39

357 37 12
                                    

Hari ini Ye Chen sedang melatih Lu Feifei seperti biasa, itu adalah latihan tanding setelah ia mengajarkan teori dua hari yang lalu dan praktek kemarin.

"Sudah cukup untuk hari ini." kata Ye Chen dengan tenang sambil membuang ranting yang baru saja ia gunakan untuk menggantikan pedang.

"Kakak senior Ye benar-benar kuat, aku bahkan tidak bisa memberikan goresan sekecil pun meski kau sudah mengunakan ranting kecil!" kata Lu Feifei mengeluh, latihan yang diberkan Ye Chen memang mengagumkan namun latih tanding dengannya hanya menambah stress dan depresi saja.

Perbandingan kekuatan dan pengalaman mereka berbeda jauh bahkan bila Ye Chen menekan kultivasinya namun masih ada jarak sejauh jurang di antara mereka.

"Kekuatanmu sudah meningkat pesat ketimbang lima tahun yang lalu, yang kurang hanya pengalaman saja sisanya kau bisa mempelajarinya sendiri." kata Ye Chen dengan tenang dan menyentil dahi Lu Feifei.

"Kakak, bisakah kau berhenti menyentil dahiku?  Aku takut kalau aku semakin bodoh karena kau selalu melakukan itu." kata Lu Feifei dengan cemberut sambil mengusap dahinya yang merah dengan kedua tangannya, ekspresi dan tingkahnya saat ini terlihat imut bila kau perhatikan dengan santai.

"Tidak mau, lagipula itu sudah jadi kebiasaan baruku~" kata Ye Chen sambil tersenyum main-main.

"Hmph, aku tidak menyukainya, kau tau itu kak?" kata Lu Feifei semakin cemberut dengan jawaban Ye Chen yang tidak mempertimbangkan perasaanya itu.

Pasalnya sejak awal pelatihan Ye Chen sangat suka sekali memukul kepalanya, apakah itu dahi atau atas kepalanya langsung selalu menjadi tempat langganan bagi Ye Chen untuk menghilangkan stress.

"Sudahlah aku pergi dulu, ini sudah waktunya bagiku menyiram kebun." kata Lu Feifei yang berbalik karena melihat kalau Ye Chen tidak benar-benar menganggap penting perkataanya.

Namun baru satu langkah saja ia berjalan, kaki kanannya atanpa sengaja tersandung kaki kirinya yang membuatnya kehilangan keseimbangan.

Untungnya Ye Chen cukup sigap, ia menangkap tangan Lu Feifei lalu menariknya kedalam dekapannya, ini membuat mereka berpelukan dan saling memandang dalam jarak yang begitu dekat.

Lu Feifei menatap Ye Chen dan merasa kalau waktu tiba-tiba berhenti didepannya, rasanya dunianya juga mulai memudar karena semua warna dan cahaya di curi oleh Ye Chen, ini membuat hatinya berdetak kencang dan wajahnya memanas secara diam-diam.

"Feifei.... " Ye Chen memanggil dengan suara pelan.

Bibir merah muda yang tipis itu terlihat sangat dekat darinya, ini membuat Lu Feifei ingin sekali lebih dekat lagi, ia ingin sangat dekat dengan Ye Chen.

Sudah 5 tahun ia berlatih, baginya Ye Chen adalah sosok kakak yang baik dan dapat di andalkan, benar-benar sosok kakak yang selalu ia impikan namun ia masihlah seorang remaja biasa.

Pikiran polosnya diam-diam terdistrosi oleh ketampanan, sikap, dan tempramen Ye Chen yang sangat menganggumkan, ini membuatnya sulit mempertahankan pemikiran polosnya yang menganggap Ye Chen sebagai sosok kakak laki-laki saja, justru ini membuatnya ingin melangkah lebih jauh lagi.

Karena tubuh mereka berdekatan ini membuat pemikiran Lu Feifei terasa mati rasa, ia mengangkat wajahnya untuk melihat Ye Chen yang sedang melihatnya.

Kakinya secara lambat mulai terangkat, ia mencoba mencium Ye Chen namun sebelum ekspetasinya menjadi kenyataan sebuah rasa sakit di dahinya menyadarkan dirinya.

"Kau tidak masalahkan? Aku tidak merasakan ada kelainan lain tapi kau tiba-tiba kehilangan fokus, berwajah merah, dan bersikap aneh." kata Ye Chen yang sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Lu Feifei.

Ia sebenarnya mengetahui pemikiran Lu Feifei tentang dirinya, dia tau penyebabnya yaitu karena dirinya yang terlalu tampan hingga bahkan para dewa menjadi malu dan dewi menjadi tergila-gila kepadanya.

(A : Ya itu karena lu anak buatan gw njir, makanya gw kasih buff dikit yg membuat seorang dewi yg mengaku omnipotent sekalipun akan jatuh hati kepada lu, sempak)

Hanya saja ia tidak bisa menerima Lu Feifei, pertama karena ia sudah menikah, ia berjanji untuk mencintai Zhao Xiyao jauh dari wanita lain,  tidak hanya itu saja tapi alasan terbesar kenapa ia tidak bisa menerima Lu Feifei itu karena wajahnya yang sangat mirip dengan kakak Ye Chen di kehidupan sebelumnya.

Karena itu ia tidak bisa menerimanya, semua itu karena ia tidak bisa merusak wajah kakaknya seperti itu, apalagi ia tidak tahan bila melihat wajah kakaknya sendiri saat melihat Lu Feifei.

...

Sementara itu Zhao Xiyao datang untuk menemui Ye Chen, sudah 5 tahun mereka berpisah dan tidak ada kontak sama sekali, karena itu ia ingin datang untuk melepas rindu.

Namun ia datang disaat yang kurang tepat, ia melihat Ye Chen yang memegang tangan Lu Feifei dan menariknya kedalam pelukan hangatnya.

Melihat ini membuat Zhao Xiyao merasa cemburu dan tidak nyaman, ada perasaan berapi-api di hatinya, ia mungkin marah dan cemburu.

Alasan ia tidak menemui Ye Chen karena ia sedang menutup diri, ia sedang meningkatkan kultivasinya dan melakukan terobosan ke ranah kedua alam Kelahiran Roh, belum lagi ia memiliki kesempatan untuk menjadi tetua oleh gurunya.

Sekarang statusnya sudah menjadi tetua dalam di puncaknya sendiri, dia sudah memiliki kualifikasi untuk ikut serta dalam pemilihan murid yang akan dilaksanakan bulan besok.

Karena itu ia tidak memiliki banyak waktu luang untuk menemui Ye Chen baik di tempatnya atau di tempat Ye Chen, baru hari ini ia bisa bebas namun siapa sangka kalau Ye Chen malah bermain dengan wanita lain di belakangnya.

Zhao Xiyao sangat marah setelah memikirkan kerja kerasnya dan apa yang Ye Chen lakukan, ia ingin keluar dan menggerebek Ye Chen dan Lu Feifei secara langsung seperti acara 86.

Namun sebelum ia bergerak lagi, ia melihat kalau Ye Chen kembali membenarkan postur tubuhnya, memberikan ruang antara dirinya dan Lu Feifei.

"Lain kali hati-hati." kata Ye Chen dengan ringan, ia tersenyum lembut saat menatap Lu Feifei.

"Um, terima kasih kakak senior." Lu Feifei berkata dengan malu, ia baru saja berniat mengambil inisiatif untuk mencium Ye Chen namun sayang sekali Ye Chen malah menjauh darinya.

Memikirkan ini, membuat Lu Feifei sangat malu, saking malunya ia ingin mencari lubang dan menimbun dirinya disana agar tidak ada yang dapat melihatnya.

Ye Chen tersenyum saat melihat Lu Feifei, namun ia kemudian berbalik memunggungi Lu Feifei dan Zhao Xiyao yang masih bersembunyi.

"Feifei, aku sudah mengatakan kalau kemampuanmu sudah sangat baik, bahkan tanpa pengajaran dan arahan dariku lagi kau masih bisa berkembang jauh ke depan." kata Ye Chen dengan tenang tanpa melihat ke belakang.

Sebuah angin dengan lembut melewati tubuhnya, mengibarkan kain putih dan rambut hitamnya yang panjang terurai, itu terlihat sangat indah namun entah kenapa terasa sangat kesepian.

"Feifei, aku berniat untuk keluar dari sekte." kata Ye Chen yang berbalik dan menatap Lu Feifei dengan senyum hangat yang lembut namun penuh kesendirian.

Mendengar ini membuat Lu Feifei terkejut, Zhao Xiyao juga terkejut, bahkan Tie Hao yang sedang menonton drama juga terkejut, mereka tidak menyangka kalau situasi akan berkembang ke arah ini.

Menjadi Suami Yang Tak Terkalahkan Setelah Masuk Selama 100 TahunМесто, где живут истории. Откройте их для себя