pada Camellia agar gadis itu berhenti curiga.

"Tapi.."

"Sstt, sekarang makan ya?" Potong Aarazka dan segera mengambil sesendok bubur kemudian mulai menyuapi Camellia.

Camellia sebenarnya masih ragu, masih ada perasaan curiga di hatinya yang meronta meminta penjelasan. Tetapi melihat dari respon Aarazka, sepertinya memang bukan sesuatu yang penting. Tetapi, kalau memang tidak penting mengapa ia tidak beritahu?

"Mm?" Gumam Aarazka sembari mengangkat sendok berisi bubur itu ke atas agar menyadarkan Camellia dari lamunan sesaat.

Camellia mengerti, ia pasrah saja dan mencoba percaya pada perkataan pria itu. Sebenarnya ia sangat penasaran, tapi mau bagaimana lagi? Sepertinya Aarazka memang tidak berniat untuk memberinya jawaban. Camellia membuka mulutnya dan menerima suapan dari Aarazka dengan baik.

Aarazka tersenyum lagi melihat itu, Camellia harus makan kemudian tidur. Agar besok kesehatannya kembali membaik, jujur ia masih saja tidak tenang jika melihat Camellia yang lemah dan terbaring di atas tempat tidur.

"Tubuhmu mudah jatuh sakit, lain kali jika ingin keluar pakailah pakaian yang lebih hangat. Karena bulan ini adalah bulan pertama turunnya salju untuk tahun ini. Cuacanya akan seketika dingin di luar, aku tidak ingin melihatmu sakit jadi patuhi perkataanku ya." Ujar Aarazka di sela-sela kegiatannya menyuapi Camellia.

"Hm." Jawab Camellia seadanya, lalu percakapan berhenti dan hanya digantikan dengan kegiatan Aarazka yang dengan telaten menyuapi sedikit demi sedikit bubur pada Camellia. Tak butuh waktu lama, hampir keseluruhan isi mangkuk yang digenggam oleh Aarazka kosong, tersisa sedikit saja. Ketika Aarazka hendak menyodorkan satu suapan lagi, Camellia menolaknya dengan cara menggelengkan kepala.

I Became A Empress [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang