Hello Danuja | [9]

197 52 36
                                    

Jika ada yang sadar, tingkah Anin dan Arga saat ini seperti dua orang remaja yang sedang di mabuk kasmaran. Di tengah diskusi mereka untuk single terbaru yang dirilis bulan depan, Arga dan Anin duduk bersebelahan dengan tangan yang saling menggenggam di bawah meja.

Tidak ada yang mengetahui hubungan yang sudah mereka jalani diam-diam ini selama tiga minggu. Bahkan untuk teman-teman band-nya sendiri, tidak pernah ada yang curiga dengan kedekatan mereka. Padahal beberapa kali Anin dan Arga sering terlibat datang bersama, lalu saling senyum dan tatapan mata yang mengisyaratkan kode-kode tepat seperti orang pacaran.

"Jadi gitu, ya." Tika menyelesaikan diskusi mereka sore itu.

Mendengar penutupan Tika, Anin dan Arga melepaskan tangan dan berdehem pelan. masing-masing berdiri dari kursinya. 

"Arga---"

"Arga ganteng, nebeng doooong... please." Suara manja Gadis membuat Anin melirik ke arahnya. Lalu tatapannya menatap Gadis dan Arga secara bergantian.

Kini, Gadis sudah bergelayut di lengan Arga yang membuat wajah lelaki itu nampak tidak nyaman sebenarnya. Arga pun memandang Anin, dan Anin juga memandang dengan gemas hal itu.

"Lo kan bawa mobil?"

"Hari ini enggak. Gue naik grab." Gadis mengeluh dan masih memanjakan diri pada Arga.

"Lo bisa nebeng Fabian? Shean juga kosong."

"Issss, ga suka semobil sama Fabian. Mobilnya suka dipake ena-ena sama cewek soalnya."

"Ehh, anak anjing! Seenaknya aja kalau ngomong." Fabian memprotes tidak terima dengan wajah geram.

Gadis memeletkan lidahnya pada Fabian. "Itu fakta tahu. Gue kemarin nemu celana dalam cewek di situ. Hayooooo!" telunjuk Gadis menunjuk Fabian dengan tampang yang menyudutkan pria itu. Gadis tahu, Fabian tidak bisa mengelak lagi. 

"Shean kosong." Arga masih mencari cara agar Gadis tidak pulang dengannya hari ini.

"Gue ga mau." Shean menggeleng malas. "Ribet bonceng si Gadis, mah. Nyuruh mampir mulu kerjaannya." Shean berdecak lalu keluar duluan dari ruang rapat mereka.

"Gaaaa, please. Gue nebeng, ya?" Gadis dan suaranya yang terdengar sudah frustrasi. "Ayola, Ga." 

Arga memandang Anin yang masih menunggu jawaban pria itu juga. Lalu Arga menggigit bibirnya merasa kebingungan di tengah situasi ini. Jika ia menolak, ia harus mencari alasan mengapa tidak ingin mengantar Gadis. Tapi jika bersedia, Anin pasti akan marah karena rencananya hari ini mereka akan makan malam bersama.

Arga menarik napas dan melepaskan gelayutan tangan Gadis di lengannya. "Iya iya." Jawaban itu adalah keputusan Arga yang membuat Gadis berjingkrak kegirangan.

Namun karena itu juga, Anin tiba-tiba keluar dari ruangan tanpa pamit lebih dulu. Wajahnya terlihat kecewa dan muram seketika. 

"Dis, bentar, ya." Arga ikut mengejar Anin keluar.

Dan melihat situasi area yang sepi, Arga menarik Anin menuju gudang studio mereka. Ia mengunci pintu sebentar dan menatap Anin yang memandangnya judes.

"Sori... bukannya ga bisa nolak. Hanya kamu tahu sendiri Gadis kayak gimana kalau minta sesuatu." Arga meraih tangan Anin dan mengusapnya lembut. 

"Terus rencana kita buat makan malam gimana?" Anin menodorkan janji yang Arga buat untuk mereka.

"Jadi, Nin. Nanti aku jemput di apartemen kamu." Arga tersenyum dan meraih gadis itu dalam pelukannya. "Kamu jangan marah gitu, dong. Jadi makin cantik, tahu." Arga mengecup pucuk kepalanya lembut.

HELLO DANUJAWhere stories live. Discover now