Bab. 12

2.6K 84 2
                                    

Danu menatap tak suka pada lelaki yang baru turun dari mobil Avanza hitam yang baru saja berhenti di depan rumah Kirani.

Danu ingat, lelaki yang baru saja turun bersama anak perempuannya, adalah lelaki yang sama di pesta penikahan Firman dan kawan Kirani. Lelaki dan anak perempuannya yang nampak memberi perhatian pada Kirani.

Cemburu.

Tiba-tiba saja rasa itu datang mengejek di kepala Danu yang rambutnya hampir kuyup. Pantaskah?

Sedang Kirani bukan lagi siapa-siapanya. Kirani hanyalah wanita pertama yang ia cintai juga wanita pertama yang ia sakiti.

Sesal semakin mendera. Bukan hanya pada Danu, namun juga pada bu Maryam yang begitu berharap bermenantukan Kirani kembali.

Namun bila Kirani memilih keputusannya sendiri. Anak dan ibu itu tak punya kuasa mengatur keinginan Kirani. Seperti dulu mereka tak kuasa menahan Kirani untuk tetap tinggal.

Ini masalah hati dan perasaan. Boleh saja Kirani tersenyum pada mereka, menyambut keduanya dengan baik namun siapa yang tahu sisa luka dalam hati yang dulu mencubit.

“Fia, kok disini, Nak?” Kirani berlari kedepan sambil membawa kain lap bersih untuk mengeringkan lantai teras yang terkena tampias hujan.

“Mau jemput, Bunda. Bunda Fatma dan nenek bilang, kalau ayah sama Fia jemput bunda sekarang soalnya hujan.” Begitu penjelasan bocah perempuan ini.

“Oh, ya Allah, padahal bunda ada payung, Nak. Bunda jalan kaki nggak apa-apa,” ucap Kirani memeluk tubuh kecil itu. sejenak tatapannya bersirobok dengan netra hitam ayah dari anak ini. “Repot-repot, Pak. Saya bisa jalan kaki,” Kirani tak enak hati, tak juga mempersilahkan kedua anak dan ayah itu untuk masuk.

“Nggak apa-apa, Bunda. Tadi ibu sama bunda Fatma yang minta jemput, Bunda Rani, biar ada yang bantu katanya,” jelas pria empat puluh tahun itu.

Kemudian Gani melihat dua orang tamu yang sedang duduk di sofa tua ruang tamu itu. Gani rasanya pernah melihat lelaki itu.

“Saya masih ada tamu, Pak. Insya Allah sehabis shalat dhuhur saya ke rumahnya Fia.” Kirani mengucapkan  itu karna tak enak juga rasanya membiarkan bu Maryam dan Danu menunggu di dalam.

“Biar om, yang antar bunda Rani ke rumahnya, ya. Tapi bundanya sholat dulu, ya.” Tiba-tiba saja Danu sudah berdiri di belakang Kirani. Berdiri dengan jarak yang cukup dekat. Sepertinya Danu sengaja.

“Eh, Mas Danu, ini Sofia murid ngaji disini dan ini ayahnya, pak Gani.” Kirani menyingkir sedikit, agar kedua lelaki itu bisa bersalaman. “Pak Gani, ini mas Danu, mantan suami saya,” ucap Kirani pelan dan dengan nada yang biasa, namun Danu merasa tak suka mendengar kata mantan itu.

Gani sedikit terkejut bila lelaki yang cukup rupawan ini, adalah mantan suami dari wanita yang diam-diam ditaksirnya.

Sementara Sofia, sedikit kecewa. Anak itu ingin Kirani ikut bersama dirinya dan ayahnya.

Namun Kirani yang ikut menjelaskan bila ia masih ada tamu, akhirnya membuat Sofia mengangguk. Tentu saja dengan berat hati.

“Baik, Bunda, Pak. Saya dan Sofia pamit dulu.”

Gani undur diri. Ia tahu kedatangannya bersama Sofia, tidak tepat waktu.

Kemudian kedua ayah dan anak itu melangkah kembali ke mobil tanpa Kirani. Bunyi klakson terdengar sebelum mobil yang dikendarai Sofia dan ayahnya, benar- benar hilang di tikungan depan sana.

“Siapa anak itu, Nak Rani?” bu Maryam yang sejak tadi penasaran dengan kehadiran Sofia dan ayahnya membuatnya tak tahan untuk bertanya.

“Murid ngaji disini, Bu. Itu ayahnya. Tadi pagi sebenarnya datang sama neneknya, bawain jagung sekalian manggil saya untuk bantu-bantu di rumah belia. Hari ini ada hajatan, jadi mereka masak-masak, Bu,” jelas Kirani.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Karma_Penyesalan Mantan Suami (Memeluk Cinta Yang Terluka)Where stories live. Discover now