29. Sekutu Terkuat

19.6K 1.8K 199
                                    

Haii
Only balik lagi
Jangan lupa support Varel dengan cara Tekan ⭐ di pojok bawah, Komen, Share, dan Follow ygy.

Awas Typo Bertebaran

Awas Typo Bertebaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

       "Iya iya. Mohon diperbiasakan lagi kedepannya, ya? Sampai jumpa,"

       Aska melewati James membuat pria tak laku itu segera berjongkok lalu merutuki kebodohannya sendiri. Dia sempat mendengar Aska berkata 'sesuatu' yang membuatnya bertambah malu.

       "Bodoh, bodoh, bodoh. Apa yang telah Kau lakukan, Jamess!!?"

       James menoleh ke belakang, Aska sudah masuk ke kamar Arthur. James mengusak kasar rambutnya hingga rambut yang biasanya tertata rapi itu jadi berantakan seperti otaknya sekarang.

       Kalimat Aska berputar-putar di otaknya seperti kaset rusak. Apakah Dia pantas disebut seperti itu?

       "James yang manis,"

       Arrgghh

🧸🧸🧸

BAGIAN 29

       Aska menutup pintu perlahan karena ingin mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh Daddy dan dua bocah cilik itu. Bocah cilik yang saling bertolak belakang. Satu malaikat dan satunya lagi bocah kematian. Hei ayolah, Aska mencoba untuk mengatakan yang sejujurnya. Varo memang pantas dengan predikat itu.

       Dan untuk masalah James, Aska merasa sangat terhibur setelah melihat asisten kaku sang Daddy jadi salah tingkah. Aska yakin setelah ini, James akan mencoba menghindari segala bentuk pembicaraan dengannya. Tapi jangan memanggilnya Aska jika dia tidak melakukan apapun. Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Aska merasa begitu antusias sekarang.

       Seringaian Aska menghilang digantikan dengan mulut yang membulat, matanya melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Disana, di atas ranjang terlihat Arthur yang berbaring pasrah di kelilingi oleh dua bocah kematian yang sedang melakukan aksi heroik. Tidak! Lebih tepatnya pembullyan. Namun, herannya orang yang di bully terlihat tidak keberatan sama sekali.

       Aska lantas mengambil ponselnya dari saku celana jeans berwarna hitam yang dia kenakan lalu mengabadikan moment langka ini sebanyak mungkin agar bisa ditunjukkan pada saudara-saudaranya nanti. Jarang-jarang sang Daddy tampil beda.

       Setelah selesai, Aska berjalan perlahan kemudian menepuk bahu kiri adiknya yang sedang duduk bersila membelakanginya dengan tubuh sedikit condong ke depan. Begitu fokus pada pekerjaan yang sedang dia tekuni. Sesekali Varo telihat cekikikan bersama Varel. Entah apa yang membuat mereka merasa lucu.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang