Part 15

639 15 0
                                    

SELAMAT MEMBACA..!

ENJOY GUYS!

***

Adiva mulai terbangun dan menggeliat untuk melenturkan otot-ototnya yang terasa kaku. Matanya mengerjap berkali-kali untuk memperjelas penglihatannya. Adiva bernafas lega saat mengetahui kini dia telah berada di resort.

"Kok gw bisa di sini? Perasaan semalem ada di bar." Gumam Adiva bertanya pada diri sendiri. Tangannya sibuk memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, akibat terlalu banyak minum alkohol.

Saat ingin beranjak duduk, pandangannya tak sengaja menatap seorang pria yang tengah menatap kosong kearah luar jendela. Dahinya mengernyit saat mengetahui suaminya masih memakai baju yang dikenakan semalam.

"Mas!" Panggil Adiva membuyarkan lamunan Daffa.

"Kamu udah bangun, sayang? Masih pusing ga?" Tanya Daffa kawatir dan menghampiri Adiva untuk membantunya duduk.

"Nih, minun dulu!" Daffa menyodorkan segelas air untuk Adiva.

"Makasih, mas." Ucap Adiva setelah minum beberapa teguk.

Daffa tersenyum dan kembali meletakkan gelas itu di nakas.

"Maafin Adiva ya, mas!" Cicit Adiva pelan tanpa menatap suaminya. Dia meremas jari-jarinya, takut jika Daffa akan marah padanya karena pergi tanpa berpemitan.

Tangan Daffa terulur untuk mengusap sayang puncak kepala istrinya. Dadanya kembali sesak saat mengingat perkataan Adiva pagi tadi. Sepertinya dia sudah keterlaluan karena selalu mengabaikan keinginan istrinya.

"Maafin mas juga, karena udah buat kamu jadi kaya gini." Ucap Daffa dengan tatapan sendu.

Adiva menggeleng cepat, menyangkal ucapan suaminya. Tangannya meraih tangan Daffa dan menggenggamnya.

"Mas Daffa ga salah, kok. Adiva aja yang nakal. Seharusnya Adiva ga maksa mas buat berhubungan." Ucap Adiva sambil menahan sesak di dadanya. Hatinya terasa sakit saat mengatakan hal itu.

"Mungkin emang gaada yang menarik dari Adiva, jadi wajar kalo Mas Daffa gamau." Lanjut Adiva tersenyum kecut.

"Adiva gaakan maksa Mas Daffa lagi, kok!" Ucap Adiva dengan senyum yang dipaksakan.

Daffa semakin merasa sangat jahat pada Adiva. Ucapan yang keluar dari mulut Adiva sangat menohok baginya. Dia ingin menyangkal, tapi bibirnya kelu untuk berucap.

Cup!

Daffa mengecup lama bibir Adiva. Bersamaan dengan itu air mata Adiva jatuh membasahi pipinya. Matanya terpejam untuk merasakan kehangatan bibir suaminya.

Daffa melumat bibir Adiva sebentar dan melepaskan tautan bibir mereka. Tangannya terulur untuk menyeka air mata istrinya yang mengalir sangat deras. Dahi dan hidungnya dia satukan dengan istrinya.

"Mas minta maaf, sayang!" Ucap Daffa dengan nada getir, dan tanpa sadar air matanya ikut mengalir.

***

Setelah puas menangis, Daffa dan Adiva masih terdiam di atas ranjang sampai malam tiba. Daffa duduk bersandar dengan Adiva yang ada dipangkuannya.

Adiva menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Daffa dan memeluknya erat. Rasa sebalnya mulai menghilang saat berada di pelukan Daffa.

"Sayang!" Panggil Daffa yang hanya dibalas Adiva dengan deheman.

"Maaf kalo mas ga ngomong sama kamu dari awal."

Adiva mengangkat kepalanya dan menatap Daffa bingung.

"Selama ini mas selalu menghindar pas kamu ngajak berhubungan itu karena mas mikirin kamu, sayang. Mulai dari mental sama fisik kamu."

"Maksudnya?" Tanya Adiva masih belum paham.

"Mas gamau kamu hamil diusia semuda ini. Kata dokter, usia ideal untuk hamil itu 20 tahun. Lagian kamu juga baru mau masuk kuliah, kan?" Adiva mengangguk dan terus fokus mendengarkan penuturan suaminya.

"Jadi, kita tunda dulu ya! Kamu nikmatin dulu masa-masa kuliah kamu, sama seperti temen kamu yang lain."

"Tapi mas, mami sama papi gimana? Kan mereka berharap kita cepet punya baby." Tanya Adiva sambil mengerjap polos.

"Masalah itu, nanti biar mas yang ngomong sama mami papi. Sekarang yang terpenting adalah kebahagiaan dan kesehatan kamu." Jelas Daffa lalu mencium kening istrinya.

Adiva mengangguk setuju dan kembali memeluk suaminya. Kini beban dalam hatinya sudah hilang setelah mendengar penjelasan Daffa.

Saat tengah menikmati kenyamanan di dalam dekapan suaminya, tiba-tiba Adiva teringat satu hal.

"Em, kalo gabisa making love, terus kalo Adiva lagi pengen gimana dong, mas? Kan Adiva masih normal. Tiap hari kita deketan dan mustahil kalo Adiva ga nafsu liat tubuh mas yang body goals ini." Tanya Adiva secara blak-blakan sambil mengusap dada bidang Daffa.

Daffa sedikit terkejut mendengar pertanyaan istrinya yang langsung to the point. Dia masih terdiam sambil menatap wajah polos istrinya.

Tangan Adiva terus menari di dada suaminya dan memutar jarinya secara sensual, membuat Daffa terbuai olehnya.

Tiba-tiba pikiran devil Daffa muncul. "Kamu mau nyoba fingering, ga?" Tanya Daffa dengan senyum penuh arti.

"Hmm?" Adiva menatap Daffa bingung, tidak mengerti dengan maksud suaminya.

"Kita mandi bareng, yuk!"

Deg!

Ucapan Daffa berhasil membuat jantung Adiva berdebar. Biasanya dia tidak akan merasa seperti ini saat mengajak Daffa mandi berdua. Tapi, reaksi tubuhnya sangat berbeda saat Daffa yang mengucapkan kata itu.

"M-mas serius?" Tanya Adiva gugup yang hanya dibalas Daffa dengan senyum devilnya.

Tanpa aba-aba Daffa menggendong Adiva dan membawanya menuju kamar mandi.

YUHUU...

GIMANA NIH, GUYS?

AKU SAMPE NYARI REFERENSI DI GUGEL LOH BUAT NULIS CERITA INI 😂

MAAP YAK KALO GA SESUAI EKSPEKTASI.

CERITA INI NGALIR AJA DARI PIKIRAN AKU WKWK

SEE U NEXT PART!

Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang