1 bulan

34 4 0
                                    

Hari kelulusan telah tiba, para murid SMA Pancasila tak bisa merasakan kebahagiaan yang berkobar dikarenakan kondisi salah satu siswinya yang masih berjuang di antara hidup dan mati.

"Hari ini hari kelulusan kalian dari SMA Pancasila, segala pengabdian, momen dan kenangan bersama yang tergores di sekolah ini dapat dijadikan sebagai sebuah pembelajaran untuk kalian. Hari ini menjadi hari kebahagiaan untuk kalian namun, menjadi hari yang mengkhawatirkan bagi kami staff dan guru SMA Pancasila karena salah satu siswi yang masih berjuang selama sebulan ini masih belum menunjukkan kesadarannya. Saya sebagai kepala sekolah turut meminta maaf atas keteledoran saya yang mengakibatkan peristiwa naas ini terjadi. Saya meminta kalian untuk terus mendoakan adik kelas kalian agar segera diberi kesadaran dan kesembuhan aamiin"

Tak sedikit yang mengeluarkan air matanya, bila mengingat kejadian naas yang menimpa salah satu adik kelasnya. Seorang pelajar mana yang tega melakukan aksi keji di sekolah. Membuat sebagian dari mereka tak habis pikir. Berita tentang Aluna yang menjadi tersangka utama dan masuk dalam pencarian orang membuat mereka semakin merasa bersalah dengan segala tuduhan yang dilontarkan untuk Lica.

Setelah acara kelulusan telah selesai, Alaska segera pergi ke rumah sakit yang sekarang menjadi tempatnya berpulang dari segala lelah. Terlihat di ruangan itu, Dewi dengan setia menemani temannya dengan mulut yang tak berhenti bercerita.

1 bulan, keadaan Lica belum menunjukkan kemajuan. Entah harus menunggu berapa lama lagi agar Lica segera bangkit dari masa komanya.

"Kamu udah makan?" tanya Alaska di dekat Dewi.

Dewi yang sedang bercerita menjadi cemberut mendengar suara Alaska yang mengganggunya "jangan ganggu gue bisa nggak sih? Gue belum selesai curhat nih"

Alaska tertawa kecil "gantian, aku juga mau cerita ke Lica"

Dewi pun mencebikkan bibirnya dan berlalu pergi ke kantin. Sebenarnya dirinya juga lapar namun, untuk meninggalkan Lica sedetik pun ia tak rela.

Setelah Dewi pergi, Alaska duduk di sebelah brankar Lica sambil menggenggam tangan Lica.

"Hari ini aku udah lulus, kamu nggak mau ngucapin selamat lulus kak Alas hm? Kamu inget kan Ca, waktu aku nawarin kamu untuk jadi istri aku? Hehehe itu beneran Ca, rencananya setelah aku lulus aku mau nunggu kamu sampai lulus, terus kita nikah. Itu impian terbesar aku Ca. Maaf karena aku pergi tanpa bilang ke kamu, di sana aku sama rindunya kayak kamu. Aku kangen banget sama kamu tapi, papa bilang di sana aku harus fokus sama kerjaan kalau saham perusahaanya meningkat aku boleh balik ke Indonesia lagi. Karena itu aku nyuruh Abra, tangan kananku buat selalu ngawasin kamu. Tapi, Abra kayaknya menang banyak deh sama kamu ya kan? Dia selalu meluk kamu, kamu aja nggak pernah aku peluk. Dasar Abra brengsek!" baru pertama kali Alaska bisa cerita sepanjang ini dengan seseorang.

Alaska yang terkenal cuek membuatnya mustahil bisa berbicara sepanjang dan dengan segala ekspresi yang ditunjukkan. Dari pintu ruangan Abra dan Dewi meneteskan air matanya, lagi-lagi air mata ini terus mengiringi perjalanan mereka. Senyuman ikut terbit di bibir masing-masing.

"Aku kangen kamu Ca, ayo bangun! Kalau kamu bangun, nanti aku ajak ke danau sambil lihat sunset. Ca, ay-ayo bangun. Jangan takut, aku ada di samping kamu sekarang sampai selamanya" kening Lica dikecup lama oleh Alaska.

°°°

Setelah hari kelulusan, satu persatu guru dan staff menjenguk Lica yang masih terbaring lemah.

"Terimakasih atas kunjungannya pak bu " ucap ramah Alaska.

"Saya berjanji akan segera menemukan Aluna, Angel dan Lelga untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya" ucapan serius dari kepala sekolahnya diangguki oleh Alaska.

Mereka pun pamit, saat Alaska akan memasuki ruangan Lica kembali. Pendengarannya seperti mendengar suara yang sangat ia kenal.

"Papa sama Mama boleh jenguk dia kan Ka?" benar, saat sudah sampai di depan Alaska ternyata itu papa dan mamanya.

"Boleh mah pah"

Baskara Ocean dan Amelia Ocean memasuki ruangan yang berbau obat dengan gadis yang terbaring lemah di brankar membuat hati mereka seperti disentil.

"Hai gadis manis, saya mamanya Alaska. Alaska banyak cerita tentang kamu ke saya, melihat keantusiasan di wajah Alaska, mama tambah percaya kalau kamu itu gadis yang tepat sebagai pilihan Alaska. Mama ingin sekali bertemu dengan kamu dan Tuhan benar-benar mengabulkannya walau bertemu dalam keadaan seperti ini. Mama seneng banget, cepet sadar ya sayang kami semua nungguin kamu" diakhiri dengan kecupan di kening Lica.

Kini gantian papa Alaska yang mendekati brankar gadis yang terbaring lemah didepannya "hai gadis cantik, ini papanya Alaska. Maafin papa ya karena nyuruh Alaska untuk pergi ke London buat nyelesaiin pekerjaan di sana. Melihat tatapan tulus Alaska saat dia cerita tentang kamu, papa semakin penasaran seperti apa gadis yang berhasil meluluhkan hati es nya. Dan sekarang kita bertemu, melihat wajah kamu hati papa menjadi damai. Kehadiran kamu di kehidupan ini membuat siapapun yang dekat dengan kamu menjadi nyaman. Pantas anak satu-satunya papa yang kelewat dingin ini mulai menunjukkan sisi bucinnya. Cepet bangun ya nak, banyak yang nungguin kamu" tetesan air mata turun dari netra mama Alaska yang langsung diberi pelukan. Begitupun dengan papanya, yang terkenal akan ketegasannya pada orang luar kini meluruhkan air matanya.

Dalam hati, Alaska terus berharap akan ada keajaiban dari Tuhan agar gadisnya segera sadar dan pulih kembali.


Jangan bosenn ya sama part ini hehehe

LICAWhere stories live. Discover now