BAB 62: HABIS BAIKAN, RIBUT LAGI

4.2K 680 51
                                    

SELAMAT MEMBACA
****

Aruna turun dari kamarnya setelah selesai mandi sore. Dan ternyata Arjuna sudah pulang. Sedang duduk dan ngobrol bersama kedua orang tuanya.

"Abang sudah pulang?" Tanya Aruna pada Arjuna.

Arjuna mengabaikan Aruna. Dia hanya berdehem pelan. Aruna lalu mendengus kesal. Bukan kah semalam mereka sudah berbaikan. Atau hanya dia sendiri yang merasa mereka sudah berbaikan.

"Abang mau Runa ambilkan minum?" Tanya Aruna lagi. Tapi masih di abaikan Arjuna.

Utari dan Abi yang menyaksikan perang dingin antara Aruna dan Arjuna hanya bisa menghela nafas dengan pelan. Ada apa lagi dengan sepasang anak manusia di hadapan mereka itu.

"Abang kok masih ngambek sama Runa kan semalam sudah baikan. Pagi tadi juga sudah baikan. Iya kan?"

Arjuna tetap mengabaikan Aruna justru pergi kedapur tanpa mengatakan apapun lagi.

"Kemana Bang?" Tanya Utari.

"Ambil minum Bun," sahut Arjuna.

"Bunda coba lihat Bang Juna. Dia kalau ngambek susah bujukinnya. Lama lagi ngambeknya." Adu Aruna pada Utari.

Arjuna yang mendengar aduan Aruna hanya bisa membatin. Menantu mana di muka bumi ini yang berani mengadu seperti itu pada mertuanya selain Aruna. Dan yang lebih parahnya, dia mengadukan suaminya sendiri yang tak lain adalah putra kandung mertuanya. Entah bagaimana sebenarnya konsep hidup Aruna ini.

"Jangan ngadu-ngadu kamu sama Bunda. Ini Bundanya Abang, bukan bundamu." Ucap Arjuna dengan kesal. Dia meletakkan segelas es teh di atas meja dan kembali duduk di tempatnya semua.

"Bunda. Kalau Runa dan Bang Juna kelahi Bunda bela siapa? Pasti Runa kan? Bunda pasti tau kalau Runa anak baik. Bang Juna yang bikin kesal." Tanya Aruna lagi pada Utari.

Dan yang lebih menarik adalah, Arjuna pun ikut memperhatikan Sang Bunda. Ingin tau jawaban seperti apa yang bundanya berikan. Jangan sampai bundanya lebih membela Aruna. Karena jelas-jelas dia lah korbannya.

Utari yang di perhatian kedua anaknya hanya bisa membuang nafas dengan malas. Dia datang untuk beristirahat, bukan menyaksikan pertengkaran keduanya.

"Jawab Bun, di tunggu itu." Bisik Abi pada istrinya.

Utari langsung menatap Abi dengan kesal.

"Urus itu anak-anak Om. Bikin sakit kepala saja." Ucap Utari lagi, lalu masuk kekamarnya. Tidak memperdulikan Aruna dan Arjuna yang masih perang dingin.

Abi hanya tertawa melihat istrinya kesal.

"Abang sih, bunda jadi pergi kan."

Arjuna tidak menjawab, dia justru sibuk meminum es teh nya. Yang entah kenapa di mata Aruna es teh milik Arjuna begitu menggoda.

"Minta." Dengan tanpa dosanya Aruna langsung melepas sedotan dari mulut Arjuna dan gantian meminumnya.

"Bikinkan tidak mau, ada orang bikin malah minta." Ucap Arjuna.

"Bukan salah Runa, Abang kan tadi di tanya malah diam." Ucap Aruna membela diri.

Utari kembali keluar dari kamar dengan menarik koper kecilnya. Arjuna dan Aruna yang melihat hal tersebut langsung saja berdiri. Mau kemana bundanya itu.

"Bunda mau pergi?" Tanya Aruna.

"Bunda mau kemana?" Tanya Arjuna.

"Bunda mau pergi kalau kalian masih ribut terus," jawab Utari dengan ketus.

"Kita baikan kok Bun, ya kan Bang." Aruna langsung memeluk tubuh Arjuna dengan erat. Mengatakan jika mereka sudah berbaikan.

"Iya Bun. Kami sudah baikan. Ini baikan."

Cuppp...

Arjuna langsung mengecup sebelah pipi Aruna. Melupakan kekesalannya. Melihat bundanya yang menarik koper, jelas saja membuat dia panik.

"Sebelah lagi Abang," Aruna menunjuk pipinya yang sebelah.

