Bab 45 : Sebuah Penantian

217 22 0
                                    

"Dimana sih mereka?"

Embun berjalan begitu cepat mencari ke berbagai tempat. Semua orang tidak ada di pesta, padahal malam ini sangat penting untuk mereka semua. Embun mencengkram rambutnya, bagaimana ini?

"Jangan! Jangan pergi!"

"Putri? Dari mana saja anda? Anda harus berada di pesta, apakah anda tahu keberadaan yang mulia?"

"Yang mulia bersama ayahku! Jangan ganggu mereka!" Pinta Putri Duke Bellen.

"Memangnya kenapa?" Tanya Embun heran. Kenapa dia tidak bisa mengganggu mereka? Apakah Cassia bersama Duke Bellen?

"Itu... Itu... Astaga! Aku sampai lupa! Kau harus mencari kekasihmu itu, aku tadi melihatnya di seret perempuan pergi! Kau harus cepat menolongnya! Cepat pergilah, aku harus kembali ke pesta dan mengurus semuanya!" Putri Duke Bellen berlari begitu cepat.

"Apa? Milo?" Embun berpindah tempat cepat dan berada di sebuah kamar.

Tangan Embun mengepal saat melihat Milo sedang bersama seorang perempuan yang dia yakini seorang bangsawan. Embun mendekati mereka dan menepuk pundak perempuan yang sedang membawa Milo ke tempat tidur.

"Hey! Lo siapa?"

"Hah... Bagaimana kau bisa berada di tempat ini? Bukankah para penjaga menjaga tempat ini. Sialan mereka!" Perempuan itu menatap Embun sengit.

"Embun..." Panggil Milo dengan wajah begitu pucat.

Wajah Embun seketika menjadi sangat merah, apa yang perempuan ini lakukan pada Milonya? Apakah perempuan ini sudah bosan hidup? Embun menyeringai dan menutup menutup mulut perempuan didepannya.

"Pfmmttt..."

"Beraninya lo bawa pacar gue! Lo nggak tahu kalau Milo itu cuma milik gue? Dasar cewek l*nt*. Gue nggak akan biarin lo macam-macam sama Milo! Pergi aja lo ke neraka. Sistem, buang dia ke kandang kuda!"

"Pfmmttt..." Tubuh perempuan itu menghilang seketika.

Embun menatap tajam Milo yang tampak kesakitan memegangi tubuhnya sendiri. Pasti perempuan itu sudah melakukan sesuatu pada Milo! Jika seperti itu, Embun akan mendatangi perempuan itu lagi dan membuat mimpi buruk untuknya.

"Milo? Milo? Apa yang terjadi?" Tanya Embun memegangi tangan Milo.

"Embun... Panas! Arghttt..." Milo bangkit dengan keringat bercucuran di wajahnya.

"Panas? Panas apa lagi? Ini dingin lho!" Embun menyentuh kening Milo.

"Panas! Embun..." Racau Milo.

"Kalau omong yang jelas dong! Panas! Embun! Panas! Embun! Gue nggak tahu apapun maksud lo! Lo demam? Tapi nggak sih! Normal aja! Milo! Lo sadar nggak sih?" Tanya Embun memegangi pipi Milo.

"Arghttt... Embun..." Milo menatap Embun begitu serius.

"Iya? Ini gue! Aduhhh... Lo kenapa sih? Arghttt..."

Dengan cepat Milo menarik kedua bahu Embun dan tersenyum saat Embun sudah berada di bawahnya. Milo menyentuh wajah Embun dan berada di leher perempuan itu.

"Cantik! Cantik! Sangat cantik!"

"Milo?"

"Terlalu cantik!" Milo mengambil rambut kecoklatan Embun dan menghirupnya begitu rakus.

"Gila! Muka lo mesum banget! Ini lo salah minum obat atau gimana sih? Jangan-jangan..." Embun membuka mulutnya lebar-lebar saat Milo membuka bajunya dan menampilkan sesuatu yang membuat Embun begitu takjub.

"Rasanya sangat panas disini! Begitu panas! Bukankah kau juga merasakan nya?" Milo mengambil tangan Embun untuk menyentuh perutnya.

Embun meneguk ludahnya merasakan perut Milo. Memang otot Milo berada di atas rata-rata bahkan lebih indah dari Komandan Grayson. Embun akui itu. Milo tersenyum dan mengangkat tubuh Embun untuk duduk di pangkuannya.

Gue OverPower? 2 ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang