Part 5

84 51 31
                                    

Sejak memutuskan pilihannya, Erin terlihat cukup tenang dan bahagia. Bagaimana tidak, kali ini takdir baik menghampirinya setelah beberapa waktu ia selalu ditimpa kemalangan.

Sudah seminggu sejak diputuskannya pernikahan Erin dan Bagas. Mereka juga mulai terlihat dekat, beberapa kali Bagas mengantar dan menjemput Erin bekerja dan tak lupa makan malam bersama.

Hari ini Erin dan Bagas sedang melihat persiapan gedung pernikahan mereka, dua hari lagi acara tersebut akan dilaksanakan.

Pagi-pagi Erin sudah siap dan juga sempat membuat bekal. Entahlah ia hanya ingin membuat dan memberikannya untuk Bagas. Anggaplah ia sedang belajar menjadi seorang istri hehe.

"Pagi Erina"

Erin menoleh saat mendengar seseorang menyebutkan namanya.

"Ehh Mas Abra. Maaf Erin ngga dengar tadi"

"Enggak apa-apa, sudah siap?"

"Siap. Tapi sebentar ya, Erin pamit sama mbok dulu "

Erin kembali ke dapur untuk berpamitan dengan Mbok Yani. Setelahnya mereka berangkat menuju hotel dimana tempat akan dilaksanakan acara pernikahan mereka.

"Erin"

Bagas memecah keheningan diantara mereka.

"Setelah menikah nanti, kita tinggal di rumah saya yaa"

Ucapan Bagas membuat Erin menoleh. Ia merasa tidak begitu setuju dengan hal itu. bagaimana mungkin ia meninggalkan rumah yang tersimpan begitu banyak kenangan bersama kedua orang tuanya dan juga meninggalkan Mbok Yani sendiri.

Mata Erin mulai berkaca-kaca, dia kembali harus menangis. Entahlah, hati Erin begitu lembut. Ia adalah orang yang pengiba, sehingga mudah sekali untuk menangis.

Hal tersebut sontak membuat Bagas panik. Bagaimana mungkin ia membuat calon istrinya menangis. Bisa-bisa mereka batal menikah jikalau seperti ini. Gawaaattt

Bagas terpaksa menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Ia akan memenangkan Erin terlebih dahulu, sebelumnya ibu juga telah memberi tahu jika Erin tipikal gadis yang cepat sekali menangis.

"Erin, lihat saya"

"Mas Abra, kenapa kita harus meninggalkan rumah kenangan bersama Ayah dan Ibu hiks"

Erin mengatakan itu dengan suara yang bergetar dan sesegukan.

Bagas membawa tubuh kecil Erin kedalam pelukannya. Ia tahu Erin akan tenang jika seperti ini. Bagas mengelus rambut panjang Erin dan mencium kening gadis itu beberapa kali.

"Erin, dengarkan saya. Maaf, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya ingin kamu tidak terlalu berlarut dalam kesedihan."

Bagas perlahan menjelaskan kepada Erin agar ia tidak tersinggung.

"Kita akan sering mengunjungi rumah Ayah dan Ibu kok dan masalah Mbok Yani, ia akan ikut bersama kita. Bagaimana?"

"Ya sudah Mas"

"Tapi jangan selepas nikah banget, nanti tinggal disana dulu"

"Iyaaa"

Bagas kembali memeluk Erin, ia tau berat bagi Erin untuk meninggalkan semua itu. Namun, Erin tidak bisa terus-terusan berada dalam kesedihan. Ia tidak akan sanggup melihat air mata Erin.

Bagas kembali menjalankan mobilnya. Tangan kirinya menggenggam erat tangan Erin. Ia merasa Erin masih sedih dan perlu ketenangan.

"Kita sudah sampai"

Erin dan Bagas menuju lantai dimana gedung pernikahan mereka berada. Di sana sudah ada orang tua Bagas dan Nek Ratih.

"Sayang, kenapa lama sekali"

"Maaf ma tadi macet"

Bukan Erin yang menjawab melainkan Bagas. Meski jawaban itu tidak tepat. Namun tidak apa-apa, agar orang tuanya tidak banyak bertanya lagi.

"Yukk kita masuk. Kamu lihat deh gimana dekorasinya"

"Wahh bagus sekali Ma"

Erin mengganti panggilannya terhadap Ibunya Bagas. Semua tak terlepas atas kehendak Sarah. Ia mengatakan agar merasa lebih dekat.

"Iyaa sayang. Mama nggak sabar deh, mau lihat kalian berada di sana"

Dari kejauhan dua laki-laki sedang menatap seluruh aktivitas yang dilakukan ketiga perempuan tersebut. Namun salah satu dari mereka sedang berpikir cukup dalam. Dan menimbulkan pertanyaan bagi laki-laki satunya.

"Ada masalah?"

"Tidak Pa"

"Katakan, sebentar lagi kau akan menikah Bagas. Ayah harap kau bisa menjaga gadis itu dengan sepenuh hatimu. Lihatlah betapa ia bahagia saat ini, dan jangan pernah kau membuat kesedihan baginya"

"Inilah yang kupikirkan Yah. Apa aku bisa bertahan hingga akhir hidupku bersamanya. Atau ia akan meninggalkan ku nantinya, atau lagi-lagi ia harus berjuang sendiri saat hal itu ingin membawa aku pergi

Bagas tertunduk lesu, lidahnya kelu menyebutkannya. Rasanya tidak sanggup memikul semuanya.

"Masih tentang itu?"

Bagas hanya mengangguk dengan lemah

"Jika suatu saat di benar-benar mencintaimu, ia tidak akan meninggalkanmu hanya karna itu. Untuk saat ini biarkan semua berjalan sesuai arusnya. Kamu harus yakinkan dirimu, dengar itu!"

"Baik Yah"

Banyak sekali hal yang berkecamuk dalam pikiran Bagas saat ini. Hatinya tidak tenang, bagaimana nanti saat Erin tau, dan Erin akan meninggalkannya. Ia tidak akan sanggup untuk hidup lagi.

Terdengar berlebihan namun begitulah Bagas saat sudah benar-benar mencintai seorang Erina.


Next yawww

Tentang Erina [ END ]Where stories live. Discover now