Cup...
Cup...
Cup...

Bukan hanya pipi sebelahnya yang di kecup, bahkan kening dan bibir juga tidak ketinggalan.

"Udah baikan pokoknya. Sudah, bunda jangan ngambek ya. Sini duduk lagi," Aruna menuntun Utari untuk kembali duduk. Dan menarik koper kesebelah sofa. Dia juga duduk di hadapan Utari, di sebelah Arjuna.

"Awas kalau, bunda lihat kalian bertengkar lagi." Ucap Utari penuh peringatan.

Aruna dan Arjuna kompak menggeleng.

Abi yang sejak tadi menyaksikan drama keluarga di hadapannya itu hanya bisa tertawa pelan. Jelas tau sandiwara istrinya, karena dia faham apa yang ada di dalam koper itu.

"Itu oleh-oleh untuk kalian, buka saja." Ucap Utari sambil menunjuk koper di sebelah sofa. Mendengar kata oleh-oleh tentu saja tanpa di minta dua kali Aruna langsung membuka kopernya.

Melihat banyaknya barang-barang yang di belikan oleh bundanya. Ada pakaian, ada sepatu, ada camilan dan masih banyak lagi.

"Itu sih buat Runa semua, mana ada buat Abang." Ucap Arjuna saat melihat barang-barang di dalam koper.

"Jangan iri dong Abang, namanya Bunda sayang Runa." Sahut Aruna tanpa menoleh.

Arjuna tidak menghiraukan, dia juga tidak iri sama sekali.

"Sudah pokoknya kalian bagi-bagi sendiri." Ucap Utari tidak mau tau.

Tiba-tiba ponsel Aruna yang sejak tadi tergeletak di atas meja bergetar. Ada banyak pesan masuk dan Arjuna bisa melihat dari notifikasinya jika itu berasal dari Reni.

"Runa, ini ada pesan dari temanmu?" Ucap Arjuna pada Aruna. Namun, Aruna yang sibuk dengan oleh-oleh sama sekali tidak menoleh.

"Buka saja Bang, palingan tanya tugas." Jawab Aruna acuh.

Arjuna pun membuka pesan di ponsel Aruna. Dan banyak sekali pesan spam dari kontak bernama Reni. Yang berisi panggilan gadis itu untuk Aruna. Arjuna merasa bukan pesan penting, sampai sebuat voice note berdurasi 38 detik masuk. Arjuna langsung memutarnya dengan volume keras, agar Aruna bisa mendengar mungkin saja itu penting.

'Run, Andri tidak percaya kalau kamu punya pacar. Dia terus gangguin aku buat tanya-tanya kamu. Padahal aku sudah bilang kalau kamu punya pacar yang dokter waktu kita ospek. Tapi dia ngeyel, mau tanya kamu sendiri katanya.'

Wajah Arjuna langsung memerah. Siapa lagi itu Andri. Makhluk seperti apa dia. Setelah, Arif, Tegar, Hendra dan sekarang muncul lagi Andri. Sebenarnya apa yang mereka lihat dari Aruna, kenapa istrinya itu laris sekali.

Lain dengan Arjuna yang memasang wajah marah, Aruna justru memasang wajah bodohnya. Apa lagi ada kedua mertuanya disana. Apa yang akan mereka fikirkan. Kenapa juga Leni harus mengirimkan voice note seperti itu.

Arjuna melempar ponsel Aruna dengan kesal, lalu pergi begitu saja menuju kamarnya. Melihat Arjuna pergi dengan marah, Aruna langsung melupakan oleh-olehnya dan pergi mengejar Arjuna.

"Abanggggg jangan marah, itu bukan Runa yang salah. Teman Runa yang salah." Ucap Aruna dengan keras sambil mengejar suaminya. Baru saja berbaikan, iya masa harus bertengkar lagi.

"Mulai lagi," guman Utari saat melihat keduanya menghilang di ujung tangga.

Abi tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa dengan puas apalagi melihat wajah Arjuna yang memerah karena marah. Dan sikap Aruna yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Kita salah tidak sih Om dulu maksa dua makhluk itu menikah?" Tanya Utari dengan pasrahnya.

"Tidak Sayang. Memangnya kamu tidak lihat, kalau mereka itu jodoh yang saling melengkapi. Sudah biarkan saja, anak muda ribut -ribut kecil untuk bumbu penyedap hubungan." Ucap Abi menenangkan istrinya.

"Ya semoga saja." Jawab Utari.

****BERSAMBUNG*****

Yogyakarta, 18 sep 2023
Salam
E_Prasetyo

CINTA ARJUNAWhere stories live. Discover now