Hello Danuja | [3]

308 77 34
                                    




Aku ngakak banget pada salah fokus namanya Nuja, pada baca dujana semua wkwkwkwk...

Ga papa, Nuja anak baik, anak soleh, rajin menabung, dan sayang Anin (?) eh wkwk

***

Seperti biasanya, Danuja akan disibukkan dengan kegiatannya di rumah sakit. Hari ini pasien tidak begitu banyak, jadi ada waktu sedikit untuk bersantai. Sudah seminggu setelah pertemuannya dengan Anin, dan Randes tidak lagi menghubunginya. Danuja bisa bernapas lega sekarang, kan? Ia tidak lagi dalam bayangan harus menikahi gadis bar-bar seperti Anin yang etikanya di bawah 0 persen.

Padahal Randes adalah orang yang ramah dan sopan, tapi kenapa cucunya seperti itu? Danuja tidak mengerti. Memikirkan ia harus menikah dengan Anin saja sungguh membuatnya keringat dingin. Untung saja semuanya sudah selesai sekarang.

Di tengah pemikirannya, pintu ruangannya terbuka dan menampilkan sosok Abas di sana.

"Ja, makan ga?" tanya pria itu.

Danuja melihat arlojinya dan sudah menunjukkan pukul satu siang. Ia sepertinya memang butuh makan saat ini.

"Oke." Danuja berdiri setelah menyahut dan keluar bersama Abas.

Abas adalah salah satu teman dokternya yang paling akrab. Sahabatnya bisa dibilang. Mereka satu fakultas di kampus yang sama namun berbeda spesialis. Jika Danuja adalah dokter anak, maka Abas adalah dokter ortopedi.

Abas dan Danuja tidak makan di kantin rumah sakit, karena sejujurnya mereka menghindari itu. Suatu ketika mereka memutuskan makan di sana dan... keadaan kantin cukup ramai karena keduanya.

Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa Abas dan Danuja adalah dua dokter favorit yang ada di rumah sakit. Mereka tampan dan kaya, bahkan ramah. Jadi tidak heran mereka menjadi idola di rumah sakit ini. Abas dan Danuja sudah memiliki tempat makan siang langganan yang selalu menjadi tujuan mereka. Setidaknya di sini mereka akan merasa tenang untuk makan siang.

"Haduh... di umur segini tuh harusnya gue udah prepare nikah." Abas mengeluh sambil melipat lengan bajunya sedikit.

"Bukannya lo tuh tinggal pilih aja mau yang mana?" Danuja terkekeh kemudian mulai menyuapkan nasi goreng seafood-nya ke dalam mulut.

"Milih sih gampang... cuma lo tahu kan nyokap gue tuh picky banget?"

"Lo sih mending nyokap lo selektif. Lo bayangin... gue kemarin hampir dijodohin sama cewek bar-bar. Panik banget gue."

"Hah? Yang bener, lo? Jaman sekarang masih dijodohin?" Abas terkejut mendengarnya.

Danuja mengangguk cepat. "Bas... lo harus tahu ceweknya separah apa. Bener-bener zero attitude."

Abas tertawa mendengarnya. "Bocil pasti?"

"Kayaknya. Untung aja ga jadi. Lo bayangin kalau gue beneran jadi sama dia? Bisa tekanan batin gue setiap hari." Danuja bergidik ngeri memikirkan hal itu.

Abas berdecak. "Jangan sampe lah, Ja. Nyari yang lurus-lurus aja. Yang penurut, biar gampang diatur."

Danuja terkekeh mendengarnya. "Nyari yang penurut gitu dimana coba? Susah."

Lalu di tengah pembahasan mereka berdua, ponsel Danuja berdering. Dan kegiatan makannya pun sempat terhenti sebentar karena Danuja memilih menanggapi panggilan tersebut. Danuja melihat nomor seseorang di sana dan mengerutkan keningnya heran, bingung dan... terkejut.

Melihat respons Danuja yang kebingungan membuat Abas penasaran. "Siapa?" tanyanya.

"Cewek yang lagi kita bahas."

HELLO DANUJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang