48. Hanna

41.8K 3.3K 72
                                    

Helga berlari dengan tergopoh-gopoh menahan segala rasa nyari dan sakit di sekujur tubuhnya, terlebih di pinggang dan telapak kakinya. Tanpa alas, dan menapak langsung pada tanah yang penuh bebatuan kecil dan ranting-ranting tajam. Sungguh itu terasa menyiksa, tetapi Helga tidak membiarkan rasa sakit itu menjadi penghalang. Ia terus berlari dan berlari, tak memperdulikan pada apapun di depan dan belakangnya. Ia harus bisa tiba di gerbang kerajaannya sebelum pasukan Karmel menemukannya.

Ia melewati hutan dengan banyak semak belukar di sekitarnya, tak lupa beberapa hewan kecil seperti kelinci dan tupai terlihat muncul ketika Helga lewat. Untung saja hari ini cuaca lumayan cerah, tidak ada pertanda akan datangnya hujan, dan juga tidak terlalu panas.

Ia sudah berlari sejak beberapa saat yang lalu, tak sekalipun ia berhenti hanya untuk mengambil napas sejenak. Sepertinya, rasa dendam yang sudah membumbung tinggi di dada Helga membuat gadis itu tak lagi merasakan lelah dan sakit dari fisiknya. Ia sudah dikuasai amarah dan ingin segera menghancurkan Camellia mau bagaimana pun caranya!

Sial! Sial! Sial! Mengapa semua rencananya gagal!? Semua ini terjadi karena Helga! Mengapa pula ia harus mati dan mengapa harus jiwanya yang menggantikan jiwa Helga!?

Bukan..nama aslinya bukan Helga. Helga itu nama raga yang ia tempati saat ini, nama aslinya adalah Hanna. Ia hanya seorang mahasiswi biasa di kotanya dulu, kebetulan saat itu ia hendak ke perpustakaan untuk menyelesaikan permasalahan dalam satu materi yang tidak ia ketahui. Ya, semuanya berjalan seperti biasa, Hanna mencari bukunya dan yah, ia menemukannya. Lalu ia mulai belajar di perpustakaan itu dalam waktu yang lumayan lama.

Kemudian, merasa bosan karena terus menerus duduk dan membaca saja sedari tadi, Hanna memilih untuk berdiri dan berjalan-jalan sebentar untuk mengurangi rasa bosannya. Akan tetapi, justru karena tindakannya itu yang bisa dikatakan sepele, tetapi justru hal tersebutlah yang nantinya akan mengubah nasib seorang Hanna.

Tanpa sengaja ia melirik sebuah buku usang yang lumayan tebal dengan sampul yang sudah tua, Hanna merasa tertarik lalu mengambil buku itu.

Hanna bahkan perlu menghapus sebentar debu yang melekat di sampul buku tersebut, lalu ia mulai mengeja judul dari buku usang yang sudah berada dalam genggamannya itu.

"Lady...Dazzle?" Gumamnya, corak dan motif di sampul itu terbilang cukup kuno. Dengan sekuntum mawar merah tua yang menjadi gambar utama di sampul tersebut.

Merasa tertarik, Hanna pun memutuskan untuk membaca buku yang ia yakini bahwa buku itu adalah sebuah novel.

Benar, kisahnya baru saja akan dimulai.

Hanna mulai membaca lembar demi lembar novel tersebut, hingga secara tidak sadar bahwa waktu telah menunjukkan tengah malam. Hanna semakin larut dan semakin asik membaca novel kuno itu dengan berbagai ekspresi yang ia tunjukkan seketika membaca beberapa adegan yang menurutnya lumayan menegangkan, agak mencengangkan, sangat romantis, dan berbagai kondisi dialog lainnya.

Hingga tanpa sadar, sepercik cahaya mulai muncul dari huruf-huruf yang telah ia baca. Semakin banyak teks yang ia baca, maka semakin cerah pula cahaya yang muncul. Helga sama sekali tidak sadar sebab dirinya telah dirasuki oleh rasa keingintahuan yang begitu membara.

Lalu waktu telah menunjukkan waktu dini hari, Hanna akhirnya selesai membaca dan ketika tangannya hendak menutup buku, tiba-tiba gadis itu memiliki suatu pemikiran.

I Became A Empress [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang