Chapter 31

613 72 37
                                    

[Jangan lupa vote dan comment ya 😊😊]


Trigger warning : angst:)


<<My Ride or Die>>


Malam begitu panjang. Sedang langit enggan tunjukan cahaya melainkan keredupan. Mansion megah di tengah-tengah pegunungan dan ditutupi tingginya pepohonan rindang senantiasa bertengger dengan tenang. Sunyi mewakilkan gedung megah tersebut di antara kegelapan malam.

Beberapa penjaga berseragam hitam putih berjaga di depan gerbang. Sementara di ruang tamu yang sangat luas, Yuran duduk di sofa menjulang bergaya eropa. Ia bertopang dagu dan melamun, menikmati pemandangan malam dari balik jendela di depan matanya. Pria berambut hitam itu tidak sendiri, melainkan di hadapannya juga ada sosok Haruchiyo.

Pria nomor 2 Bonten duduk di kursi tunggal dengan kedua tangan di borgol ke belakang. Anehnya pria itu bersih dengan luka. Suara tembakan yang dilepaskan di mansion Bonten kemarin sepertinya hanya kecohan saja untuk alasan tertentu.

"Senang bertemu denganmu, Sanzu Haruchiyo," ujar Yuran dengan suara pelan dan bosan. "Ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung, bukan?"

Raut wajah Haruchiyo sama sekali tak santai. Mata birunya berkilat-kilat tajam memandang geram pria di depannya. "Hentikan basa-basinya. Cukup katakan saja apa motifmu, keparat sialan."

Yuran melirik Haruchiyo sejenak, lalu tersenyum miring. "Belum apa-apa sudah bersikap buas dan liar saja ya. Sesuai julukanmu anjing gila Bonten, Mikey memang punya bawahan menakutkan~"

Wajah Haruchiyo tambah kaku. Geram membuatnya tanpa sadar mengeraskan rahang. "Aku bersumpah, bedebah seperti kalian tidak akan bisa melukai Mikey sedikitpun."

Yuran terkekeh remeh. Perlahan pria itu bangkit dari duduk dan menghampiri Haruchiyo. Berbanding terbalik, mimik muka Yuran justru teramat tenang.  "Apa kau benar-benar berpikir aku akan puas hanya dengan mengambil kepala Mikey? Membosankan, biarkan aku bersenang-senang dulu menyudutkan kalian. Mulai dari kau tangan kanannya."

"Bunuhlah aku," desis Haruchiyo dengan suara rendah. Matanya semakin sinis dan berkilat-kilat nyalang. "Aku tidak peduli bahkan jika aku mati. Nyawa orang seperti ku bukanlah apa-apa jadi kau juga tidak akan mendapatkan apa-apa dariku. Asal kau tahu sia-sia saja apapun rencana sialanmu selama ini."

Yuran dengan malas menjawab, "Jangan khawatir, tanpa disuruh pun aku akan membunuhmu, jadi bersabarlah menunggu giliranmu. Tapi bukan hanya itu saja," ia menatapi langit malam dari balik jendela, perlahan seringaian jahat mengembang lebar di bibir pria itu. "Aku ingin melihat bagaimana reaksi dia mengetahui orang berharganya mati ditanganku. Pasti menyenangkan sekali~"

Haruchiyo mengernyit tidak mengerti. "Dia?"

"Aku mengenalnya lebih dari apapun. Siapa yang dia pedulikan. Apa yang menggerakkan hatinya. Bagaimana cara pandangnya terhadap dunia yang dipijakinya," Yuran melirik Haruchiyo sejenak dengan raut wajah yang tiba-tiba berubah datar. "Berani ku tebak, wanita yang paling dekat denganmu akan menjemputmu."

Seketika mata Haruchiyo melebar. Tetapi ia tak bisa bereaksi. Tepatnya ketika Yuran langsung menamparnya dengan terpaan pukulan yang paling keras.

"Tapi jangan senang dulu, karena aku akan menghancurkan semua imajinasi paling bahagia yang pernah kau miliki. Lalu dia akan menyerahkan diri secepatnya dan mengingat jadi dirinya di masa lalu, jati dirinya yang sesungguhnya."

"(Name) sedang... menuju kesini?" suara Haruchiyo serak dan hampir tak bisa bersuara. Matanya masih melebar dan tak bisa dikedipkan. Ia pun menelan ludah, berusaha lawan bibirnya yang hampir kelu. "Dan lagi... apa maksudmu soal... jati dirinya?"

Guilty Pleasure X Sanzu HaruchiyoWhere stories live. Discover now