20 - Lidah Tak Bertulang

386 67 4
                                    

Hey! How's your day?

Prestasi yang dibawa oleh Agharna tentu saja membuat satu sekolah gempar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prestasi yang dibawa oleh Agharna tentu saja membuat satu sekolah gempar. Sekarang, mereka tidak lagi mengatakan kalau Agharna tidak memiliki bakat seperti Auriga. Mereka tidak lagi menyebutkan Agharna yang selalu sembunyi di balik punggung Auriga. Semuanya mempercayai kemampuan yang dimiliki Agharna. 

Sebagai apresiasi dari keberhasilan Agharna, pihak sekolah langsung mengurus berkas-berkas untuk dikirimkan pada perguruan tinggi yang tentunya menjadi incaran Agharna. Tentu saja, hal itu menjadi kabar yang sangat mengembirakan bagi Agha. Dia melangkah lebih dekat dengan impiannya. 

"Keren banget, kembaran lo. Gue kira lo yang bakalan maju duluan untuk bisa daftar lewat jalur prestasi." 

"Agha berprestasi, tidak salah dia mendapatkan kesempatan yang bagus seperti itu." Auriga membela kembarannya, bagaimana pun, dia akan selalu mendukung dan membuka jalan kesuksesan untuk kembarannya.

"Auriga! Buruan ke sini, katanya mau lihat kita latihan basket!" Haksa dan Daffa segera menarik Auriga menuju gedung olahraga. Mereka berdua selalu saja suka menarik-narik Auriga sesuka hati.

Auriga hanya duduk di tribun gedung olahraga indoor. Dia hanya menonton Haksa dan Daffa yang sedang latihan basket. Kedua temannya itu memang aktif dalam bidang olahraga, tidak sama seperti Auriga yang hanya ikut futsal, itu pun kalau suasana hatinya lagi baik. Auriga lebih senang jika belajar bela diri, dan sekolahnya tidak begitu memprioritaskan olahraga bela diri. Sehingga, Auriga harus mendaftarkan diri di luar sekolah. 

"Iri deh dengan kehidupan si kembar. Mereka sudah dijamin sukses dengan privillege yang mereka miliki."

Sayup-sayup Auriga mendengar seseorang membicarakan dirinya. Kenapa di saat dia sedang ingin sendirian, selalu saja ada yang membicarakan dirinya?

"Iya, benar. Gue tidak yakin kalau si Agha beneran dapat juara tiga di olimpiade kemaren. Bisa jadi hasilnya sudah dimanipulasi."

"Tapi gue bersyukur, yang mendapat kesempatan bisa lolos tanpa seleksi ke perguruan tinggi itu si Agha. Gue gak ikhlas banget kalau yang dapat itu si Auriga," ucap orang itu yang tidak sadar kalau orang yang sedang mereka bicarakan tak jauh dari sana.

"Benar banget lagi. Bayangin aja dari dulu dapat perhatian dari guru terus, menang lomba. Padahal mungkin saja itu semua hanya bohongan doang. Mana lagaknya paling berkuasa banget."

"Setidaknya Agha lebih baik dari sikap dan sifatnya dibanding Auriga. Kesel banget sama orang-orang yang sudah jelas hanya biang rusuh, malah terus cari muka di depan guru dengan sok-sok-an paling pinter."

Auriga hanya diam mendengar percakapan tersebut. Dia tidak ada niatan untuk ikut campur atau pun marah sama orang yang saat ini sedang membicarakan dirinya.

Tersinggung? Entahlah. Auriga bahkan tidak merasakan apa-apa. Dia terlalu lelah bahkan untuk membenci seseorang. 

Tapi, kejadian seperti itu tidak hanya terjadi sekali. Setelah Agharna berhasil mendaftarkan dirinya di PTN yang dia inginkan tanpa seleksi, mulai saat itu orang-orang terus membandingkan dirinya dengan Agharna. Seakan dengan lolosnya Agharna untuk mendaftar ke PTN tanpa seleksi melalui jalur olimpiade yang baru satu kali dia lakukan, menjadi padangan negatif untuk Auriga yang tidak mendapatkan kesempatan seperti itu meskipun sudah menang beberapa kali dalam berbagai macam olimpiade. 

Zero Expectations || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang