ZB 10 : Pengecut

5 1 0
                                    

"Dunia milik mereka yang beruntung dalam segala hal, apakah orang sepertiku pantas mendapatkan keberuntungan?"

-Nazira Salwa Wardana

♡♡♡

Zira tersenyum kecut merasa dirinya sebagai pengecut. Bodoh, itulah kata yang sesuai bagi Zira sekarang. Dia memaki-maki dirinya sendiri, kenapa dia harus muncul sekarang.

Mungkin sudah saatnya Zira mengulik informasi mencari kejelasan. Masalahnya itu bisa apa tidak, jika jawabannya tidak dirinya berusaha semaksimal mungkin memantapkan hati merelakan orang yang di cintainya untuk saudaranya sendiri.

"Zira?"

"Apa" Zira berdehem guna menetralkan raut wajahnya.

"Udah ada rencana judul skripsi?"

"Ada, mau ngajuin ke dospem"

"Gercep banget lo, gue sih udah disetujui" Elano melontarkan pertanyaan kepada wanita keras kepala satu ini.

Melihat Zira termenung membuat dia mendekat guna memecah lamunan gadis itu. Axel tahu Zira gadis pintar sama seperti dirinya, semua temannya mengetahui jika dia dan Zira berkejar-kejaran nilai.

Namun nilai tinggi tetap dimenangkan oleh Axel. Pemuda itu sangat cerdas hingga Zira menatap aura permusuhan jika membahas tugas sebab dia selalu dibarisan kedua setelah Axel.

"Ga peduli gue!"

"Tumben lo ga peduli Zir, biasanya udah kek singa betina" Axel menoyor pelan kening Zira membuat matanya melotot sempurna.

"Jangan bikin gue mau nonjok muka lo ya!"

Axel mengangkat tangan menyerah, "Gak biasanya muka lo nekuk kek kertas minyak Zir" Bukan Axel yang bicara tapi Kelvin merubah semua raut Zira bertambah merah tersulut emosi.

"Bisa diem gak lo!"

"Shit! Gue niatnya mau kasih undangan loh"

Zira mengangkat kedua alisnya mengatakan apa. Angela datang memeluk Zira dari samping membuatnya terkejut saja, sudah Zira pastikan Angela kek setan tiba-tiba muncul dan pergi sesuka hati.

"Kelvin udang kita buat dateng ke acaranya di hotel Amy Tower"

Hotel bintang lima terkenal di ibu kota, siapa yang tidak tahu hotel itu. Hanya orang tertentu saja yang menyewanya, kalangan biasa jelas tidak mampu membayar harga sewanya.

Secara Zira dan teman-temannya kalangan dari orang berada. Hal wajar bagi mereka menyewa tempat dengan harga fantastis.

"Ngapain Lo?"

"Bridal shower! Yakali nona gue gabut yang jelas ada acara perpisahan sama kalian kan gue setelah kuliah lanjut S2 ke  Jerman" Kelvi merangkul pundak Axel menatapnya dalam membuat pemuda itu ngeri.

"Ampun suhu, ngeri ya omongan bocah ingusan"

"Sialan! Tuh lidah kek kagak punya tulang ya La"

Angela berlagak mengetuk ngetuk jari telunjuk di jidatnya, "El loh tau kan sejak kapan lidah punya tulang? bocah tk aja tau masa Kelvin gede kek semut kagak tahu"

Venezia Cielo D'amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang