Chapter 1

3.3K 250 28
                                    

Yessica Tamara atau sebut saja Chika, telah bersiap untuk memulai harinya. Melamar pekerjaan di kantor yang dia inginkan demi kelangsungan hidup. Ya, pengennya ada moment lamaran dengan pasangan, tapi sayangnya dia masih melekat bersama status jomblo. Sebenarnya jadwal wawancara masih dua jam lagi, namun Chika telah bersemangat berangkat lebih cepat untuk jaga-jaga.

Pagi harinya dilalui dengan penuh kebaikan, membantu membawakan barang bawaan seorang nenek ke stasiun, menolong anak-anak sekolah dasar menyeberang jalan raya, memungut sampah yang tergeletak di tanah dan membuangnya ke bak sampah. Membantu ibu paruh baya memperbaiki mesin mobil yang mogok. Lalu mengagumi keindahan hakiki dari kucing belang tiga yang sedang tidur bergelung di bawah pohon. Berjongkok beberapa lama sendirian.

“Lucunya.”

Chika memangku wajahnya sambil mengangguk pelan, “Memang lucu sekali—”

Eeh?! Siapa yang bicara itu?!

Dia segera menoleh ke sampingnya, ada dua anak kecil berjongkok berpose sama persis dengannya. Dua anak itu turut menatap ke arahnya. Imut sekali.

A- apa ini malaikat?!

Apa karena dia telah melakukan kebaikan beruntun hari ini, Tuhan mengirimkan para malaikat untuk menjemputnya dengan cepat?!

Waduh!

-

“Namaku Christy, lima tahun!”

“Aku Kathrin. Kakak Christy.”

“Kami kembar!”

Baiklah, ternyata mereka bukan malaikat. Mereka hanyalah anak kecil yang sangat lucu.

Christy, salah satu dari anak kembar itu kemudian berbicara panjang lebar kenapa mereka bisa berada di tempat itu. Sebuah tujuan mulia sebagai anak yang berbakti pada orang tua.

“Ah… jadi kalian ingin mengantarkan barang milik papa kalian yang tertinggal? Baik sekali.” Chika memuji, namun mulai meragukan kemampuan dua anak TK itu.

“Jadi, apa kalian tahu letak kantor papa kalian?”

Kathrin dan Christy berpandangan.

“Kami mencari gedung besar yang ada lambang bulannya.”

“Tapi belum ketemu.”

Chika mengusap wajahnya.

Sudah kuduga, mereka tersesat!

-

“Benar kan, Christy, harusnya tadi kita bertanya pada om Adel saat melihatnya di jalan. Jadi kita tidak tersesat.”

“Hng… tapi tadi om Adel sibuk bicara dengan orang, nanti kita dibilang pengganggu. Terus dilaporin ke papa, kalau kita bolos dari TK.”

Dek, itu justru jalan yang lebih cepat untuk bertemu papa kalian!

Pemikiran anak-anak kadang tidak dapat Chika mengerti. Rasanya Chika pengen masuk kuliah lagi, jurusan paud.

“Om Adel?”

“Teman kerja papa. Tadi ada di jalan, bareng banyak orang berjas dan mereka semua tinggi-tinggi.” Christy menunjuk tiang listrik jalanan, “Kayak tiang listrik.”

Lol. Masa iya dek. Chika pengen ngakak.

“Harusnya kita tadi tanya sama om satpam di depan kompleks, alamat kantor papa.”

“Tapi om satpam mukanya seram. Suaranya bikin takut, dan kumisnya juga.”

“Itu namanya malu bertanya, sesat di jalan.” Chika mengangkat telunjuknya.

The UnexpectedDove le storie prendono vita. Scoprilo ora