ZB 9 : Jodoh

4 1 0
                                    

"Jika Allah memberikanku jodoh gadis biasa, maka kusantrikan dia bersamaku"

- Ustadz Malik

♡♡♡

Sang mentari menembus awan hingga menyorot masuk melewati jendela ruang belajar sebuah rumah minimalis. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan pepohonan bersamaan gugurnya dedaunan.

Suara langkah kaki pemuda berkaos hitam, sarung hitam, lengkap dengan jam tangan kulit melekat manis di pergelangan tangan kiri terdengar membuka pintu ruangan belajar hingga menampakkan seisinya. Derap langkahnya mendekat membuka jendela yang langsung di sambut angin dengan mengibarkan surai hitam legamnya.

Ia menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskan kembali. Cuaca cerah membuatnya tersenyum lebar.

Setelah itu dirinya duduk di kursi dekat jendela. Membuka buku pengetahuan, tidak berselang lama telponnya berbunyi. Terpampang nama seseorang yang amat dia kenal, kemudian sambungan terhubung.

"Bro"

"Assalamualaikum Jo"

"Sorry, Assalamualaikum ustadz"

"Waalaikumsalam, ada apa?"

"Lo ke luar!"

"Jo..."

"Gue di depan rumah lo cepetan bukain ustadz!"

Telpon di matikan sepihak oleh Jo. Seketika pemuda berperawakan tinggi, mancung, bulu mata lentik, kulit coklat muda, dengan senyum manis yang setia terbit di bibir merah mudanya menggelengkan kepala heran dengan seorang pemuda bernama Jovan sayangnya sahabat masa kecilnya.

Segera bangkit berdiri membukakan pintu sebelum temannya menunggu lama.

Ceklek

"Assalamualaikum ustadz Malik"

"Waalaikumsalam Jo"

"Gue masuk ya" menyelonong masuk duduk di sofa panjang.

Pemuda itu bernama Malik lulusan universitas Italia bergelar cumlaude. Walaupun lulusan pesantren tidak membuatnya berkecil hati, dengan tekad yang kuat Malik menempuh kuliah di luar negeri. Ia mau menunjukkan bahwa orang sepertinya bisa menempuh pendidikan tinggi agar orang lain termotivasi mencapai cita-cita.

Malik langsung menutup pintu kembali kemudian duduk di kursi single dekat temannya. "Saya sudah bilang berapa kali Jo. Jaga sopan santun kamu nanti kalau ada yang lihat gimana"

"Gak ada orang juga! lagian mana ada yang tahu kalo gue masih rock and roll gini di luar" lanjut Jo tertawa terbahak-bahak.

"Astagfirullah haladzim" Malik menghembuskan nafas panjang tidak habis pikir dengan Jo.

"Lo lama banget bukain pintu keburu gue tantrum"

"Tantrum?"

Jovan mengacak rambutnya gusar, "Gue gini kalo tantrum bisa dobrak pintu, tahu rasa lo"

Malik memutar bola mata malas. "Ada yang ingin dibicarakan?"

Venezia Cielo D'amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang