Berhala dan Penciptanya

3 2 0
                                    

Dunia fantasi dan seorang penjahat utama merupakan kombinasi dongeng pengantar tidur yang terkenal bagi anak-anak.

Namun kali ini berbeda. Dongeng ini tidak sepantasnya dibaca oleh anak polos yang tidak mengetahui kejamnya dunia. Dongeng yang menceritakan hubungan erat antara mata dan berhala kokoh.

Sebuah dunia yang tidak logis dan gila. Menyudutkan seorang remaja. Remaja pria yang hanya memiliki saudari dan dianggap gila tidak ingin menyembah berhala seperti mereka.

Menyembah berhala? Bukankah itu kegilaan yang sebenarnya? Mereka yang menciptakannya, lalu menyembahnya. Hanya manusia bodoh yang melakukannya.

Remaja itu selalu menolak melakukan hal tak bermakna yang dilakukan masyarakat desa. Ia bahkan menentang kepercayaan mereka secara terang-terangan.

"Apa gunanya matamu jika kau tidak bisa melihat keagungan berhala yang diciptakan pengrajin desa kami." Tegas kepala desa di hadapan seluruh warga desa yang siap menyaksikan hukuman bagi pria lancang yang menghina Tuhan mereka.

"Aku mengakui berhala ciptaan pengrajin adalah karya seni indah. Tapi aku menolak untuk menyembahnya." Pria itu masih bersikeras akan pemikirannya yang tidak bisa diterima oleh masyarakat bodoh yang jauh akan peradaban.

Kepala desa tersebut diam dan menatapnya dengan dingin. Tanpa ragu kepala desa itu memutuskan menghukum pria pembangkang dengan menusukkan besi tajam yang telah dibakar tepat ke bola matanya.

Remaja pria itu berteriak kencang. Tubuhnya ditahan oleh beberapa pria dewasa dan matanya mulai mengeluarkan darah segar. Ia masih berteriak kesakitan dengan sangat kencang. Warga desa yang menyaksikannya menutup telinga. Para burung-burung mulai mengitari sumber teriakan. Pria itu mulai mengeluarkan teriakan sangau yang menyedihkan.

Anjing peliharaan pria itu segera berlari dan berputar-putar di sekitarnya. Mata anjing itu tampak berkaca-kaca dan berkali-kali dirinya menjilati pria yang menahan rasa sakit. Pria itu tersenyum pada anjing itu, menepuk kepala anjing kesayangannya.

Dengan mata yang sudah tidak berfungsi dengan benar, ia merasa dirinya tidak akan hidup lama lagi. Ia berhenti berteriak dan berusaha mengeluarkan suara untuk mengatakan kalimat terakhirnya.

"Reo, tolong jaga kakak ya. Jangan sampai kakak tau aku telah mati..." Ia menangis. Air mata dan darahnya keluar secara bersamaan. Anjingnya mulai menangis seperti tuan yang akan meninggalkannya.

Para warga desa yang sudah melihat tanda-tanda kematiannya mulai mendekat. Namun segera dihalangi oleh Reo. Ia menggonggong dan berusaha melindungi tuannya dari orang-orang yang telah menyakitinya. Ia menggigit kaki siapapun yang mendekat pada tuannya.

Warga desa yang terganggu akan gonggongan Reo dan kesal terhadap gigitannya. Menginjaknya kuat. Reo segera melolong kencang dan menunjukkan rasa sakit yang ia rasakan. Salah satu seorang pria dewasa menendang Reo dari panggung penghukuman.

Segera Reo berlari menuju tempat tinggalnya bersama tuan dan saudari tuannya. Saudarinya yang ternyata adalah seorang wanita buta dan pengrajin berhala tampak menyadari kehadiran Reo.

"Kenapa kau melolong tadi? Lalu apakah teriakan sebelumnya adalah Rez?" Reo segera membalasnya dengan gonggongan dan mendekat dengan Mei yang baru saja selesai memetik anggur.

"Ada apa Reo? Dimana Rez?" Gadis yang usianya tak jauh dari Rez dan memiliki nama Mei menyadari tingkah laku Reo yang berbeda dari biasanya.

Gadis itu segera berjongkok mengelus lembut kepala anjing yang sedang bersedih.

"Apa yang terjadi pada Rez? Hukuman apa yang ia dapat?" Mei merasakan firasat buruk. Tidak pernah sekalipun anjing itu akan pulang tanpa bersama tuannya. Reo hanya memelas dan tak menggonggong.

"Apakah Rez dihukum oleh kepala desa, Reo?" Reo menggonggong pelan seakan menjawab pertanyaan Mei.

Mei segera berdiri meninggalkan anggur yang telah dipetiknya di teras. Tanpa alas kaki, ia segera berlari menuju panggung penghukuman dengan ekspresi cemas.

Mei yang buta tidak melihat apa-apa. Dadanya terasa nyeri, ia mulai menitikkan air mata.

Tangisannya mulai deras. Ia mendengar suara gesekan antara cangkul dan tanah. Selain itu, ia mendengar bisik-bisik dari masyarakat desa yang diarahkan padanya.

Kepala desa yang menyadari keberadaan gadis buta itu. Memeluknya tanpa mengatakan sepatah katapun. Air matanya membasahi pakaian kepala desa yang merupakan pelaku utama kematian adiknya.

Warga desa menatap sedih Mei. Bagaimanapun takdir antara Mei dan Rez begitu berbeda. Mei yang tidak memiliki penglihatan mampu menciptakan berhala yang akan mereka sembah, sedangkan Rez yang mampu melihat dengan baik harus menghadapi kematian tragis karena sifat keras kepalanya.

Mei pingsan. Ia digotong kembali ke rumahnya oleh warga desa.

Semenjak kejadian menyedihkan yang dialami Mei, berbagai macam fenomena-fenomena yang memiliki pola tertentu terjadi.

Pertama, setiap tiga hari sekali terjadi penghancuran berhala. Beberapa petinggi agama di desa menganggap bahwa itu perbuatan arwah jahat Rez.  Bahkan berhala yang diciptakan Mei ikut dihancurkan.

Kedua, setiap seminggu sekali seseorang di desa akan terbangun dengan mata yang tak bisa melihat lagi. Dan warga desa menganggap lagi hal itu perbuatan Rez yang telah mereka kuburkan. Meskipun begitu, tidak ada warga desa yang berani kabur. Mereka telah dicuci otaknya oleh ajaran sesat petinggi agama.

Semenjak kejadian itu terjadi berulang kali, mereka mulai memohon maaf dan menjadikan Mei sebagai wanita suci di desa. Berharap arwah jahat Rez akan berhenti melakukan hal itu.

Namun... apakah benar itu semua perbuatan Rez yang telah tiada?

Setelah hampir setengah penduduk desa mengalami kebutaan. Mereka mulai menyembah Mei yang merupakan pengrajin berhala. Mereka dengan mudah menukar Tuhan mereka dari sebuah berhala ciptaan Mei menjadi Mei yang menciptakannya.

Tidak ada lagi berhala yang diciptakan. Mereka semua merasa sia-sia membuatnya. Karena berhala itu pasti akan dihancurkan.

Tak lupa dengan Reo. Kini Reo telah menjadi hewan suci di desa tersebut. Bukan hanya Reo, anjing-anjing yang berada desa tersebut akan mendapatkan perlakuan menyenangkan.

Setelah menyembah Mei dan anjing. Tidak ada lagi yang mengalami kebutaan. Seolah mereka telah menemukan tuhan sebenarnya. Kedamaian berlansung cukup lama. Hingga tersebar rumor bahwa Mei adalah pencipta fenomena kebutaan dan penghancuran berhala.

Semua warga desa murka dan marah setelah beberapa provokator menambahkan bumbu-bumbu cerita. Yakni Mei bekerjasama dengan ahli sihir dengan mengorbankan nyawa para penduduk desa.

Kepala desa dengan penduduk desa lainnya berencana membakar habis bangunan yang ditinggali oleh Mei dan Reo. Namun itu tidak terjadi!

Api sudah menyambar pemukiman-pemukiman warga desa. Mereka telat selangkah dari Mei. Dengan bantuan seorang ahli sihir dan mengorbankan nyawa ratusan warga desa. Mei mendapatkan penglihatannya, kehidupan abadi, wajah sempurna, suara merdu, dan beberapa kemampuan lainnya.

Ia terus hidup bahkan setelah Reo mati. Ia hidup berpindah-pindah dengan nama yang terus berganti. Meskipun wajah sempurna dan suara merdunya tidak abadi. Ia harus mengorbankan nyawa manusia untuk memperpanjang batas waktu dirinya memiliki dua hal itu.

Dewi Tak Abadi [HIATUS]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon