Chapter 4: Divide and Conquer

20 4 25
                                    

Berpikirlah, sialan. Ayo, berpikirlah. Berulang-ulang Mira mengucapkan kalimat itu dalam hati seperti mantra, tetapi tidak ada yang terjadi. Waktu terus berjalan. Bila Andrei tetap diam, bukan tidak mungkin salah satu bidak hitam akan memutuskan untuk bergerak sendiri, secara efektif menjatuhkan hukuman mati bagi Ilya. Namun, otaknya seolah macet. Lama ia terdiam, kedua tangannya mencengkeram gagang cambuk hingga buku-buku jarinya memutih.

"Mira?" Bahkan ketika jarak antara mereka lebih dari lima belas meter, Mira bisa mendengar bisikan Andrei. Gadis itu berpaling, lalu menggeleng lemah.

"Maaf, Andrei." Mira berucap lemah. "Aku tidak punya jalan keluar. Kuserahkan keputusan kepadamu."

Sekilas, Mira melihat tatapan terluka di wajah Ilya. Gadis itu menundukkan kepala, tak berani menatap wajah sahabatnya. Dari sudut mata, ia melirik Andrei. Ia tak bisa menerka emosi pemuda itu. Bila ia ingat-ingat lagi, sikap Andrei memang aneh sejak bidak-bidak mulai membangkang. Meski Andrei masih menanggapi instruksinya, pikiran pemuda itu seakan berada di tempat lain. Entah apa yang sedang direnungkan animagi tokek itu. Mira tak berani bertanya, terutama karena ia sendiri pun tak yakin ia akan menyukai jawabannya.

"Baiklah Mira, doakan agar dugaanku benar," sahut Andrei tiba-tiba. Selagi Mira terlalu kaget untuk merespon, pemuda itu memalingkan kepala menatap Royal Authority. Mata keemasannya menyorot penuh amarah.

"Yang Mulia, kuminta permainan ini dihentikan sepuluh menit!" seru pemuda itu sekuat tenaga. Seketika, suasana hening. Semua bidak berhenti bergerak, lalu berpaling menatapnya. Bahkan Royal Authority sempat tercengang sesaat, sebelum kembali memasang ekspresi merendahkan. Meski semua mata tertuju padanya, Andrei sama sekali tidak gentar.

"Heh, kau tidak siap kalah ternyata." Royal Authority menyeringai sinis. Makhluk itu menjentikkan jari, dan sebuah ilusi jam pasir muncul di udara. Pasir keemasannya mengalir ke bawah sedikit demi sedikit, menghitung mundur waktu sepuluh menit. "Apa kau berpikir bisa menyelamatkan temanmu bila kau menyerah? Atau, kaupikir kau sudah berbuat kebaikan dengan menunda kematian temanmu selama beberapa menit? Dengar, Bocah, sudah saatnya kau belajar tentang dunia nyata. Peraturannya jelas. Menyerahlah, dan kalian akan menjadi pasukanku sepanjang sisa hidup kalian yang tak seberapa itu."

"Benar, Yang Mulia, peraturan yang kita sepakati sudah jelas." Ada ancaman di balik suara tenang Andrei. "Sangat disayangkan, sosok yang kusangka sangat menjunjung tinggi sportivitas, ternyata malah terlebih dahulu melakukan kecurangan."

"Maksudmu, aku? Itu tuduhan yang sangat serius, Bocah," geram Royal Authority. Para bidak putih tertawa mengejek, sedang para bidak hitam saling pandang dan menggerutu dalam bahasa mereka. Langit sudah gelap sekarang. Bulan purnama hilang timbul di balik awan yang berarak. Cahayanya memantul pada zirah putih sang raja, kepalanya yang botak, dan sepasang taring yang mencuat dari rahang bawah seperti babi hutan.

"Benar, Yang Mulia. Kau telah melihat bagaimana formasi kami kacau balau karena prajurit-prajuritku tiba-tiba membelot. Lama aku memikirkan apa yang salah, hingga kusadari sesuatu. Seluruh papan catur ini adalah domain kekuasaanmu. Satu-satunya sosok yang mampu mempengaruhi seluruh bidak catur, hitam dan putih, adalah engkau, Yang Mulia. Jadi, bagaimana bisa kami yakin bahwa kau tidak memakai kekuatan sihirmu untuk menghasut para bidak hitam melawan kami? Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak saling menggunakan kekuatan dalam bentuk apa pun di luar giliran?"

Saat itulah otak Mira mendapat pencerahan. Benar, itulah sebabnya ia terus menerus merasa ada yang salah! Meski pernah mempelajarinya di kelas, ia sama sekali lupa bahwa skill Pawn Charm milik Royal Authority dapat mempengaruhi seluruh bidak dalam wilayah kekuasaan monster itu. Karena yakin dirinya baru saja memperoleh senjata baru, semangat gadis itu pun bangkit kembali. Ia berbalik dan menatap para bidak hitam yang tersisa, lalu berujar penuh penekanan.

Light Through The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang