Bab. 10

1.4K 69 4
                                    

Herda menangis histeris!

Dengan linangan air mata ia berlutut sambil memeluk kedua kaki Danu yang baru saja mengucap ikrar talak di hadapannya dengan disaksikan kedua orang tua Herda juga Firman yang dipanggil oleh Danu untuk menemani dirinya.

Firman pun sudah tahu kisah lama yang pernah terjalin antara atasannya ini dengan Kirani, kawan istrinya.

Cerita itu didengar dari istrinya,  juga diceritakan langsung oleh Danu. Saat jam makan siang kemarin.

Kisah yang cukup rumit menurut Firman, namun itulah kenyataan yang ada. Kawan istrinya yang Firman panggil dengans ebutan mbak Kirani merupakan mantan istri dari atasannya. Sementara istri atasannya sekarang adalah mantan sekretaris kawan atasannya, yang ternyata melahirkan anak yang bukan anak atasannya.

Duh, memikirkan itu Firman jadi pusing sendiri. Kadang-kadang apa  yang dilihat orang lain dari luar belum tentu sama dengan dalamnya. Sepertia atasannya ini. Dari luar nampak berwibawa, keluarganya harmonis, punya harta yang cukup, hidupnya nampak sempurna, siapa sangka rumah tangga pak Danu seperti membakar api dalam sekam.

Bahkan saat Firman melihat Dinar, bocah yang ia ketahui selama ini adalah putri dari bosnya, ternyata bukanlah darah daging atasannya. Sebenarnya Firman juga merasakan, bila anak ini bukan keturunan dari bosnya, sebab tampak lain saja. auranya sedikit berbeda, maksudnya chemistry antara bocah itu dan bosnya nampak tak ada.

“Mas, maaf jangan ceraikan aku, kasihan Dinar!” raung Herda di ruang tengah rumah itu. namun Danu geming. Semuanya sudah berakhir. Kata talak sudah terucap. Danu sampai pada titik muaknya, tak dihargai selama ini.

Danu tak merespon tangis wanita yang baru saja ia ceraikan, bahkan lelaki ini menarik mundur kakinya dengan cepat. Mungkin sedikit tega tapi, Dinar melihat semua kejadian ini. Bahkan saat bocah itu ingin mendekat pada Danu, pria ini menolak. Jadilah mbok Mina membawa bocah itu ke kamar atas.

“Cukup sandiwaramu Herda, ibu malu dengan kelakuanmu. Jadi selama ibu sakit, kau tega menggadai harga dirimu. Tega kau memberi ibu dan ayahmu uang tak halal.” Bergetar suara bu Yati. Malu dan marah memenuhi benak perempuan paruh baya ini. sakit gula yang di derita bu Yati sejak dulu, tak kunjung sembuh. Badan orang tua ini malah semakin kurus dari hari ke hari. Sakitnya beliau ini yang dulu sering Herda jadikan alasan untuk meminjam uang di kantor atau saat ia menemani bosnya. Hingga pada Danu juga ia mengatakan itu. sebenarnya tidak berbohong, benar adanya bila ibunya sakit. Namun bu Yati sudah ada BPJS ke rumah sakit pun selalu gratis, kecuali harus menebus obat di luar. Sementara pak Halim-ayah Herda- dulu seorang pegawai kelurahan, meski tak banyak, setidaknya ayah Herda ini masih terima uang pensiun tiap bulan.

Apa sebenarnya yang membuat Herda nekat menggadai harga diri selama ini? Gaya hidup mewah dan juga permintaan Willy untuk membantunya jika sedang kalah di meja judi. Entah mengapa Herda begitu tergila-gila pada pria playboy itu.

Itu yang membuat Herda melakukan silap dalam hidupnya hingga terjerumus begitu jauh.

Netra tua pak Halim sudah memerah, tak menyangka putri pertamanya itu tega mencoreng arang di wajahnya. Pria ini tak mampu berkata apa-apa. Rasanya belia sangat malu pada Danu yang selama ini banyak membantu keuangan keluarga mereka.

“Maafkan putri bapak, Nak Danu. Bapak malu sekali pada ibumu. Beliau sangat baik, namun putriku ternyata selama ini tak menghargai beliau.”

Pak Halim dan bu Yati tertunduk malu, entah mau ditaruh dimana wajah mereka berdua. Bahkan cerita tentang kurang ajarnya sikap putri mereka pada Danu baru mereka dengar lamgsung dari Danu sendiri. Meski beberapa kerabat yang pernah melihat sikap kasar Herda sudah menceritakan pada mereka, namun baru kali ini menantunya itu bercerota langsung.

Karma_Penyesalan Mantan Suami (Memeluk Cinta Yang Terluka)Where stories live. Discover now