Bab 4

5 2 0
                                    

Selesai mengajar, Amel menuju ruang guru untuk beristirahat dan melihat rekan kerja sekaligus sahabatnya tengah sibuk dengan ponselnya. Penasaran, ia perlahan mendekati dan mengintip dari belakang. Ruang obrolan dengan seseorang terpampang jelas di layar gawai. Kedua alis Amel terangkat. Dengan siapa Lulu berbicara sampai ia begitu serius? Amel mengambil langkah mundur kemudian bertingkah seolah dia baru saja datang.

“Lulu! Tumben kamu udah nyampe sini.”

Seperti yang diharapkan, Lulu terjatuh dalam akting Amel yang buruk. Melalui sudut matanya, Amel menyadari gelagat mencurigakan darinya begitu ia berpura-pura datang. Sahabatnya mengatur ponselnya seolah dia sedang menyembunyikan sesuatu. Lulu gampang ditebak, pikir Amel lalu menghela napas panjang.

Namun, bukan Amel jika dia tidak segera melancarkan serangan jahilnya kepada Lulu. Melihat gelagat Lulu yang tidak biasa, Amel mendekatkan diri dengan wajah penuh keusilan. “Hayo tadi kamu ngapain? Ngumpetin apa dari aku?”

“H-hah? Gak ada, kok,” balas Lulu dengan raut panik serta tatapan mata yang mengarah ke segala arah. Lagi-lagi Amel menghela dalam hati. Sahabatnya benar-benar mudah ditebak.

Otaknya berputar keras mencari kemungkinan jawaban. Ruang obrolan di layar, Lulu yang panik dan memasang gelagat menyembunyikan, maka pasti lawan jenis. Apakah badut yang pernah diceritakannya tempo hari? Amel tidak mengingat informasi apa pun kecuali username. Melihat dari itu, kemungkinan jelas dibalik kostum badut adalah laki-laki.

Amel cukup yakin sahabatnya berbicara dengan orang dibalik kostum badut tersebut. Sekarang dia perlu mencari cara bagaimana memancing Lulu untuk mengkonfirmasi jawaban dalam benak. Mendaratkan birit di kursi, mata Amel tertuju kepada Lulu. Cukup lama ia menatap sahabat sekaligus rekan kerja di sebelahnya dalam diam.

Di sisi lain, peluh keringat membasahi pelipis Lulu dan jantungnya berpacu cepat layaknya balapan kuda. Entah kenapa tatapan Amel kali ini jauh lebih serius dibanding biasanya. Mereka bertatapan selama lima detik sebelum Amel memecah suasana dingin menjadi cerah dengan senyuman yang manis.

“Btw, gimana cowok badut yang nolongin kamu kemarin? Udah ketemu belum?”

Ada apa dengan suasana canggung tadi? Lulu mengembuskan napas legas. “Belum, sih. Maunya dateng langsung ke kafenya buat ketemu. Cuman aku gak tau namanya siapa.”

“Kan udah punya akunnya. Chat aja.”

“Udah pernah aku tanya, gak dijawab sama dia. Makanya aku mau coba tanya lagi.”

Ternyata bener lagi ngobrol sama dia. Kedua alis Amel terangkat. Sebisa mungkin ia menahan senyum agar tidak dicurigai Lulu. Sungguh, yang Amel kira akan membutuhkan sedikit usaha lebih rupanya semudah membalikkan telapak tangan. Dengan enteng Lulu menjawab pertanyaan jebakan Amel.

Berdeham ringan, Amel dengan tenang berkata, “Kamu bilang dah pernah tanya dia, berarti udah pernah chatan sebelum ini?”

Lulu mengangguk singkat. “Buat janji ketemu gitu. Enggak enak dia udah nolongin terus aku belum bales budi.”

Amel mengerjapkan mata beberapa kali. Jujur, ia ingin melihat isi percakapan Lulu dengan si badut. Namun, ia sadar diri bahwa itu akan melanggar privasi seseorang. Ingin minta lihat agaknya akan terkesan tidak sopan. Amel menyimpan keingintahuan tersebut dalam hati.

“Coba ke taman pas kamu ketemu dia lagi. Siapa tahu kafenya lagi promosi terus ada si badut itu.”

“Emangnya bakal jamin itu badut orangnya sama?”

“Gak tau, sih,” jawab Amel seraya tertawa kecil. Lulu mengerucutkan bibir. Dia ingin berharap dengan kemungkinan seperti yang di bilang Amel, nyatanya sahabatnya sendiri tidak yakin oleh jawabannya sendiri.

[END] Saat Kau di Dekatkuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن