Hello Danuja | [12]

292 60 45
                                    


***

Setelah merilis single terbaru Azzo, Anin banyak bepergian bersama teman-teman band-nya. Mereka manggung di beberapa kota. Surabaya, Jogja, Medan dan seingat Danuja, kota terakhir yang akan mereka datangi adalah Madura. Sudah hampir dua minggu lebih Danuja ditinggalkan sendirian di apartemen. Memang, bagi Danuja hidup sebelum menikah maupun sesudah menikah tidak ada yang berbeda.

Danuja masih mengurus segala keperluannya sendiri. Anin? Jangan ditanya. Setelah perjanjian mereka yang Anin buat, memangnya apalagi yang Danuja bisa harapkan? Apa tiba-tiba Anin mau memasak ? Atau menyiapkan bajunya? Tentu saja tidak.

Jadi di sinilah Danuja, berdiam diri beberapa saat di dalam mobil yang masih terparkir di basement. Ia lelah dalam bekerja. Dan ketika ia pulang, ia tahu bahwa tidak ada hal yang membuat lelahnya lebih baik. Ia masih menjadi Danuja yang sama seperti dulu bahkan sekarang ditambah Anin yang menjadi beban pikirannya.

Ia khawatir tentang Anin dan Arga. Ketika mereka bepergian untuk manggung, apakah keduanya akan terlibat... memikirkannya saja membuat Danuja sakit kepala. Memang tidak ada hak bagi Danuja melarang Anin melakukan apapun. Ia hanya suami kontrak di mata gadis itu. Tetapi jika saja Anin kelewat batas nanti, apa tidak semakin ribet urusannya?

Danuja turun dari mobilnya. Membawa segala lelahnya dengan berjalan lesu memasuki unit apartemennya. Ketika berada di lift, ia beberapa kali mengembuskan napas berat. Wajahnya suntuk dan terlihat menyedihkan.

Lalu ketika pintu lift terbuka, Danuja yang hendak melangkah keluar terhenti sejenak saat ia melihat Cendana. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat Danuja. Matanya berbinar.

"Hai," sapanya dengan hangat, ceria seperti dulu ketika mereka masih bersama.

Danuja tersenyum tipis, sebenarnya sudah tidak ada kekuatan untuk mengobrol apapun. Tapi Cendana membuatnya menyingkirkan rasa lelah itu.

"Hai," balas Danuja lalu keluar dari lift. "Masuk?" tanyanya pada Cendana.

"Tadinya." 

Alis Danuja terangkat. "Tadinya?"

Cendana menganggukkan kepala dan tersenyum. "Pas lihat kamu ga jadi."

Ada kebingungan di pikiran Danuja beberapa detik. "Oh... kenapa? Ada yang perlu diobrolin sama aku?"

Cendana menganggukkan kepala. "Sambil minum kopi di unit-ku gimana?" tawaran yang menarik memang namun Danuja tidak langsung mengiyakan.

"Emm... tapi aku lagi beneran capek sih. Pengen langsung istirahat." Bukan beralasan yang mengada-ada, tapi Danuja benar-benar ingin berbaring di atas ranjang yang empuk dan tidur. Ditambah... sudah jam berapa ini? Sepuluh lewat lima belas. Bukankah tidak pantas jika Danuja bertamu malam-malam ke apartemen seorang gadis?

Cendana nampak kecewa mendengarnya. Binar matanya meredup, kemudian wajah cerianya nampak muram. Tapi dia masih memaksa untuk tersenyum tipis. "Aku cuma mau bilang makasih udah bantu untuk tempat usahaku." Cendana tiba-tiba meraih tangan Danuja. "Aku ga tahu lagi kalau ga ada kamu, aku mau minta tolong siapa." 

Danuja tersenyum dan menganggukkan kepala. "Ga papa. Itung-itung bantuin temen, kan?"

Mendengar kata 'temen' dari bibir Danuja membuat senyum Cendana kecut. Danuja bisa membaca bahwa gadis itu tidak suka Danuja membatasi diri mereka.

Cendana pun melepaskan tangan Danuja. "Aku ga lihat istri kamu beberapa hari ini. Ke mana?"

"Oh... dia ada urusan pekerjaan."

Danuja tidak menyalahkan Cendana yang tidak mengetahui bahwa Anin adalah anggota Azzo. Karena ia dan Cendana dulu memang tidak mengikuti perkembangan penyanyi Indonesia. Sebab itu, ia paham jika Cendana tidak tahu pekerjaan Anin yang merupakan seorang penyanyi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HELLO DANUJAWhere stories live. Discover now