Bab. 11

1.2K 66 1
                                    

Mungkin cinta dulu ada

Namun luka kerap mengejek

Jejakkan sakit yang pilu

Membawa masa lalu yang membayangi

Kirani kemudian menyalami mantan suaminya setelah menyalami mantan mertuanya dengan takzim.

Ini pertama kalinya lagi Kirani bertemu bu Maryam, sejak perceraian yang ia tuntut pada putra mantan mertuanya itu, hanya sekali dulu mereka bertemu. Di awal-awal saat Kirani pertama kali pulang ke rumah ibunya. Seminggu kemudian bu Maryam datang, menangis dan memohon maaf pada Kirani dan ibunya. Beliau memohonkan maaf untuk khilaf yang Danu lakukan.

Bukan hanya bu Maryam yang menangi, tapi juga Kirani. Tiga tahun menjadi menantu bu Maryam, cukup membuat wanita paruh baya itu merasa memiliki seorang putri. Sikap sopan dan santun yang Kirani miliki membuat bu Maryam benar-benar menyayangi Kirani, layaknya putri sendiri.

Saking kecewanya bu Maryam atas perselingkuhan yang putranya lakukan, membuat ibu ini mendiamkan putranya berbulan-bulan lamanya. Bahkan saat Danu melaksanakan pernikahan siri bersama Herda, beliau tak menghadiri.

Sejujurnya Kirani cukup gugup menerima tamu-tamu dari masa lalunya ini. Rasanya juga kurang pantas saja, bila bertamu ke rumah Kirani, meski ada ibunya yang mendampingi, namun istri muda suaminya yang tak ikut, membuat wanita ini sedikit tak enak hati.

“Duduk dulu, Bu. Maaf agak berantakan, kalau sore banyak anak-anak ngaji disini, kadang mereka main sampai ke ruang tamu sini,” jelas Kirani pada mantan mertuanya. Di pojok ruang tamu itu memang terlihat ada beberapa tumpukan iqro dan Al qr’an serta meja kecil yang anak-anak mengaji.

“Masya Allah, kamu ngajar ngaji, Nak?” bu Maryam takjub, tak menyangka mantan menantunya bisa menjadi seorang guru mengaji. Perangai lembut Kirani ini lah yang membuat anak-anak pasti betah dengan Kirani.

Selama menjadi menantunya pun, beliau tak pernah mendengar Kirani berkata kasar apalagi memaki putranya. Bahkan saat luka pedih Danu gores di bening kalbu perempuan cantik ini, Kirani hanya tergugu pilu dalam pelukan beliau.

“Saya Cuma bantu-bantu, Bu. Sebenarnya teman saya yang ngajar Cuma teras samping rumah ini agak luas, jadi kami gunakan untuk anak-anak mengaji disini. Jadi hiburan saya juga, Bu,” terang Kirani.

Benar anak-anak ini jadi hiburan tersendiri bagi Kirani, sebab setelah kepergian ibunya, Kirani benar-benar hidup sendiri. Dalam artian tak ada teman di rumah ini. rumah yang cukup luas, namun pemiliknya hidup dalam kesepian.

Anak-anak ini juga bisa menjadi penghibur Kirani kala kerinduan akan anak yang hampir lahir dari rahimnya hadir mengetuk kalbunya.

Mendengar penuturan itu, Danu menghela nafas. Sesakit apa kehidupan Kirani setelah luka yang ia berikan pada wanita baik ini.

Kirani hidup dalam kesendirian, benar-benar sendiri. Hidup menyendiri yang kirani pilih ternyata timbulkan sesal dan perih di hati pria tinggi ini.

Sejak perpisahan itu, Kirani tak sekalipun menghubunginya, atau pun menuntut haknya selama masa iddah. Tak pernah Kirani lakukan.

Wanita ini menghukum Danu dengan caranya sendiri.

“Betah kamu hidup sendiri, Nak.” Bu Maryam berkaca, membayangkan bagaimana keseharian mantan menantunya ini. ingin sekali rasanya orang tua ini menjadikan Kirani kembali menantunya. Tapi apakah mungkin. Sedangkan Danu saja belum melalui sidang.

“Betah, Bu. Biasanya ada kawan yang datang menemani. Hanya baru-baru ini saja dia sudah menikah,” ucap Kirani dengan tatapan yang tak senagaja bersirobok dengan Danu.

Karma_Penyesalan Mantan Suami (Memeluk Cinta Yang Terluka)Where stories live. Discover now