- 8 - Apartemen Faris.

123 101 21
                                    

Suasana tenang menyelimuti rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana tenang menyelimuti rumah sakit. Kedua orang yang merasa asing satu sama lain kini berjalan menuju ke mobil untuk pulang. Mereka juga berencana untuk menuju ke apartemen.

Apartemen yang diselimuti hawa suram. Sebenarnya sang pemilik apartemen sebenarnya berada di samping Alaya. Namun, orang yang tadinya di rumah sakit menjaga Alaya tak di sisi gadis itu.

Tuan Fernandes bekerja menggantikan sang kembaran.

“Kau sudah merasa baik? Masih terasa sakit?” tanya Faris. Pandangannya melekat ke arah Alaya. Perlahan ia membantu Alaya berjalan menuju mobilnya.

Walaupun gadis itu dinyatakan sembuh, ia masih dianjurkan oleh dokter untuk dibantu berjalan. Kepala Alaya juga masih terasa berat, tapi tak terasa pusing. Sekali-kali gadis itu juga menahan rasa mual.

Alaya mengangguk pelan. “Kepalaku masih terasa berat saja. Terima kasih sudah membantuku.” Ia masuk ke dalam mobil, membenarkan posisi duduknya.

Faris tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak masalah.” Ia memasangkan seatbelt² dengan hati-hati. Dirinya tak mau lagi gadis itu terbentur karena ulahnya. “Tunggu sebentar. Aku akan masuk.”

Faris pun memutari mobil untuk menuju ke kursi sopir, dengan segera ia masuk dan memasang seatbelt untuk dirinya. Ia kemudian menatap Alaya. “Mau ke rumahmu, kembali ke villa³ atau ke apartemen kita? Pilih mana?” tanyanya.

Alaya hanya diam, menatap jalanan di depannya dengan tatapan kosong. Rasa ragu menghantuinya, sampai ia tersadar dengan ucapan Faris. “Apartemen kita?” tanyanya kembali. Ia menoleh ke arah Faris.

Kini mereka berdua saling bertatapan. Tak menyukai tatapan kotak mata, Alaya segera mengalihkan pandangannya—kembali menatap jalanan di depannya. Detak jantungnya berdetak tak karuan.

“Iya. Sebenarnya itu apartemenku. Berhubung ada kamu, sekarang akan menjadi milik kita berdua,” jawab Faris tersadar ketika Alaya tak menyukai saling bertatapan.

Tangannya menunjuk silih-berganti antara Faris dan dirinya. “Kita berdua?” Alaya menoleh ke arah Faris, menatap pria itu penasaran.

Faris menganggukkan kepalanya polos. “Kenapa memang?” tanyanya seraya mengangkat bahunya. “Tidak ada masalah diantara itu, 'kan?”

“Sejak kapan kita memiliki hubungan seperti itu?” Alaya menatap Faris seolah tak suka pria itu. Dirinya merasa aneh dengan pria di sampingnya.

Faris tersentak. Dirinya hanya bisa diam. Bingung menjawab apa. Akhirnya suasana diantara mereka mendadak sepi—dengan Faris yang memikirkan jawaban yang pasti dan Alaya yang masih menatap Faris penasaran.

Tiba-tiba mobil berhenti di suatu tempat. Faris buru-buru melepaskan seatbelt lalu menoleh ke arah Alaya. Ia tersenyum, “Kita akan makan malam di sini, kamu mau?” tanyanya.

THE AL [ TERBIT ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang